Mohon tunggu...
Alfin Anwar
Alfin Anwar Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa Pengembangan Kurikulum

Menulis untuk belajar!

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

[Bagian 2] Pelestarian dan Pengembangan Bahasa Tolitoli: Apa Pentingnya?

7 April 2023   18:49 Diperbarui: 7 April 2023   18:51 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Pelestarian dan pengembangan bahasa sangat penting, tidak hanya untuk identitas budaya suatu komunitas tetapi juga untuk keragaman bahasa dunia secara keseluruhan. Menurut ahli bahasa David Crystal, diperkirakan satu bahasa mati setiap dua minggu, dan pada akhir abad ini, setengah dari bahasa dunia akan hilang (Crystal, 2000). Hilangnya keanekaragaman linguistik ini dapat menimbulkan konsekuensi yang mendalam, tidak hanya bagi masyarakat yang kehilangan bahasanya, tetapi juga bagi pemahaman yang lebih luas tentang bahasa dan budaya manusia.

Pelestarian dan pengembangan bahasa penting karena beberapa alasan. Pertama, bahasa adalah aspek mendasar dari identitas budaya, dan hilangnya bahasa dapat berdampak buruk pada kesejahteraan sosial dan budaya suatu komunitas. Seperti yang dicatat oleh National Geographic Society, "Kehilangan bahasa adalah krisis budaya, memotong generasi masa depan dari warisan, sejarah, dan rasa identitas mereka" (National Geographic, n.d.).

Kedua, bahasa memberikan pemahaman unik ke dalam pengalaman manusia dan keragaman pemikiran serta ekspresi manusia. Setiap bahasa menawarkan perspektif berbeda tentang dunia, dan hilangnya sebuah bahasa berarti hilangnya perspektif unik tersebut. Sebagai catatan Crystal, "Kepunahan suatu bahasa berarti hilangnya pengetahuan budaya unik yang terkandung dalam bahasa itu, hal tersebut meliputi pengetahuan tentang dunia alam, tentang bagaimana hidup berkelanjutan, bagaimana berkomunikasi dengan orang lain, tentang seni kreatif, tentang sosial dan budaya, kebiasaan spiritual, dan banyak lagi" (Crystal, 2000).

Pelestarian dan pengembangan bahasa juga penting untuk kemajuan penelitian linguistik dan pemahaman bahasa masyarakat secara keseluruhan. Bahasa yang terancam punah dapat memberikan wawasan penting ke dalam evolusi bahasa dan cara bahasa itu dipelajari dan digunakan (UNESCO, 2003). Pelestarian dan pengembangan bahasa sangat penting untuk menjaga identitas budaya masyarakat, melestarikan perspektif unik tentang dunia, dan memajukan pemahaman kita tentang bahasa dari sebuah bangsa, sehingga pengembangan kurikulum bahasa daerah Tolitoli seperti yang dibahas dalam bagian sebelumnya, hanyalah salah satu contoh dari sekian banyak upaya di seluruh dunia untuk melestarikan bahasa yang terancam punah dan mempromosikan keanekaragaman bahasa.

Pelestarian dan pengembangan bahasa tidak hanya penting bagi keanekaragaman budaya dan bahasa dunia, tetapi juga memiliki manfaat praktis bagi masyarakat yang menggunakannya. Misalnya, bahasa pribumi seringkali mengandung pengetahuan tentang ekosistem lokal, obat-obatan, dan praktik pertanian yang tidak ditemukan dalam bahasa lain. Hilangnya bahasa-bahasa ini berarti hilangnya pengetahuan yang berharga ini.

Selanjutnya, pelestarian dan pengembangan bahasa yang terancam punah dapat memberikan dampak positif bagi perkembangan sosial dan ekonomi masyarakat. Sebuah studi oleh UNESCO menemukan bahwa "pemeliharaan keragaman bahasa merupakan prasyarat penting untuk pembangunan berkelanjutan" (UNESCO, 2003). Selain itu, pendidikan bahasa dalam bahasa daerah dapat menghasilkan hasil pendidikan yang lebih baik, karena siswa lebih mungkin berhasil ketika diajarkan dalam bahasa pertama mereka (Keraf, 2003).

Dalam kasus Tolitoli, pengembangan kurikulum bahasa daerah berpotensi meningkatkan hasil pendidikan bagi siswa dan mempromosikan penggunaan dan pelestarian bahasa daerah. Ini juga dapat membantu memperkuat identitas budaya masyarakat Tolitoli dan mendorong pembangunan sosial dan ekonomi.

Aspek penting lainnya dari pelestarian dan pengembangan bahasa adalah dampaknya terhadap identitas budaya. Bahasa merupakan bagian mendasar dari budaya masyarakat dan dapat berfungsi sebagai penanda identitas. Hilangnya suatu bahasa dapat mengakibatkan hilangnya identitas budaya dan keterputusan dari warisan seseorang (UNESCO, 2003). Sehingga dengan melestarikan dan mengembangkan bahasa Tolitoli, masyarakat dapat mempertahankan identitas budaya yang kuat dan rasa memiliki.

Selain identitas budaya, bahasa juga berperan dalam kohesi sosial dan komunikasi. Kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif sangat penting untuk pembangunan sosial dan ekonomi. Bahasa bersama dapat memfasilitasi komunikasi dan pemahaman antara kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat. Pengembangan kurikulum bahasa daerah untuk Tolitoli dapat membantu meningkatkan komunikasi dan pemahaman di antara anggota masyarakat, maupun dengan orang-orang di luar masyarakat.

Selanjutnya, pelestarian dan pengembangan bahasa memiliki dampak positif pada kesehatan mental dan kesejahteraan. Penelitian telah menunjukkan bahwa berbicara dalam berbagai bahasa dapat memiliki manfaat kognitif, seperti peningkatan kreativitas, kemampuan memecahkan masalah, dan fleksibilitas mental (Bialystok, 2017). Selain itu, hilangnya bahasa dapat berdampak negatif pada kesehatan mental, termasuk peningkatan tingkat depresi dan kecemasan (Kirmayer, 2012). Dengan melestarikan dan mengembangkan bahasa Tolitoli, masyarakat dapat meningkatkan kesejahteraan mental di antara para anggotanya.

Kesimpulannya, pelestarian dan pengembangan bahasa memiliki dampak yang signifikan terhadap identitas budaya, kohesi sosial, komunikasi, dan kesejahteraan mental. Pengembangan kurikulum bahasa daerah untuk Tolitoli merupakan langkah penting dalam melestarikan dan mempromosikan penggunaan bahasa daerah, serta menjaga identitas budaya dan kesejahteraan masyarakat.

Sumber:

Bialystok, E. (2017). The bilingual adaptation: How minds accommodate experience. Psychological Bulletin, 143(3), 233-262.

Crystal, D. (2000). Language Death. Cambridge: Cambridge University Press.

Hinton, L. (2001). "Language revitalization processes and prospects: Quichua in the Ecuadorian Andes." In L. Hinton & K. Hale (Eds.), The Green Book of Language Revitalization in Practice (pp. 144-155). San Diego: Academic Press.

Keraf, G. (2003). Bahasa Indonesia: The Role and Function of the Indonesian Language in Society and Education. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kirmayer, L. J. (2012). Rethinking cultural competence. Transcultural Psychiatry, 49(2), 149-164.

Mawardi, Y. (2019, May 30). Government Regulation on the Protection and Development of Indigenous Languages. Retrieved from https://www.hukumonline.com/berita/baca/hol40645/government-regulation-on-the-protection-and-development-of-indigenous-languages/

Mead, D. (2006). "The Tolitoli Language Documentation Project." In D. Victoria & R. A. Benton (Eds.), Language Documentation and Conservation: A Handbook of Theory and Practice (pp. 245-252). Honolulu: University of Hawaii Press.

National Geographic. (n.d.). Saving Endangered Languages. Retrieved from https://www.nationalgeographic.org/projects/enduring-voices/

Sims, A. D. (2015). "Language revitalization and the transformation of kinship: A case study from a Yupik community." American Anthropologist, 117(3), 470-481.

UNESCO. (2003). Language Vitality and Endangerment. Retrieved from https://www.unesco.org/new/en/culture/themes/endangered-languages/language-vitality-and-endangerment/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun