Mohon tunggu...
Alvina Putri Maharani
Alvina Putri Maharani Mohon Tunggu... Perawat - Institut Kesehatan Hermina

Mahasiswi Institut Kesehatan Hermina Prodi D3 Keperawatan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kutipan tentang Dampak dari Fatherless terhadap Perkembangan Anak

21 November 2024   13:55 Diperbarui: 21 November 2024   14:04 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Nama     : Alvina Putri Maharani

NIM       : 24051006

Tingkat  : 1A

Dampak Dari Fatherless Terhadap Perkembangan Anak

Institut Kesehatan Hermina D3 Keperawatan

Perkembangan anak adalah proses yang melibatkan perubahan dan kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan seorang anak, mulai dari lahir hingga masa dewasa awal. Proses ini meliputi perkembangan fisik, kognitif, bahasa, sosial, dan emosional

Anak yang mengalami fatherless sering menghadapi berbagai tantangan dalam perkembangan mereka. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak ini cenderung mengalami penurunan kemampuan komunikasi dan kognitif, yang berdampak pada prestasi akademis yang lebih rendah. Mereka juga berisiko lebih tinggi mengalami masalah sosial dan perilaku, seperti kesulitan dalam membangun hubungan interpersonal dan kecenderungan untuk terlibat dalam perilaku kenakalan. Secara emosional, anak-anak tanpa kehadiran ayah sering merasakan ketidakstabilan, yang dapat meningkatkan risiko depresi dan kecemasan

Ketiadaan peran ayah yang dimaksud disini adalah ketidakhadiran secara fisik maupun   psikologis dalam kehidupan anak. Dikenal dengan adanya istilah fatherless, father absence, father loss atau father hunger (Fitroh, 2014).

Peran orang tua dalam pengasuhan sangat penting bagi anak. Tidak hanya ibu, sosok ayah juga sangat penting dalam hal pengasuhan. Tidak hanya berkewajiban untuk mencari nafkah dan memenuhi biaya hidup, seorang ayah juga memiliki peran dan kewajiban untuk mendidik anaknya. Namun yang terjadi di Indonesia masih terdapat kekurangan peran ayah dalam hal pengasuhan, bahkan Indonesia menempati angka ketiga dalam hal ketidakhadiran sosok ayah dalam pengasuhan atau yatim piatu. Fatherless dapat didefinisikan sebagai kondisi seorang anak yang mempunyai ayah tetapi ayah tersebut tidak ada atau tidak berperan dengan maksimal pada proses pertumbuhan dan perkembangan seorang anak (Wulandari, dkk).

Hasil dari penelitian (Hidayah, dkk) menunjukkan bahwa ketiadaan peran ayah dalam kehidupan menyebabkan perkembangan psikologis negatif seperti kurang ambisius, rendah diri, kurang bisa mempercayai orang lain, marah, dan juga perilaku bunuh diri.

Hasil dari penelitian (Romadhona & Kuswanto, 2024)menunjukkan bahwa keadaan fatherless dapat memiliki dampak  signifikan  pada  perkembangan emosional anak  usia  dini,  termasuk  dalam  hal  pembentukan  hubungan  interpersonal, kesejahteraan psikologis, dan respons terhadap stress.

Hasil dari penelitian (Nurjanah dkk, 2023) menunjukkan bahwa ayah tidak memiliki peran dalam mengasuh anak, waktu bersama anak sangat minim, dan adanya paham budaya patriarki bahwa pengasuhan anak dilakukan sepenuhnya oleh ibu.

Hasil dari penelitian (Saragih & Metia, 2024) menunjukkan bahwa dampak fatherless terhadap etika remaja  awal  yaitu  berdampak  negatif dan positif.

Hasil dari penelitian (Wahyuni dkk, 2024) menunjukkan pengalaman fatherless memengaruhi self acceptance DCR dimana konsep dirinya belum stabil, penilaian terhadap diri  sendiri  belum  konsisten,  tingkat  kemandirian  yang  berubah-ubah,  hingga penghargaan terhadap diri sendiri yang masih sangat rendah.

Hasil dari penelitian (Wibiharto dkk, 2021) menunjukkan   bahwa   dampak   signifikan   yang ditimbulkan oleh ketiadaan figure ayah adalah kesepian, depresi, dan harga diri.

Hasil dari penelitian (Junaidin dkk, 2023) menunjukan  bahwa  perempuan  yang mengalami fatherless memiliki  kecemasan  terhadap  sebuah  pernikahan.

Berdasarkan hasil penelitian dari (Nindhita. Vidya & Pringgadani, 2023) dan data yang diperoleh melalui studi pendahuluan, menunjukkan pentingnya    peran    ayah    dalam    proses    tumbuh kembang sang anak hingga berpengaruh terhadap kondisi subjective well-Being mereka.

Salah satu generalisasi yang paling sering terjadi tentang anak-anak di rumah tanpa ayah adalah bahwa mereka rentan terhadap kenakalan remaja (Herzog & Sudia, 2019).

Penyebab ketiadaan ayah yang dialami berbeda-beda, mulai dari konflik orangtua, kekerasan dan didalam rumah tangga, perselingkuhan, kematian disebabkan kecelakaan atau sakit penyakit, perbedaan keyakinan dan perginya sang ayah yang begitu saja meninggalkan keluarganya. Berdasarkan dari hasil penelitian dari (Reza, 2019) menunjukan bahwa ditemukan tujuh faktor yang membantu mengurangi dampak ketiadaan ayah terhadap fatherless yaitu: faktor diri sendri, ibu dan keluarga, teman dekat dan orang lain, ayah pengganti, tempat ibadah dan pengalihan perhatian dan tuhan.

Fatherless Children dapat didefinisikan sebagai kondisi dimana anak tumbuh kembangnya tidak didampingi oleh ayahnya. Fatherless adalah ketiadaan peran dan figur ayah dalam seorang anak. Hal ini terjadi pada anak yatim atau anak-anak yang dalam kehidupan sehari-hari tidak memiliki hubungan yang dekat dengan ayahnya (Lecklitner, 2022).

Dampak ketiadaan ayah dalam pengasuhan anak berpengaruh terhadap karakter, prestasi, motivasi dan jati diri anak. Ada beberapa dampak yang terjadi akibat fatherless yaitu: Anak kehilangan rasa aman, anak lebih sering tantrum, kadang kala ibu merasa bingung karena anaknya selalu marah-marah, jika menginginkan sesuatu dia bisa teriak-teriak dan guling-guling di tanah. Hal ini biasanya terjadi jika ayah terlalu sibuk bekerja, kurang memperhatikan anak dan pengasuhan diserahkan sepenuhnya pada ibu, anak lebih sering absen disekolah dan berpeluang tiga kali lebih besar kemungkinannya tidak naik kelas dan empat kali lebih besar kemungkinan untuk drop out dari sekolah. Oleh karena itu, peran ayah sangat signifikan proses tumbuh kembang anak (Mulyana, 2022).

Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) tahun 2021, sekitar 20,9 % anak-anak di Indonesia tumbuh tanpa kehadiran ayah. Di sisi lain, menurut data Susenas 2021, jumlah anak usia dini di Indonesia mencapai 30, 83 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, 2,67 % atau sekitar 826.875 anak usia dini tidak tinggal bersama ayah dan ibu kandung. Kemudian, 7,04% atau 2.170.702 anak usia dini, hanya tinggal bersama ibu kandung. Ini artinya, dari jumlah 30,83 juta anak usia dini yang ada di Indonesia, 2.999.577 anak kehilangan figur ayah (fatherless) atau tidak tinggal bersama dengan ayahnya (Djo, 2024)

                                                      DAFTAR PUSTAKA

Djo. (2024). Tak Ada Anak Hebat Tanpa Ayah Yang Dahsyat "Inspirasi Parenting Buat Ayah Sedunia #1" (U. T. Arsa, Ed.; 1st ed.). PT. Adab Indonesia.

Fitroh, S. F. (2014). Dampak Fatherless Terhadap Prestasi Belajar Anak. 1(2).

Herzog, E., & Sudia, C. E. (2019). Boys in Fatherless Families. U.S. Department of Health, Education, and Welfare, Office of Child Development, Children's Bureau, 1971.

Hidayah, N., Ramli, A., & Tassia, F. (n.d.). Fatherless Effects On Individual Development; An Analysis Of Psychological Point Of View And Islamic Perspective.

Junaidin, J., Mustafa, K., Hartono, R., & Khoirunnisa, S. (2023). Kecemasan terhadap Pernikahan pada Perempuan Dewasa Awal yang Mengalami Fatherless. Journal on Education, 5(4), 16649--16658. https://doi.org/10.31004/joe.v5i4.2839

Lecklitner, N. D. (2022). Fatherless Child-true story (1st ed.). CV. Tatakata Grafika.

Mulyana, I. (2022). Keistimewaan Peran Ayah Dalam Pengasuhan Anak (I. Tentia, Ed.; 1st ed.). CV Jejak, anggota IKAPI.

Nindhita. Vidya, & Pringgadani, E. A. (2023). Fenomena Fatherlessdari Sudut Pandang WellbeingRemaja (Sebuah Studi Fenomenologi). 23(2).

Nurjanah, N. E., Jalal, F., & Supena, A. (2023). Studi Kasus Fatherless: Peran Ayah Dalam Pengasuhan Anak Usia Dini. Kumara Cendekia, 11(3), 261. https://doi.org/10.20961/kc.v11i3.77789

Reza, R. (2019). Our Father(less) Story: Potret 12 Fatherless Indonesia. Dian Cipta.

Romadhona, A., & Kuswanto, C. W. (2024). Dampak Fatherless Terhadap Perkembangan Emosional Anak Usia Dini. 9(1).

Saragih, Y. E., & Metia, C. (2024). Analisis Dampak Fatherless Terhadap Etika Remaja Awal di Kecamatan Medang Deras. Al-Hikmah: Jurnal Agama Dan Ilmu Pengetahuan, 21(2), 185--193. https://doi.org/10.25299/al-hikmah:jaip.2024.vol21(2).19100

Wahyuni, R., Astri, A., & Teluma, T. R. A. S. (2024). Studi Fenomenologis: "Self Acceptance Pada Perempuan Dengan Pengalaman Fatherless." 4(5).

Wibiharto, B. M. Y., Setiadi, R., & Widyaningsih, Y. (2021). Relationship Pattern of Fatherless Impacts to Internet Addiction, Suicidal Tendencies and Learning Difficulties for Students at SMAN ABC Jakarta. Society, 9(1), 264--276. https://doi.org/10.33019/society.v9i1.275

Wulandari, H., Ulfa, M., & Shafarani, D. (n.d.). Jurnal Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini Dampak Fatherless Terhadap Perkembangan Anak Usia Dini. 12(1).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun