Puisi ini menceritakan usaha aku yang akan menyampaikan keinginannya untuk bertemu dengan gadis manis yang sedang berada di sebuah pulau yang jauh. Meskipun keadaan berjalan dengan baik, namun si aku merasa bahwa tidak akan mencapai kekasihnya yang manis karena kematian sudah datang menjemput lebih awal. Meski sudah banyak menghabiskan waktu untuk berjuang meraih sebuah harapan, tetapi tetap saja garis nasib yang menentukan. Pada bait ke-1 "Cintaku jauh di pulau,
gadis manis, sekarang iseng sendiri." Menjelaskan sang kekasih tersebut adalah seorang gadis yang manis yang menghabiskan waktu sendirian atau sedang iseng tanpa kehadiran tokoh aku. Bait ke-2 "Perahu melancar, bulan memancar, di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar. angin membantu, laut terang, tapi terasa aku tidak 'kan sampai padanya." Tokoh aku menempuh perjalanan jauh dengan perahu karena ingin menjumpai atau menemui kekasihnya. Ketika itu cuaca sangat bagus dan malam ketika bulan bersinar, namun hati si aku merasa gundah karena rasanya ia tak akan sampai pada kekasihnya.
 Pada bait ke-3 "Di air yang tenang, di angin mendayu, di perasaan penghabisan segala melaju Ajal bertakhta, sambil berkata: "Tujukan perahu ke pangkuanku saja," menceritakan perasaan aku lirik yang semakin sedih karena walaupun air terang, angin mendayu, tetapi pada perasaannya ajal telah memanggilnya. Ajal bertahta sambil berkata : "Tujukan perahu ke pangkuanku saja". Pada bait ke-4 "Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh! Perahu yang bersama 'kan merapuh! Mengapa Ajal memanggil dulu Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?" Pada bait ini si tokoh aku mulai putus asa karena kisah cinta nya yang tak kunjung bertemu seperti pada ungkapan Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh! Sudah putus asa dan menyerah untuk menemui sang kekasih nya. Dan merasa terpuruk dengan kata Ajal, Perahu merapuh.
Pada bait ke-5 "Manisku jauh di pulau, kalau 'ku mati, dia mati iseng sendiri." Menjelaskan ke khawatiran kekasihnya itupun akan mati juga dalam penantian yang sia-sia karena belum juga bertemu setelah penantian yang panjang. Puisi ini menceritakan dengan kehidupan si tokoh aku yang merasakan kekecewaan karena tak kunjung jumpa dengan kekasihnya meski sudah berusaha dan lama menunggu seperti pada kisah cinta anak zaman sekarang yang disebut LDR.
- Kawanku dan Aku
Kami sama pejalan larut
Menembus Kabut
Hujan mengucur badan
Berkakuan kapal-kapal di pelabuhan
Darahku mengental pekat. Aku tumpat padat
Siapa berkata-kata .........?