Wacana merupakan sebuah konsep penting dalam studi bahasa yang mencakup berbagai bentuk komunikasi baik lisan maupun tulis. Para ahli memberikan pandangan yang beragam tentang definisi dan karakteristik wacana. Menurut Alfianika (2016:35), wacana adalah rentetan kalimat yang saling berhubungan sehingga membentuk satu kesatuan. Pandangan ini menekankan hubungan antar kalimat yang menciptakan makna kohesif dalam wacana. Sedangkan, Keraf (2014:25) mendefinisikan wacana sebagai bentuk bahasa yang di dalam kalimatnya terkandung sebuah tema. Definisi ini menyoroti pentingnya tema sebagai elemen sentral yang memberikan arah dan makna dalam sebuah wacana.
Wacana lisan adalah bentuk komunikasi yang disampaikan secara verbal dan langsung. Contoh wacana lisan meliputi percakapan sehari-hari, pidato, ceramah, wawancara, dan diskusi. Wacana lisan memiliki karakteristik khas yang membedakannya dari wacana tulis, seperti intonasi, kecepatan bicara, dan penggunaan bahasa tubuh.
Karakteristik Wacana Lisan
1. Kehadiran Langsung
Wacana lisan biasanya terjadi dalam situasi komunikasi langsung antara pengirim dan penerima.
2. Interaksi Dinamis
Ada kemungkinan untuk interaksi balik segera, yang memungkinkan klarifikasi dan umpan balik instan.
3. Unsur Paralinguistik
Intonasi, nada suara, kecepatan bicara, dan bahasa tubuh memainkan peran penting dalam penyampaian makna.
4. Konteks Situasional
Konteks di mana wacana lisan terjadi sangat mempengaruhi interpretasi makna. Pendengar harus menyimak untuk memahami dan menikmati wacana lisan (Setiawan, 2012:34).
Sedangkan, wacana tulis, di sisi lain, adalah bentuk komunikasi yang disampaikan melalui tulisan. Contoh wacana tulis meliputi artikel, buku, surat, esai, dan laporan. Wacana tulis memiliki struktur yang lebih terorganisir dan permanen dibandingkan dengan wacana lisan. Karakteristik Wacana Tulis
1. Struktur Formal
Wacana tulis biasanya memiliki struktur yang lebih formal dengan awalan dan akhiran yang jelas (Martutik, 2013:35).
2. Permanen dan Dapat Direvisi
Wacana tulis dapat disimpan, dibaca ulang, dan direvisi, yang memungkinkan pembaca untuk menganalisis dan memahami teks secara mendalam.
3. Tidak Ada Umpan Balik Langsung
Tidak seperti wacana lisan, wacana tulis tidak memungkinkan interaksi langsung antara penulis dan pembaca.
4. Kohesi dan Koherensi
Kalimat-kalimat dalam wacana tulis saling berhubungan untuk membentuk satu kesatuan yang kohesif dan koheren (Alfianika, 2016:35).
Wacana, baik lisan maupun tulis, memainkan peran penting dalam komunikasi manusia. Meskipun keduanya adalah bentuk wacana, wacana lisan dan tulis memiliki perbedaan mendasar. Wacana lisan lebih fleksibel dan dinamis, memungkinkan interaksi langsung dan penggunaan elemen paralinguistik. Sebaliknya, wacana tulis lebih formal, permanen, dan memungkinkan analisis yang lebih mendalam melalui revisi dan pembacaan ulang. Menurut Keraf (2014:25), baik wacana lisan maupun tulis mengandung tema yang memberikan arah dan makna. Namun, cara tema ini disampaikan dan dipahami berbeda antara kedua bentuk wacana tersebut.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H