Mohon tunggu...
Alvina Febriyanti
Alvina Febriyanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - BLOG PRIBADI

PBSI

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengkaji Fakta Sosial dari Buku Kumpulan Puisi Chairil Anwar dengan Menggunakan Pendekatan Mimetik

12 Januari 2022   11:20 Diperbarui: 12 Januari 2022   11:23 1451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

      Puisi ini bercerita tentang perjuangan. Kalau sampai waktuku, ku mau tak seorang kan merayu, tidak juga kau. Di sini si aku menyampaikan kalau sampai waktunya telah tiba yang bisa diartikan sebagai waktu untuk ia berjuang. Dia tidak mau ada seorang pun yang akan menghalangi niatnya untuk berjuang, sekalipun itu adalah seseorang yang dia kasihi. Pada bait ke-1 "Tak perlu sedu sedan itu," ketika ia pergi berjuang, si aku tidak ingin ada yang bersedih. Dia ingin mereka mengikhlaskannya untuk berjuang. menceritakan tentang perjuangan seseorang yang mempunyai semangat yang tinggi yang tidak mengenal kata lelah, sakit, walaupun ia terluka. Dengan tekadnya yang kuat, ia terus berusaha untuk mencapai tujuannya tanpa memperdulikan banyaknya rintangan yang mengahampiri. Puisi ini menggambarkan tentang ketekunan dan kemauan seseorang yang selalu ingin memperjuangan hak dirinya tanpa merugikan banyak orang, walaupun banyak halangan yang datang menghampiri.

Pada bait ke-2 Aku ini binatang jalang, dari kumpulannya terbuang. Penulis mengibaratkan dirinya seperti binatang jalang. Binatang jalang disini adalah sosok yang keras, yang tidak mudah untuk dikekang. "Dari kumpulannya terbuang," adalah pemikiran si aku yang mengganggap dirinya bagaikan seseorang yang tidak dianggap atau terbuang.

"Biar peluru menembus kulitku, aku tetap meradang menerjang" larik ini merupakan bentuk semangat perjuangan yang ia miliki. Di sini, meskipun ketika dalam perjuangan terluka, peluru menembus kulit, namun dia tidak akan berhenti berjuang, semangatnya akan tetap membara.

Pada bait ke-3 "Luka dan bisa kubawa berlari, berlari, hingga hilang pedih peri." Ketika dia terluka, hal itu tidak dihiraukannya, tidak dirasakannya. Dengan semangat perjuangan yang  membara, rasa sakit, pedih, dan perih itu pun seolah lenyap. "Dan aku akan lebih tidak perduli, aku mau hidup seribu tahun lagi". Pada akhir larik puisi ini, dapat diartikan bahwa si penyair tidak perduli dengan pandangan orang tentang dirinya. Akan tetapi, berkat perjuangannya, kelak ia akan tetap dikenang hingga seribu tahun lamanya.

Puisi yang menceritakan kehidupan si penulis tentang semangat Perjuangan yang di alaminya meskipun membahayakan dirinya penulis tidak putus asa dan tidak menyerah dalam berkarya.

- Cintaku Jauh di Pulau

Cintaku jauh di pulau,

gadis manis, sekarang iseng sendiri

Perahu melancar, bulan memancar,

di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.

angin membantu, laut terang, tapi terasa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun