Hari kamis tanggal 31 Maret 2022, tepatnya kemarin malam jam 19.30 sedang melaksanakan pengajian menyonsong bulan ramadhan bulan penuh berkah bersama kh. Abdul Rahman Al-Kautsar dengan tema islam moderat dan penguatan sumber daya manusia melalui pendidikan.Â
Acara di mulai oleh mc yang bertugas, lalu dilanjutkan dengan lantunan ayat suci al-quran oleh saudara Agus Mifta yang merupakan mahasiswa jalur prestasi keagamaan pada bidang tahfidz.
Sebagai informasi, bahwa Universitas Negeri Surabaya ini membuka penerimaan mahasiswa melalui jalur prestasi keagamaan sudah berlangsung selama 3 periode ini. Jalur prestasi keagamaan ini ditujukan sebagai bukti bahwa Universitas Negeri Surabaya mampu mengambil nilai-nilai positif dari seorang santri yang nantinya akan menimba ilmu, dan saling bertukar keilmuwaan.
Ketua panitia acara ini yakni Prof. Dr. H. Turhan Yani, beliau mengisis sambutan acara sebelum inti acara dimulai. Bapak turhan mengatakan ketika ingin mengundang GusKautsar  ini harus melalui perjuangan yang panjang, hingga meminta bantuan seorang Gusmenteri desa, Gus halim. Pada saat H- 1 acara beliau baru memberikan kepastian kehadirannya ke UNESA mengisi pengajian.
Universitas Negeri Surabaya merayakan Dies Natalis ke 58 ini menghadirkan seorang kyai muda yang sering di sapa dengan panggilan gus. Beliau adalah GusKautsar , pemilik nama lengkap Kh. Abdul Rohman Al-kautsar. Beliau merupakan anak dari pengasuh pondok pesantren lirboyo Kediri.
Selain mengundang Gus Kautsar , UNESA juga mengundang satu kyai muda lagi yang bernama Kh. Abdul salam shohib, beliau merupakan pengasuh pondok pesantren manbaul maarif denanyar jombang. Beliau diundang untuk membacakan doa saat acara selesai.
Kata pak turhan, acara Dies Natalis ini nanti akan di sambung lagi pada petengahan romadhon, tepatnya saat nuzulul quran, di tanggal 19 April 2022 (kalender masehi), dengan menghadirkan kh. Anwar zaid sebagai pengisi acaranya.
Kehadiran 2 kyai muda ini di tengah-tengah keluarga besar UNESAmerupakan suatu kehormatan yang mulia.
Rangkaian acara sebelum pengajian ini tadi berlangsung, adalah tahlis dan istiqosah, santunan anak yatim yang berjumlah 1000 anak didatangkan ke UNESAbaru malam nya silanjutkan siraman rohani oleh GusKautsar , agar dapat memberikan penguatan spiritualitas dan humanitas kita sebagai umat muslim, dan meyadarkan pada kita bahwa semangat itu harus dilandasi dengan ibadah.
Gus Kautsar  mendoakan UNESA agar semakin baik, maju, dan penuh barokah, untuk teman-teman yang belajar mendapatkan ilmu yang manfaat dan barokah, bagi yang mengabdi di UNESAdiberi kelancaran rezeki, kesehatan badaniyah dan bathiniah.
Isi ceramah dari GusKautsar  tadi malam mengingatkan kita bahwa sebelum ramadhan kunci utamanya adalah ketiadaan kebencian.
Orang mukmin itu harus bisa memastikan orang lain aman dari kenakalan, dan kedzoliman orang lain. Menjadi orang mukmin harus benar-benar menjaga lisan untuk tidak menganiaya orang lain lewat ucapan kita.
Bagi orang yang mampu menahan diri tidak melukai orang lain maka dia akan mendapatkan pahala. Islam hadir di tengah-tengah masyarakat diharapkan mampu menjaga situasi, tidak saling menggunakan objek agama untuk menindas yang lain. Kata Gusjautsar karena kita bersemboyan bhineka tunggal ika, berbeda-beda tetapi satu jua. Maka meskipun agama kita tidak sama semua, harusnya saling toleransi tidak menyudutkan satu sama lain untuk kepentingan politik.
Kita itu jangan sampai tebak sliro artinya tidak ada toleransi antar sesame, kata GusKautsar . Islam harus mampu bersanding dengan siapa saja, dan dimana saja.
Rasulullah telah bersanda, barang siapa seorang mukmin yang berani dzolim dengan manusia lain yang sudah disepakati bersama, merugikan, memaksa sesuatu dengan dalih agama karena beda agama, maka akan digugat di hari kiamat.
Maka dari itu marilah kita menyambut Ramadhan dengan membersihkan diri, hati, dan pikiran , dan salah satunya melalui siraman rohani.
Saat penyampaian ceramah GusKautsar  sedikit menyinggung terkait panggilan gus. Sebenarnya panggilan Gusitu bukanlah sesuatu yang istimewa, melainkan penghormatan kepada orang tua mereka yang memiliki karya, sebagai symbol menghargai jasa-jasa perjuangan orang tua mereka yang di muliakan.
Berbeda lagi jika ada seorang kyai baru yang merintis pondok pesantren dari bawah tanpa ada nasab orang tua mereka yang memiliki karya, jadi penyebutannya langsung kyai saja, tidak perlu menambahi gus.
Orang mukmin bukanlah orang suci. Orang beriman adalah orang yang sering melakukan dosa yang sudah menjadi rutinitasnya, tetapi juga istiqomah dalam bertobat. Bedanya dengan orang yang tidak beriman adalah kesiapannya ketika diingatkan / di tegur. Kalimat ini sekaliGusmenjadi penutup dari ceramah yang di sampaikan oleh GusKautsar  di acara Dies Natalis UNESA yang ke 58.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H