Mohon tunggu...
alvin andriyan
alvin andriyan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Permasalahan Kesehatan Global: Penyakit Menular HIV/AIDS

20 Desember 2024   21:39 Diperbarui: 20 Desember 2024   21:39 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Abstrak

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit  akibat  menurunnya sistem kekebalan tubuh secara bertahap yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Permasalahan HIV/AIDS telah sejak lama menjadi isu bersama yang terus menarik perhatian berbagai kalangan di seluruh dunia, terutama sektor kesehatan. HIV/AIDS adalah masalah global yang melanda dunia sejak awal dekade 80-an. Terdapat 36,7 juta penduduk di dunia mengidap penyakit HIV dan 5,7% atau   sekitar 2,1 juta dari jumlah tersebut merupakan kasus baru selama tahun 2015. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Literatur review atau tinjauan pustaka. Virus HIV yang sudah hidup lama dalam tubuh manusia akan sulit untuk diobati sehingga besar kemungkinan akan mengalami kematian tetapi sebelum terjangkit virus HIV terdapat pencegahan HIV & AIDS penggunaan kondom, terapi antiretroviral (ART), prophylaxis pre-exposure (PrEP), prophylaxis  post-exposure (PEP), pengujian HIV dan Konseling, pendidikan kesehatan, dll.

Kata kunci: Permasalahan global, HIV/AIDS

Abstract

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) is a collection of disease symptoms resulting from a gradual decline in the body's immune system caused by infection with the Human Immunodeficiency Virus (HIV). The problem of HIV/AIDS has long been a common issue that continues to attract the attention of various groups throughout the world, especially the health sector. HIV/AIDS is a global problem that has hit the world since the early 80s. There are 36.7 million people in the world suffering from HIV and 5.7% or around 2.1 million of this number were new cases during 2015. The method used in this research is literature review. The HIV virus that has lived for a long time in the human body will be difficult to treat so it is very likely that you will die, but before contracting the HIV virus there is prevention of HIV & AIDS by using condoms, antiretroviral therapy (ART), pre-exposure prophylaxis (PrEP), post-exposure prophylaxis (PEP), HIV testing and Counseling, Health education, etc.

Keywords: Global problems, HIV/AIDS

PENDAHULUAN

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit  akibat  menurunnya sistem kekebalan tubuh secara bertahap yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Penyakit ini merupakan penyakit berbahaya dan harus diwaspadai dimana penyebarannya sangat cepat. HIV/AIDS merupakan salah satu penyakit infeksi peringkat atas yang dapat menyebabkan kematian (Maharani 2017). HIV merupakan virus yang menyerang sel leukosit di dalam tubuh sehingga menyebabkan penurunan sistem imun di dalam tubuh. Hal ini menyebabkan tubuh menjadi rentan terhadap berbagai infeksi. Kumpulan gejala yang ditimbulkan akibat infeksi HIV inilah yang disebut sebagai AIDS (Krisdayanti dan Hutasoit 2019).

Permasalahan HIV/AIDS sejak lama menjadi isu bersama yang terus menarik perhatian berbagai kalangan di seluruh dunia, terutama sektor kesehatan. HIV/AIDS adalah masalah global yang melanda dunia sejak awal dekade 80-an. Laporan Epidemi HIV Global United Nations Programme on HIV and AIDS (UNAIDS) tahun 2016 menyatakan hingga akhir tahun 2015 terdapat 36,7 juta penduduk di dunia mengidap penyakit HIV dan 5,7% atau   sekitar 2,1 juta dari jumlah tersebut merupakan kasus baru selama tahun 2015. Di  Asia dan Pasifik diketahui bahwa sebanyak 5,1 juta penduduk mengidap HIV hingga akhir tahun 2016.Wanita muda sangat  berisiko, dengan 59% infeksi baru di kalangan anak muda berusia 15-24 tahun terjadi di antara kelompok ini.(Anggina, dkk 2019)

Basarkan data United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) tahun 2021, bahwasannya penderita HIV/AIDS di dunia pada tahun 2020 bertambah hingga 1.5 juta dari rentang 1-2 juta penduduk dengan 680.000 dari rentang (480.000-1.000.000) diantaranya meninggal dunia. Dengan itu jumlah penderita HIV di dunia mencapai 37.7 juta dari rentang 30.2-45.1 juta jiwa, 10.2 juta dari rentang 9.8-10.2 juta diantaranya tidak mendapatkan pengobatan. Dari jumlah penderita yang tidak mendapatkan pengobatan, 6.1 juta penderita mengetahui mereka terkonfirmasi positif HIV namun tidak mendapatkan mengakses pengobatan sedang 4.1 juta lainnya tidak mengetahui bahwa mereka terkonfirmasi positif HIV. Kasus infeksi HIV/AIDS tersebar di berbagai belahan dunia dengan insidensi tertinggi yaitu Afrika Selatan dan Afrika Timur  yang mencapai 20,6 juta kasus pada tahun 2018. Sedangkan insidensi diBenua Asia Pasifik sendiri  terdapat 5,9 juta kasus dengan 12.000 kasus pasien berusia 0-14 tahun dan 300.000 kasus pasien berusia diatas 14 tahun (UNAIDS, 2019).

Berdasarkan laporan dari Ditjen Pengendalian Penyakit dan Pengendalian Lingkungan (P2PL) di Indonesia sendiri pada tahun 2005 dilaporkan terdapat 859 kasus HIV/AIDS dan meningkat menjadi 7.195 pada tahun 2006. Pada bulan Desember 2013 meningkat menjadi 29.037 kasus. Jumlah kasus  HIV/AIDS yang dilaporkan setiap tahunnya terus meningkat,  hingga pada tahun 2017 telah dilaporkan jumlah kumulatif penderita HIV/AIDS di Indonesia sampai Maret 2017 berjumlah 242.699 orang. Angka tertinggi infeksi HIV/AIDS di Indonesia yaitu di DKI Jakarta (46.378 orang), diikuti Jawa Timur  (33.043  orang), Papua (25.586  orang),Jawa Barat (24.650  orang) dan Jawa Tengah (18.038  orang) (Kemenkes RI 2017).

Virus HIV dapat menular secara langsung dan tidak langsung, penularan HIV secara langsung meliputi hubungan seksual dengan seseorang yang telah terjangkit virus HIV, transfusi darah, produk darah atautransplantasi organ tubuh yang terinfeksi HIV. Sedangkan penularan virus secara tidak langsung dapat melalui alat-alat seperti jarum suntik, jarum tatto, jarum tindik, peralatan bedah, penggunaan jarum suntik secara bergantiandi antara para pengguna napza suntik atau alat-alat lain yang kontak dengan cairan tubuh orang lain yang terinfeksi HIV dan tidak disterilkan terlebih dahulu. Selain itu virus HIV juga dapat menular melalui ibu yang terinfeksi HIV kepada janin yang dikandungnya pada saat kehamilan, persalinan, dan menyusui. 

Gejala HIV bervariasi tergantung pada tahap infeksinya. Terdapat empat tahap infeksi HIV hingga teridentifikasi sebagai AIDS. Tahap pertama merupakan infeksi HIV yang biasanya tak bergejala dan belum dikategorikan sebagai AIDS. Oleh karena itu, pada tahap ini banyak orang tidak menyadari bahwa dirinya telah terinfeksi HIV. Namun, pada periode ini seseorang yang terinfeksi HIV dapat menularkan pada orang lain (sangat infeksius). Fase ini biasanya berlangsung sekitar dua minggu sampai tiga bulan sejak infeksi awal. Tahap kedua berupa infeksi saluran pernapasan atas yang berulang. Pada tahap ini virus HIV mulai semakin melemakhkan sistem kekebalan tubuh.  Masa dengan gejala ringan ini bisa berlangsung hingga 5-8 tahun.

Tahap ketiga, kekebalan tubuh telah menurun drastis, nilai viral load semakin tinggi, dan CD4 sangat rendah. Sehingga mengakibatkan timbulnya berbagai infeksi yang semakin serius. Gejala yang timbul, seperti diare kronis yang tidak dapat dijelaskan selama lebih dari satu bulan, infeksi bakteri yang parah, serta tuberkulosis paru-paru. Pada tahap ini sudah dikategorikan sebagai AIDS. Tahap keempat, HIV menyebabkan infeksi yang lebih buruk dan beresiko menyebabkan kematian, meliputi infeksi parasit di otak, trakea, paru-paru, serta kanker tulang.

Siklus hidup dari virus HIV setelah virus masuk kedalam tubuh manusia virus akan menyerang sel darah putih yang menagkal infeksi (sel Limfosit T atau T-Helper) yang didalamnya terdapat CD-4 sehingga HIV akan memakan sel darah manusia untuk hidup. Infeksi HIV cenderung meningkat dan paling banyak terjadi pada kelompok usia produktif yaitu kelompok umur 25-49 tahun dan kelompok umur 20-24 tahun. Usia remaja 15-19 tahun menduduki posisi keempat. Usia remaja merupakan usia yang sangat rentang untuk terinfeksi HIV. Ada lebih dari setengah infeksi baru HIV didunia ditemukan pada usia 15-19 tahun, dan mayoritas remaja terinfeksi karena hubungan seksual.

Peningkatan kasus HIV didunia pada remaja usia 15-24 tahun juga dipengaruhi oleh beberapa faktor,  diantaranya adalah faktor ekonomi, tradisi, pendidikan, dan pengetahuan tentang HIV. Pengetahuan  adalah informasi yang dibutuhkan seseorang untuk mencapai pengalaman, dan menjadi aspek utama terbentuknya sikap dan perilaku (Nurwati dan Rusyidi, 2019). Data lain juga menunjukkan bahwa 16% remaja pada usia 12-16 tahun mendapat informasi tentang seks dari temannya, 35% dari video porno, dan hanya 5% remaja yang mendapatkan pengetahuan tau informasi tentang seks dari orang tuanya (Frisnoiry, dkk. 2024).

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang permasalahan kesehatan di dunia yang menyangkut penyakit menular HIV/AIDS serta penanggulangan peningkatan kasus terjangkitnya penyakit AIDS. Melalui literatur review penelitian ini dapat menjadi reverensi untuk menanggulang penularan virus HIV/AIDS. Jenis penelitian ini menggunakan metode tinjauan pustaka untuk mengetahui permasalahan penyakit HIV di dunia dari berbagai sumber jurnal ilmiah yang valid dan akurat.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Literatur review atau tinjauan pustaka, penelitian ini menggunakan data sekunder atau data yang diperoleh secara tidak langsung, data pustaka digali melalui beragam informasi kepustakaan dari jurnal yang terdapat tubuh literatur yang berorientasi akademik. Kajian literatur itu merupakan suatu analisis dan sintesis informasi, yang memusatkan perhatian pada temuan-temuan dan bukan kutipan bibliografi yang sederhana, meringkas substansi literatur dan mengambil kesimpulan dari isi literatur tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Sektor kesehatan global WHO tahun 2022--2030 mengenai HIV bertujuan untuk mengurangi infeksi HIV dari  1,5  juta  pada  tahun  2020  menjadi  335.000  pada  tahun2030,  dan  kematian  dari  680.000  pada  tahun  2020 menjadi di bawah 240.000 pada tahun 2030 (NACO, 2022).Sejak awal epidemi, 84,2 juta (64,0--113,0 juta) orang telah terinfeksi virus HIV dan sekitar 40,1 juta (33,6--48,6 juta) orang telah meninggal karena HIV. Secara global, 38,4  juta  (33,9--43,8  juta) orang  hidup  dengan  HIV  pada  akhir  tahun  2021.  Diperkirakan  0,7%  (0,6-0,8%)  orang dewasa berusia 15-49 tahun di seluruh dunia hidup dengan HIV, meskipun ini merupakan beban dari epidemi terus sangat  bervariasi  antar  negara  dan  wilayah.  Wilayah  WHO  di  Afrika  masih  menjadi  wilayah  yang  paling  terkena dampaknya, dengan hampir 1 dari setiap 25 orang dewasa (3,4%) hidup dengan HIV dan merupakan lebih dari dua pertiga orang yang hidup dengan HIV di seluruh dunia (UNAIDS, 2020). Secara rinci kasus HIV di dunia dapat dilihat pada tabel berikut:

Sumber: https://images.app.goo.gl/5iXQzZr8SpQA5KGL7

Negara-negara di Asia Tenggara berhasil menurunkan kasus infeksi HIV sebesar 19% pada tahun 2010 hingga 2017.  Hal  ini  merupakan  keberhasilan  yang  signifikan  sebagai  hasil  inisiasi  regional  dalam  merespon  penularan HIV  AIDS  di  wilayah  negara  anggota  Association  of  South  East  Asian  Bangsa-Bangsa  (ASEAN).  Keberhasilan  ini didukung oleh akses terhadap layanan berkualitas tinggi, upaya pencegahan, pendampingan dan dukungan tanpa stigma  dan  diskriminasi.  Laporan  praktik  regional  menunjukkan  peningkatan  jumlah  layanan  dan  fasilitas kesehatan bagi Orang Dengan HIV/AIDS (ODHIV) (World Health Organization, 2017).Rencana Aksi Regional Asia Tenggara (RAP) untuk HIV (2017--2021) memberikan visi yang jelas tentang "tidak ada infeksi baru, tidak ada kematian terkait HIV, dan tidak ada diskriminasi" dan tujuan untuk "Mengakhiri epidemi AIDS sebagai ancaman kesehatan dengan 2030". Rencana aksi tersebut memiliki target untuk mengurangi infeksi baru  menjadi  51.000  dan  kematian  terkait  AIDS  menjadi  43.000  setiap  tahunnya  serta  meningkatkan  jumlah pengidap HIV dengan ART menjadi 2,9 juta pada tahun 2020. Hak Asasi Manusia dan Kesetaraan Kesehatan (World Health Organization, 2017)

Perkiraan HIV dan AIDS Orang dewasa dan anak-anak yang hidup dengan HIV6.000.000 [4.900.000 -7.200.000] Orang dewasa berusia 15 tahun ke atas yang hidup dengan HIV5.900.000 [4.800.000 -7.100.000] Wanita berusia 15 tahun ke atas hidup dengan HIV2.200.000 [1.800.000 -2.600.000] Pria berusia 15 tahun ke atas hidup dengan HIV3.700.000 [3.000.000 -4.400.000] Anak-anak berusia 0 hingga 14 tahun hidup dengan HIV130.000 [100.000 -160.000] Angka prevalensi HIV pada orang dewasa berusia 15 hingga 49 tahun0,2 [0,2 -0,2] Tingkat prevalensi HIV pada wanita berusia 15 hingga 49 tahun0,1 [0,1 -0,2]Angka prevalensi HIV pada pria usia 15 hingga 49 tahun0,2 [0,2 -0,3] (Kurniawan, dkk. 2023)

Pembahasan

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi sel dan sistem imun.Infeksi virus berakibat pada kerusakan progresif dari sistem kekebalan tubuh,  yang menyebabkan defisiensi kekebalan tubuh. Sistem kekebalan dianggap defisien ketika tidak bisa lagi memenuhi perannya dalam memerangi infeksi dan penyakit. Infeksi yang terkait dengan HIV dikenal sebagai infeksi oportunistik, karena mereka mengambil keuntungan dari sistem kekebalan tubuh yang lemah. Tidak seperti virus lain, HIV akan diderita seumur hidup.

Virus HIV yang sudah hidup lama dalam tubuh manusia akan sulit untuk diobati sehingga besar kemungkinan akan mengalami kematian tetapi sebelum terjangkit virus HIV terdapat pencegahan HIV & AIDS melibatkan berbagai metode dan strategi yang dirancang untuk mengurangi risiko penularan virus HIV. Berikut adalah beberapa metode pencegahan HIV & AIDS yang umum digunakan,

  • Penggunaan Kondom: Kondom adalah alat pelindung yang  memungkinkan  individu  untuk  melakukan hubungan  seks  yang  aman.  Kondom mencegah kontak langsung antara cairan tubuh yang berisiko (seperti sperma atau cairan vagina) dengan mukosa (seperti mulut atau alat kelamin) yang dapat menerima virus HIV. Penggunaan kondom yang benar dan konsisten selama setiap hubungan seksual merupakan metode pencegahan yang sangat efektif.
  • Terapi Antiretroviral (ART): Terapi antiretroviral (ART) adalah kombinasi obat-obatan yang digunakan oleh individu yang sudah terinfeksi HIV. ART membantu menghambat perkembangan virus HIV dalam tubuh, menjaga tingkat virus yang rendah, dan memperkuat sistem kekebalan tubuh. Ini tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan individu, tetapi juga dapat mengurangi risiko penularan HIV kepada pasangan seksual
  • Prophylaxis Pre-Exposure (PrEP): PrEP adalah obat-obatan antiretroviral yang diberikan kepada individu yang belum terinfeksi HIV, tetapi berisiko tinggi terpapar virus, seperti  pasangan  yang  serodiscordant.  PrEP  diambil  secara  rutin  untuk  memberikan perlindungan tambahan terhadap infeksi HIV dalam situasi risiko tertentu (Mahariski, dkk. 2023)
  • Prophylaxis  Post-Exposure  (PEP):  PEP  melibatkan  penggunaan  obat-obatan antiretroviral setelah kemungkinan terpapar HIV, seperti dalam kasus hubungan seksual tanpa kondom dengan seseorang yang HIV positif. PEP harus dimulai sesegera mungkin setelah paparan dan dilakukan di bawah pengawasan tenaga medis.
  • Pengujian HIV dan Konseling: Pengujian HIV yang rutin dan konseling adalah langkah  penting  dalam  pencegahan.  Pengujian  memberikan  individu  pemahaman  tentang status HIV mereka, dan konseling dapat memberikan informasi, dukungan, dan bimbingan tentang tindakan pencegahan yang sesuai.
  • Pendidikan  Kesehatan:  Pendidikan  kesehatan  HIV  & AIDS  bertujuan  untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang risiko HIV dan cara melindungi diri. Program-program ini mencakup informasi tentang penggunaan kondom, pengujian HIV, dan pengurangan risiko lainnya (Mulyaningsih 2017).
  • Pengurangan Risiko Transfusi Darah: Pemeriksaan dan prosedur yang ketat untuk transfusi darah memastikan bahwa darah yang digunakan aman dari infeksi HIV. Hal ini mengurangi risiko penularan HIV melalui transfusi darah.
  • Mengurangi  Stigma dan  Diskriminasi:  Stigma  dan  diskriminasi  terhadap individu  yang  hidup  dengan  HIV  & AIDS  dapat  menghalangi  akses  mereka  ke  layanan pencegahan  dan  perawatan  yang  diperlukan.  Upaya  mengurangi  stigma  dan  diskriminasi membantu menciptakan lingkungan yang lebihinklusif dan mendukung bagi individu yang terkena HIV (Latifa 2020)
  • Pengurangan Risiko Transmisi dari Ibu ke Anak: Dengan perawatan medis yang tepat selama kehamilan, persalinan, dan menyusui, risiko penularan HIV dari ibu yang terinfeksi  ke  anaknya  dapat  dikurangi  secara  signifikan.  Terapi  antiretroviral  (ART)  dan pengiriman dengan seksio sesaria saat diperlukan adalah contoh langkah-langkah pencegahan dalam konteks ini
  • Pengurangan  Risiko  Penyalahgunaan  Narkoba:  Individu  yang  menggunakan narkoba dan berbagi jarum suntik atau alat injeksi dapat berisiko tinggi terpapar HIV. Program pengurangan  risiko  narkoba  mencakup  penyediaan  jarum  suntik  steril  dan  program penggantian jarum untuk mengurangi risiko penularan.

Kesimpulan

            HIV merupakan virus yang menyerang sel leukosit di dalam tubuh sehingga menyebabkan penurunan sistem imun di dalam tubuh. Hal ini menyebabkan tubuh menjadi rentan terhadap berbagai infeksi. Kumpulan gejala yang ditimbulkan akibat infeksi HIV inilah yang disebut sebagai AIDS. penderita HIV/AIDS di dunia pada tahun 2020 bertambah hingga 1.5 juta dari rentang 1-2 juta penduduk dengan 680.000 dari rentang (480.000-1.000.000) diantaranya meninggal dunia. Dengan itu jumlah penderita HIV di dunia mencapai 37.7. Virus HIV yang sudah hidup lama dalam tubuh manusia akan sulit untuk diobati sehingga besar kemungkinan akan mengalami kematian tetapi sebelum terjangkit virus HIV terdapat pencegahan HIV & AIDS penggunaan kondom, terapi antiretroviral (ART), prophylaxis pre-exposure (PrEP), prophylaxis  post-exposure  (PEP), pengujian HIV dan Konseling, pendidikan  Kesehatan, dll

Daftar Rujukan

Anggina, Yani, Yuniar Lestari, dan Zairil Zairil. 2019. "Analisis Faktor yang Mempengaruhi Penanggulangan HIV/AIDS di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2018." Jurnal Kesehatan Andalas 8(2): 385.

Frisnoiry, Suci, Julisa Ayu Lestari, Cut Rania Andini, dan Putri Br Tarigan. 2024. "Analisis Peningkatan Kasus HIV/AIDS Di Kota Medan: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dan Implikasi Untuk Pencegahan Dan Edukasi." Bilangan: Jurnal Ilmiah Matematika, Kebumian dan Angkasa 2(2): 17--22.

Kemenkes RI. 2017. Pedoman Penyelenggaraan Jenazah Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) Pedoman Penyelenggaraan Jenazah Orang dengan HIV/AIDS (ODHA).

Krisdayanti, Ester, dan Januar Ishak Hutasoit. 2019. "Pengaruh Coping Strategies terhadap Kesehatan Mental dan Kualitas Hidup Penderita HIV/AIDS positif." Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa 2(3): 179.

Kurniawan, Fajar et al. 2023. "Kebijakan Pemerintah Indonesia dan Thailand dalam Penanggulangan HIV AIDS." Journal Of International Multidisciplinary Research 1(2): 61--67.

Latifa, Ade. 2020. "Mengurangi Stigma dan Diskriminasi Terhadap Penderita Covid-19." VI(2).

Maharani, Febrianti. 2017. "Faktor -Faktor Yang Berhubungan Dengan Stigma Terhadap Orang Dengan Hiv Dan Aids (Odha)." Jurnal Endurance 2(2): 158.

Mahariski, P. A., Puspawati, N. M. D., Indira, I. G. A. A. E., Praharsini, I. G. A. A., & Permana, A. (2023). Pre-exposure prophylaxis (PrEP) pada pencegahan human immunodeficiency virus (HIV) dan dampaknya terhadap infeksi menular seksual. Intisari Sains Medis, 14(2), 730-738.

Mulyaningsih, Sundari. 2017. "Pengetahuan Tentang HIV/AIDS Berhubungan Dengan Konseling HIV/AIDS pada Ibu Rumah Tangga HIV/AIDS." Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia 5(2): 144.

UNAIDS data 2018, HIV/AIDS, J., 2018. Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS). Geneva : Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun