Resident Evil Village reviewed on PlayStation 4.
Review ini bersifat non/minimal spoiler.
Story
Resident Evil Village merupakan sekuel langsung dari Resident Evil 7, dimana Ethan Winters masih didapuk sebagai main character. Resident Evil Village ini bersetting pada sebuah desa misterius yang menawan di daerah Eropa. Pasca 3 tahun kejadian di Resident Evil 7, Ethan kembali dihadapkan dengan situasi berbahaya. Cerita dimulai di suatu malam yang tenang di rumah Ethan yang tinggal bersama istri dan anaknya, Mia Winters dan Rosemary Winters, tiba-tiba diserbu oleh organisasi misterius yang dipimpin oleh Chris Redfield. Mia ditembak dengan brutal di depan mata Ethan, dan Rosemary pun diculik oleh Chris Redfield.
Untuk mendapatkan kembali anaknya yang diculik, Ethan harus mengeksplorasi sebuah desa misterius. Apakah sebenarnya motif dari Chris untuk menculik Rosemary? Bahaya apalagi yang kali ini akan dihadapi Ethan? Kita akan menemukan jawabannya di Resident Evil Village.
Plot utama dalam game ini berpusat pada usaha Ethan untuk menyelamatkan Rosemary. Secara garis besar, game ini terbagi menjadi 4 area utama sesuai dengan masing-masing pemimpin pada lokasi tersebut. Para pemimpin di desa ini dikenal dengan sebutan “The Four Lords”.
Game ini dibuka dengan sangat kuat, terutama pada bagian arc The Village dan The Castle, dimana perkembangan plot berlangsung apik dan berhasil membangun rasa penasaran terkait apa yang terjadi di desa misterius ini. Banyak disturbing scene seperti mayat hewan yang digantung di pohon yang dapat membuat pemain bertanya-tanya apa yang dilakukan oleh warga desa itu.
Pada arc cerita kedua, gameplay menjadi lebih horror-oriented. Setting di tempat tersebut cukup creepy. Lokasi ini juga menawarkan gameplay yang unik. Seperti arc kedua, arc ketiga juga berlangsung dengan sangat cepat.
Sangat disayangkan juga tidak ada unique enemy pada kedua arc ini, yang membuat pemain dapat dibuat lebih merasa tidak aman dengan varian musuh yang unpredictable.
Mulai dari arc empat dan seterusnya, game mulai bertransisi kembali ke arah action-oriented. Arc empat ini bisa dibilang terlalu panjang, sehingga menyebabkan ketimpangan kontras dengan arc dua dan tiga dalam kepadatan konten.
Kelemahan dari story game ini yaitu kurangnya backstory dan perkenalan yang diberikan untuk masing-masing The Four Lords. Selain lokasi Village dan Castle, lokasi lain kurang di-develop dengan baik, terutama pada arc kedua dan ketiga di game ini yang sangat singkat.
Gameplay Mechanic
Gameplay di Resident Evil Village ini terbilang sangat action dibandingkan dengan prekuelnya Resident Evil 7. Bagi pemain yang merasa Resident Evil 7 terlalu seram, tingkat keseraman di Resident Evil Village ini sudah di toned down. Variasi musuh yang ditawarkan juga cukup beragam, dimulai dari regular enemies, mini boss, dan boss fight. Tiap boss fight memiliki gimmick yang membutuhkan strategi unik, sehingga pemain tidak cepat bosan.
Resident Evil Village menyediakan 3 pilihan difficulty, yaitu Casual, Standard, dan Hardcore. Opini saya, pemain akan mendapatkan pengalaman bermain terbaik apabila memulai game ini dengan tingkat kesulitan Hardcore.
Di mode ini, resource yang akan didapatkan akan lebih sedikit, pergerakan musuh juga jauh lebih agresif, sehingga pengalaman survival horror yang ditawarkan akan lebih terasa.
Setelah menamatkan game ini, difficulty Village of Shadows akan terbuka, dimana item dan enemy placement akan berbeda dengan difficulty yang lebih rendah. Musuh lebih kuat akan muncul lebih awal, ditambah dengan health yang sangat tebal.
Saran saya, mainkan game ini sendirian menggunakan headset dengan kondisi gelap, sehingga memaksimalkan immersion saat memainkan game ini. Pengalaman bermain di siang hari dan malam hari akan sangat berbeda untuk game dengan genre survival horror.
Untuk mendukung gameplay yang cenderung action, pemain akan diberikan banyak senjata termasuk dengan berbagai variasi tiap senjata yang dapat dikostumisasi. Benar, pemain akan kembali bertemu dengan karakter “merchant” bernama The Duke. Pemilihan senjata dapat disesuaikan dengan playstyle pemain. Saya sendiri menjadikan Sniper Rifle sebagai senjata favorit, karena memiliki range yang baik dan juga firepower yang tinggi.
Bagi pemain yang berminat dengan firearm, Resident Evil Village memiliki fitur “examine” untuk melihat senjata yang pemain miliki dengan lebih detail, seperti ukiran pada popor, modifikasi grip, magazine size yang sudah dimodifikasi.
Grenade Launcher merupakan salah satu senjata dengan desain paling keren yang saya favoritkan. Mekanisme reload senjata juga digambarkan sangat realistis dalam game ini, contohnya pada reload handgun dengan menggunakan metode tactical reload.
Sistem inventori dalam game ini merupakan modifikasi dari Resident Evil 7 dan Resident Evil 4, dimana semua senjata dan item akan disimpan di dalam attache case, sehingga pemain tidak akan menemukan item box seperti Resident Evil series sebelumnya.
Resident Evil Village juga menghadirkan fitur craft item, dimana pemain dapat menggunakan resource yang ditemukan di sepanjang permainan untuk membuat ammo, healing item, dan juga berbagai item lainnya.
Game ini juga menawarkan sistem buff permanen pada karakter Ethan, dimana pemain dapat berburu satwa liar yang dapat ditemukan di Village untuk diberikan kepada The Duke. Buff yang diberikan beragam seperti increase maximum health permanently.
Sistem treasure kembali di Resident Evil Village. Pemain juga dapat menggabungkan treasure tertentu untuk meningkatkan harga jualnya. Pemain dapat mengeksplorasi area Village untuk menemukan berbagai treasure, lokasi, dan senjata rahasia yang bahkan tidak dapat dibeli dari The Duke.
Resident Evil series juga tidak dapat lepas dari elemen puzzle. Resident Evil Village sebenarnya menawarkan puzzle yang cukup banyak dan beragam. Hanya saja, puzzle yang ditawarkan cukup simpel.
Elemen puzzle ini seharusnya dapat diperdalam lagi mengingat setting game ini pada suatu desa misterius, dimana akan masuk akal bila banyak ditemukan mekanisme aneh di desa ini untuk membuka sebuah pintu misalnya.
Graphic and Sound
Grafik Resident Evil Village ini sangat memukau, dengan suasana di pedesaan digambarkan dengan sangat detail, dari ranting pohon, abandoned house, hingga background desa yang dikelilingi pegunungan. Pemilihan tone warna di Village sangat cocok untuk memberikan kesan pedesaan yang menawan, sekaligus mencekam dan misterius.
Seiring dengan perkembangan cerita Resident Evil Village, setting waktu pun akan berubah, sehingga pemain akan melihat perubahan mood desa dari waktu subuh hingga ke malam hari. Performa game berlangsung lancar baik di indoor maupun outdoor. Hampir tidak ditemukan adanya drop frame rate di sepanjang permainan.
Penggunaan audio di game ini juga sangat detail, apalagi jika pemain menggunakan headset. Saat pemain sedang diam sekalipun, pemain dapat mendengarkan suara-suara seperti ranting, angin berhembus, hingga suara berderit dari lantai kayu maupun pintu. Penggunaan musik di game ini cukup minim, tetapi efektif. Tanpa musik sekalipun, suasana di Village sudah cukup memberikan rasa tidak aman bagi pemain.
Saya sendiri menyukai musik saat chase scene dengan Lady Dimitrescu, salah satu tokoh antagonis di game ini, dan juga credit song dari game ini, yang menurut saya memberikan kesan mistis dan sangat menggambarkan keseluruhan cerita Resident Evil Village.
Replayability
Replayability dari game ini terbilang tinggi. Progress upgrade senjata maupun item akan terbawa ke New Game Plus. Resident Evil Village juga menawarkan berbagai macam achievement yang nantinya dapat ditukarkan dengan “Challenge Point” untuk unlock infinite ammo, senjata baru, membuka concept art.
Pemain dapat mencari collectibles yang terlewat pada New Game Plus yang juga merupakan salah satu poin tambahan untuk replayability.
Extra Mode
Game ini kembali membawa mode The Mercenaries yang sudah lama absen dari series ini. Bagi yang belum familiar, konsep dari mode ini adalah menyelesaikan stage secepat mungkin, menghabisi musuh sebanyak-banyaknya sambil mempertahankan combo.
Mode ini sangat fun karena pemain harus cermat dalam menyusun strategi terkait pemilihan dan upgrade senjata.
Verdict
Overall, Resident Evil Village berhasil dieksekusi dengan baik dengan menawarkan proporsi berimbang antara action, horror, dan cerita, meskipun dengan beberapa kekurangan. Dengan playtime yang cukup panjang, pemain dapat menyelesaikan game ini dalam waktu kurang lebih 10 jam.
Kelebihan:
Audio visual yang sangat memukau. Pemandangan Village sangat memanjakan mata.
Gameplay yang menarik, menawarkan berbagai fitur seperti upgrade senjata, eksplorasi untuk mencari hidden treasure.
Cerita yang penuh emosional dan menarik untuk diikuti, terutama di awal game dimana identitas The Four Lords dan penduduk desa masih sangat misterius.
Replayability yang cukup tinggi dengan berbagai unlockables yang dapat diperoleh dengan memainkan New Game Plus, serta hadirnya mode The Mercenaries.
Kekurangan:
Porsi yang tidak seimbang dalam cerita dan luas map pada masing-masing lokasi utama.
Beberapa bagian cerita yang terkesan “dipaksakan” untuk berjalannya plot cerita.
Bagi penggemar genre horror/thriller, elemen horror di game ini menurun dibandingkan dengan Resident Evil 7.
Elemen puzzle yang terlalu simpel.
Scoring
Story: 9.0
Gameplay: 9.5
Graphic: 10.0
Sound: 9.5
Overall: 9.5
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H