Pendidikan jaman sekarang tak melulu identik dengan buku, guru, dan ruang kelas. Meskipun, tiga hal tersebut masih jadi faktor penting.
Tapi, ketiganya rentan terkena disrupsi. Kehadiran buku fisik perlahan tertutupi dengan dominasi e-book, jurnal-jurnal ilmiah online, artikel-artikel media online tepercaya, dan sumber-sumber tulisan digital lainnya.
Guru yang memegang predikat mulia pahlawan tanpa tanda jasa pun harusnya jangan sampai merasa nyaman.
Kualitas mengajar guru saat ini perlahan tergantikan dengan video-video tutorial bermanfaat di Youtube yang lebih enak ditonton, video-video penjelasan praktisi atau expert yang ahli di bidangnya, aplikasi bimbel-bimbel online, dan lain segalanya.
Disrupsi demikian jelas menguntungkan bagi tumbuh kembang dunia pendidikan Indonesia. Peserta didik dihadapkan dengan banyak sumber dan pilihan dalam memilih materi pelajaran.
Guru pun harusnya terpacu meningkatkan kemampuannya mengajar murid, agar tak kalah saing dengan "guru-guru" yang ada di "Universitas Youtube."
Nah, semua khayal itu bisa jadi kejadian kalau permasalahan sinyal ini diatasi sesegera mungkin. Tak ada salahnya juga kok membuat anggaran jaringan dan sinyal internet setara urgensinya dengan anggaran pendidikan. Karena Akses ngeyoutube sebagai alternatif medium pendidikan baru adalah hak segala bangsa, termasuk adik-adik yang ada di Sumba.Â
Jadi, alih-alih meminta sumber air yang dibikin dekat, Kini, saatnya Warga Sumba juga meminta sumber sinyal yang harus su dekat.
Alvi Anugerah
Doers at Kitabisa.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H