Sempat terpikir di benak penulis untuk memulai awal tahun dengan sesuatu yang baik pastinya. Berbagai khalayak ramai menyerukan berbagai resolusi mereka lewat berbagai perangkat untuk awal tahun.Â
Tidak terkecuali penulis, sejenak merenungkan berbagai hal yang telah dilakukan penulis selama tahun 2017. Kadang terpikir bahwa pergantian hari apalagi awal tahun sejatinya tak berbeda dari perubahan tanggal dan hari pada biasanya, hanya berbeda judul tahun yang tertera pada kalender saja, sudah seharusnya seorang manusia menjadi lebih baik tiap harinya terlepas itu di pergantian tahun atau hari-hari biasa.Â
Terlepas dari hakikat pergantian tahun itu sendiri, penulis pun ingin berbagi salah satu resolusi awal tahun melalui tulisan di Kompasiana.
Sudah sejak 2016, penulis keluar dari lingkungan boarding school dan akhirnya mencoba menggunakan handphone. Rasanya saat itu tidak afdhol rasanya memiliki suatu gawai tanpa menginstall Instagram.Â
Alhasil mulailah sejak tahun 2016 penulis menggunakan aplikasi yang dikembangkan oleh Kevin Systorm dan Mike Kriege sejak tahun 2010 ini. Sudah 2 tahun dan penulis melihat realita bahwa kehadiran Instagram terlebih di Indonesia memang telah menjadi bukti eksistensi seseorang dalam lingkup pergaulan zaman nowb ukan hanya sekadar gaya hidup namun juga kebutuhan bagi pihak-pihak tertentu.Â
Terbukti terhitung 2017 pengguna Instagram telah mencapai sekitar 45 juta orang Indonesia (dari 261,1 total penduduk) dan hampir 80%-nya mengikuti akun bisnis. Di mana artinya Instagram telah berperan menjadi ajang usaha guna maningkatkan laju penjualan sekaligus konsumsi.
Sejak mengikuti bangku perkuliahan banyak teman-teman yang memang tidak menggunakan Instagram atau menghapusnya, melalui pengalaman dan realita sekitar penulis pun merangkumnya menjadi hal-hal apa yang menjadi pertimbangan penulis untuk berpikir untuk meng-uninstall-nya. Untuk mempermudah maka penulis menjabarkannya dalam bentuk poin-poin alur berpikir berikut:
1. Kebutuhan Hidup atau Gaya Hidup
Anda seorang public figure, pebisnis, fotografer atau memiliki suatu ketenaran tertentu sehingga disebut selebgram? Atau memang orang yang mendapat pendapatan melalui Instagram? Atau memiliki portofolio foto atau desain yang digunakan untuk bekerja atau mencari pendapatan.Â
Maka mungkin anda bisa berhenti di poin ini jika ingin. Sayang, penulis masih menganggapnya sebagai gaya hidup sebagai wujud eksistensi penulis dalam masyarakat.
2. Memahami Tujuan Penggunaan