Tentu saja hal ini terjadi karena ulah oknum tidak bertanggungjawab, pasti masih ada senior yang memberikan atau menguji mental junior tanpa menjadikan beban, tetapi hal yang dilakukan oknum tesebut pasti karena dia ingin balik modal karena pernah menjadi korban perundungan seniornya dulu. Dan hal tersebut tidaklah dibenarkan ketika menjalani masa residen. Hal ini juga tentu berlaku pada masa orientasi bidang pendidikan yang lain. Jangan sampai perundungan ini menyebabkan jatuhnya korban jiwa seperti kasus tahun-tahun sbeelumnya.
Pelanggaran kode etik dokter
Ada kasus dimana menyangkut kode etik dokter, yaitu ketika perusahaan obat atau farmasi memberikan sponsor kepada dokter secara langsung. adanya hubungan "mesra" sejumlah pabrik obat dengan dokter. Hubungan ini bisa terjadi antara dokter dan pabrik obat, bisa pula lewat perantara rumah sakit. Hal itu dikhawatirkan mempengaruhi hubungan dokter dengan pasien. Secara tidak langsung, akan pula menjadi salah satu faktor dalam penentuan harga obat.
Para oknum dokter di iming-imingi sejumlah barang seperti mobil, ataupun diajak seminar keluar sampai jalan-jalan keluar negeri. Hal ini seakan-akan sudah lumrah terjadi antara dokter dengan perusahaan farmasi.
Dilansir dari arsip.gatra.com Terlepas dari itu, kolusi tersebut, kata Dokter Marius Widjajarta, Ketua Yayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia, sudah laten. Berbagai cara dilakukan. "Ada yang untuk cicilan rumah, cicilan mobil yang dibayarkan melalui rekening," ujarnya. Ada pula dokter yang dibiayai untuk melakukan perjalanan ke luar negeri bersama keluarga. Marius mengklaim punya data dan nomor rekening dokter "bandel" itu.
Banyak pasien mengeluh masih tingginya harga obat. Memang harga obat di Indonesia terbilang mahal. Harga ampul insulin 100 mililiter, misalnya, di negara kita menduduki peringkat kelima, di bawah Austria, Amerika Serikat, Kosta Rika, Kongo, dan Palestina. Bahkan masih lebih mahal daripada Inggris, Australia, dan Kanada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H