Mohon tunggu...
Alvina Putri Utami
Alvina Putri Utami Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sekilas tentang sejarah dan kehidupan sosial di Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Perkembangan Batik di Desa Gemeksekti Kebumen Jawa Tengah

8 Juni 2022   07:49 Diperbarui: 8 Juni 2022   08:09 2042
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Gemeksekti merupakan sentra industri batik di Kabupaten Kebumen yang termasuk wilayah administratif Kecamatan Kebumen, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. 

Sejak 2010, Gemeksekti juga telah diberikan predikat sebagai Kampung Batik Kebumen. Sejarah masuknya batik tradisional ke wilayah Gemeksekti tidak diketahui secara pasti.[1] Namun masyarakat menerangkan bahwa kegiatan membatik telah ditekuni sejak lama dan diajarkan secara turun-temurun. 

Menurut folklor yang berkembang, batik masuk ke Kebumen sekitar awal abad ke-XIX dibawa oleh pendatang dari Mataram. Meski secara sejarah batik Kebumen mengalami keterputusan, namun eksistensi kekinian batik Kebumen sangat dirasakan, setidaknya ke empat kecamatan yaitu Alian, Kebumen, Pejagoan dan Bulus Pesantren. (Syarif, 2010:100).

Dokumen di kelurahan Gemeksekti menyatakan bahwa batik Kebumen merupakan campuran dari batik keraton Solo dan Yogyakarta yang mempunyai motif keraton dengan warna yang bernada lebih gelap dari batik pesisiran pada umumnya.[2] Motif batik Kebumen sendiri diinspirasi dari kebudayaan, lingkungan serta flora fauna yang ada di Kebumen. 

Pada dasarnya motif batik di Kebumen bukan melihat dari sisi makna dan filosofi batik namun dari sisi keindahan eksotisme batik.[3] Salah satu motif batik khas Kebumen adalah motif Batik Gringsing Kebumen yang merupakan pengembangan dan modifikasi dari motif batik Gringsing keraton Solo dan Yogyakarta.

Proses membatik pertama kali di Gemeksekti dinamakan teng-abang atau blambangan. Proses pembatikan teng-abang ini berpusat di Tanuraksan yang merupakan salah satu dukuh di Gemeksekti sekarang ini. 

Tak hanya mempekerjakan warga setempat, pekerjaan membatik juga dilakukan warga desa sekitar, di antaranya dari Desa Jemur di Kecamatan Pejagoan dan Desa Seliling di Kecamatan Alian[4]. 

Sekitar abad ke-20 proses pembuatan batik di Gemeksekti masih sangat tradisional. Pembuatan pola batik dilakukan menggunakan kunyir yang capnya terbuat dari kayu. 

Pewarna yang digunakan juga merupakan pewarna alam. Baru sekitar tahun 1930, digunakan pewarna sintesis dan cap dari tembaga. Pada tahun 1960 sampai 1980, Batik Kebumen mencapai masa keemasanya dengan komoditas unggulan batik tulis. Setelahnya, Batik Kebumen mengalami pasang surut namun kini mulai bangkit kembali. 

Gemeksekti telah memiliki satu industri batik yang terdaftar izin usahanya yakni Paguyuban Batik Lawet Sakti. Paguyuban Batik Lawet Sakti adalah persatuan sentra Batik yang ada di Kebumen. 

Paguyuban ini mempekerjakan 13 tenaga kerja dengan omset hasil kurang lebih Rp. 40.000.000,- pertahun. Pengrajin batik selebihnya adalah bersifat industri rumahan dan kebanyakan memproduksi batik tulis. 

Dalam satu bulan, satu orang pengrajin bisa menyelesaikan 1-2 lembar batik tulis halus, dengan nilai jual 100-600 ribu perlembar. Biasanya jika ada pesanan dalam jumlah yang massal, mereka bekerja secara berkelompok sehingga satu bulan bisa menghasilkan 30-50 lembar.[1] 

Pemasaran produk batik Kebumen juga sudah cukup luas. Selain di pasar tradisional dan beberapa toko batik yang tersebar di kota Kebumen, batik produksi Gemeksekti juga sering diikutkan dalam pameran-pameran produk baik regional maupun nasional. Bahkan beberapa kali sejumlah pengrajin menerima pesanan batik dari luar negeri, seperti Belgia dan Rusia. Pemasaran batik Kebumen juga mulai dirintis melalui media maya internet.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun