"Adanya cuma merek eta aja." sambil menyodorkan kembalian.
Aku teguk air mineral. Aku nyalakan rokok. Berdiam diri di peron ini sambil menunggu yang di nanti, rasanya bercampur aduk. Aku bersedia menunggu sampai kapanpun. Hasil bukanlah sesuatu yang luar biasa bagiku, aku lebih menikmati proses. Seperti yang sedang aku lakukan sekarang, menunggu sesuatu yang aku nantikan. Aku rela melakukan hal yang seperti ini walaupun bagi sebagian orang ini adalah tindakan konyol. Tapi aku menikmati. Aku siap apapun hasilnya nanti karena proses sampai disini menjadi kepuasan tersendiri bagiku.
Matahari mulai terik aku rasa. Begitu banyak manusia silih berganti. Ada yang datang ada pula yang pergi. Aku perhatikan wajah-wajah asing mereka. Ada yang bahagia berjumpa sanak famili. Ada yang tergesa-gesa sambil melihat arloji. Ada yang kebingungan. Namun, ada juga yang gelisah menanti. Aku renungi kehidupanku di peron ini. "Mengapa aku harus bersedih? Begitu banyak orang yang lebih buruk keadaannya dibandingkan dengan diriku. Oh tuhan, aku kira selama ini hanya aku yang merasakan kesedihan."
Aku rogoh saku kemejaku, mengambil sebatang rokok dan aku nyalakan. Aku hisap sekuat tenaga lalu aku hempaskan. Asap berterbangan bagai bidadari yang menari dan meliuk-liukkan tubuhnya.
Akhirnya, sesuatu yang aku tunggu dan aku nanti-nantikan tiba. Perasaanku bercampur aduk bagaikan tepung, gula, garam, susu, mentega, air, telur yang menjadi satu. Ada rasa bahagia namun, ada juga rasa gelisah. Aku siap sekaligus tidak siap. Seakan-akan penantianku mencapai garis akhir. Aku merasa enggan untuk mencapai akhir. Aku tidak ingin berpisah dengan penantian. Aku masih ingin menunggu lebih lama lagi apa yang aku nantikan. "Apakah ini yang dinamakan kenikmatan menunggu yang dinantikan?"
"Sepertinya kamu sudah lama sekali berada disini, ya?" tanyanya membuka percakapan.
"Lumayan sih." jawabku.
"Kamu apa kabar?"
"Begini saja seperti yang kamu lihat. Bagaimana perjalanannya, Mer?"
"Ya begitulah. Kamu mungkin dapat merasakan bagimana rasanya bepergian dengan kereta."
"Aku paham." jawabku sambil tersenyum geli.