Mohon tunggu...
Alvin Haidar
Alvin Haidar Mohon Tunggu... Relawan - Chemical engineer in the making

Teknik kimia ITB 2016, Terbentur, terbentur, terus tidur Pembelajar, pelajar, pengajar, terhajar.... Cek ig @sobatgajah yakkk

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Antara Nuzulul Quran dan Lailatul Qadr

10 Mei 2020   11:57 Diperbarui: 10 Mei 2020   12:12 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismillah,

Tertanda malam ini telah memasuki 17 Ramadhan (malam artikel ini ditulis). Malam ke-17 ini lazim kita sebut sebagai malam nuzulul quran oleh warga Indonesia. Jika bukan karena pandemi, biasanya ada kajian spesial atau sesi khusus seperti doa bersama, pengajian pas melaksanakan teraweh unutk malam ini. Yah, tapi namanya keadaan semuanya pasti terasa beda di Ramadhan kali ini.

Tulisan kali ini mungkin ringkas, berhubung saya sempat random nanya ke teman-teman kampus atau bahkan adik-adik saya, ternyata beberapa responden masih belum bisa membedakan korelasi dan narasi dua kejadian antara nuzulul quran dan lailatul qadr. 

Hal ini menarik karena dua kejadian ini sudah sangat lekat dengan masyarakat Indonesia padahal terdapat fase yang mebedakan keduanya. Meski saya bukan lulusan pesantren tulen atau jurusan agama, setidaknya saya mau berbagi sedikit dari apa yang saya peroleh kala mondok pas SMA dan pendapat ustad-ustad kondang lain. 

Nuzulul quran terdiri dari dua kata yakni nuzulul dan quran, nuzulul sendiri dalam arti bahasa Arab dapat diartikan "turun dari tempat tinggi". Sehingga jika kita artikan nuzulul quran secara sederhana ialah turunnya Al-quran secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad SAW kala beliau berkhalwat di Gua Hira. 

Lailatul qadr juga terdiri dari dua kata yakni "lailatul" dan "qadr". Menurut Ustad Adi Hidayat kata "lailatul" memiliki keistimewaan tersendiri dibanding arti "lail" yang berarti malam, artinya malam itu ialah malam yang sangat istimewa.  

Arti "qadr" sendiri menurut pendapat Pak Quraish Shihab memiliki arti "kemuliaan"karena pada malam tersebut Al-Quran turun ke baitul izzah (langit pertama).

Jadi sama-sama turunnya Al-Quran?? Eits ada bedanya. Terdapat poin penting yang membedakan keduanya yakni terkait fase terjadinya. Secara fase, nuzulul quran ialah persitiwa turunnya ayat Al-quran pertama yakni Al-Alaq 1-5 kepada Nabi Muhammad SAW kala berkhalwat di Gua Hira pada 17 Ramadhan. 

Peristiwa itu menjadi penanda turunnya Al-quran secara berangsur-angsur kepada Rasulullah SAW. Berbeda dengan lailatul qadr, menurut beberapa riwayat yakni As-Suyuthi menyebutkan bahwa pendapat paling shahih dan populer ialah lailatul qadr merupakan fase di mana Al-Quran turun dari lauhul mahfudz yakni sebuah tempat di mana Allah menetapkan segala hal kejadian alam semesta (waallahu alam) ke langit dunia secara keseluruhan. 

Kalau diilustrasikan seperti ini.

sumber: dokpri
sumber: dokpri

Seperti yang diketahui, beberapa ayat Al-Quran tidak turun sekaligus kepada Nabi Muhammad SAW, namun turun dengan sebabnya masing-masing atau momen tertentu.

Cara malaikat Jibril datang pun dengan berbagai bentuk atau rupa. Berbeda dengan lailatul qadr yang turun sekaligus sebagai hikmah bagi kita bahwa sejatinya segala kejadian telah Allah tetapkan bahkan sebelum Al-Quran turun ke langit dunia. 

Keutamaan lailatul qadr jelas terpatri di Al-quran di mana ia memiliki nilai pahala yang lebih baik dari seribu bulan. Menurut Ustad Adi Hidayat sebagai muslim seyogyanya kita meningkatkan intensitas ibadah kita setiap malam minimal menyempatkan beibadah walau hanya 10-15 menit. 

Karena sejatinya tidak ada yang mengetahui kapan lailatul qadr terjadi, hanya petunjuk dari Rasulullah SAW yang menyatakan ia turun di malam-malam terakhir Ramadhan. Ibarat mendekati garis finish, rahasia lailatul qadr menjadi penyemangat kita untuk semakin giat dan semangat dalam menghidupkan malam-malam. 

Meski saya belum menemukan riwayat terkait keutamaan nuzulul quran, namun momen tersebut dapat kita jadikan wadah refleksi dan momen mengingat sejarah tentang awal perjuangan Rasulullah SAW. 

Tidak salah jika kita memperingati keduanya dalam bentuk seremonial misal pengajian di masjid, tahlilan, doa bersama asalkan kita sebagai muslim tidak kehilangan esensi dan makna dari peristiwa tersebut.

Jika ada yang salah itu murni dari saya, kalau temen-temen sudah tahu, alhamdulillah. Inshaallah kebenaran hanya milik-Nya. Wassalam

Sumber:

konusltasisyariah.com

kajian-kajian ustad lain

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun