Mohon tunggu...
Alvina Khoiriyah
Alvina Khoiriyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Bermimpi menjadi penulis

life is not easy but it's a simple

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perayaan Dies Natalis UNESA Ke-58 Tahun 2022

2 April 2022   12:24 Diperbarui: 2 April 2022   12:41 866
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Desain gambar  di Canva

Isi ceramah dari GusKautsar  tadi malam mengingatkan kita bahwa sebelum ramadhan kunci utamanya adalah ketiadaan kebencian.

Orang mukmin itu harus bisa memastikan orang lain aman dari kenakalan, dan kedzoliman orang lain. Menjadi orang mukmin harus benar-benar menjaga lisan untuk tidak menganiaya orang lain lewat ucapan kita.

Bagi orang yang mampu menahan diri tidak melukai orang lain maka dia akan mendapatkan pahala. Islam hadir di tengah-tengah masyarakat diharapkan mampu menjaga situasi, tidak saling menggunakan objek agama untuk menindas yang lain. Kata Gusjautsar karena kita bersemboyan bhineka tunggal ika, berbeda-beda tetapi satu jua. Maka meskipun agama kita tidak sama semua, harusnya saling toleransi tidak menyudutkan satu sama lain untuk kepentingan politik.

Kita itu jangan sampai tebak sliro artinya tidak ada toleransi antar sesame, kata GusKautsar . Islam harus mampu bersanding dengan siapa saja, dan dimana saja.

Rasulullah telah bersanda, barang siapa seorang mukmin yang berani dzolim dengan manusia lain yang sudah disepakati bersama, merugikan, memaksa sesuatu dengan dalih agama karena beda agama, maka akan digugat di hari kiamat.

Maka dari itu marilah kita menyambut Ramadhan dengan membersihkan diri, hati, dan pikiran , dan salah satunya melalui siraman rohani.

Saat penyampaian ceramah GusKautsar  sedikit menyinggung terkait panggilan gus. Sebenarnya panggilan Gusitu bukanlah sesuatu yang istimewa, melainkan penghormatan kepada orang tua mereka yang memiliki karya, sebagai symbol menghargai jasa-jasa perjuangan orang tua mereka yang di muliakan.

Berbeda lagi jika ada seorang kyai baru yang merintis pondok pesantren dari bawah tanpa ada nasab orang tua mereka yang memiliki karya, jadi penyebutannya langsung kyai saja, tidak perlu menambahi gus.

Orang mukmin bukanlah orang suci. Orang beriman adalah orang yang sering melakukan dosa yang sudah menjadi rutinitasnya, tetapi juga istiqomah dalam bertobat. Bedanya dengan orang yang tidak beriman adalah kesiapannya ketika diingatkan / di tegur. Kalimat ini sekaliGusmenjadi penutup dari ceramah yang di sampaikan oleh GusKautsar  di acara Dies Natalis UNESA yang ke 58.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun