Mohon tunggu...
M Alvian Rizky
M Alvian Rizky Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua Umum PK. PMII UNIKOM

saya suka menulis dan juga membaca buku, selain kegiatan tadi saya memiliki organisasi yang bergerak di bidang literasi masyarakat, karena membangun literasi ditengah masyarakat menjadi penting untuk memajukan peradaban manusia yang lebih baik.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Revolusi di TPS: Rebut Ruang Demokrasi demi Ibu Pertiwi

20 Desember 2023   18:49 Diperbarui: 21 Desember 2023   00:05 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demokrasi merupakan salah satu pilar penting dalam kehidupan bernegara. Melalui demokrasi, masyarakat dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan politik. Namun, demokrasi di Indonesia saat ini tengah menghadapi berbagai tantangan, salah satunya adalah praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Kondisi ini semakin diperparah dengan rendahnya partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum (pemilu).

Oleh karena itu, diperlukan suatu revolusi di Tempat Pemungutan Suara (TPS) untuk merebut ruang demokrasi. Revolusi ini dapat dilakukan dengan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemilu, serta mengawasi pelaksanaan pemilu agar bebas dari praktik KKN.

Pendahuluan

Demokrasi merupakan suatu sistem pemerintahan yang memberikan kekuasaan kepada rakyat untuk menentukan arah pemerintahan. Demokrasi di Indonesia diwujudkan melalui pemilihan umum (pemilu), yang merupakan salah satu pilar penting dalam kehidupan bernegara.

Melalui pemilu, masyarakat dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan politik. Masyarakat dapat memilih calon pemimpin yang mereka inginkan, serta mengawasi jalannya pemerintahan.

Namun, demokrasi di Indonesia saat ini tengah menghadapi berbagai tantangan, salah satunya adalah praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Praktik KKN telah merusak tatanan demokrasi di Indonesia, sehingga menyebabkan terjadinya ketimpangan sosial dan ekonomi.

Kondisi ini semakin diperparah dengan rendahnya partisipasi masyarakat dalam pemilu. Berdasarkan data Komisi Pemilihan Umum (KPU), tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilu 2019 hanya mencapai 77,5%. Angka ini masih di bawah target yang ditetapkan oleh KPU, yaitu 80%.

Rendahnya partisipasi masyarakat dalam pemilu dapat menjadi peluang bagi oknum-oknum tertentu untuk melakukan kecurangan dan praktik KKN. Oleh karena itu, diperlukan suatu revolusi di TPS untuk merebut ruang demokrasi.

Revolusi di TPS

Revolusi di TPS dapat dilakukan dengan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemilu, serta mengawasi pelaksanaan pemilu agar bebas dari praktik KKN.

Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemilu, diperlukan upaya-upaya edukasi dan sosialisasi. Masyarakat perlu didorong untuk berpartisipasi dalam pemilu, sehingga mereka dapat memilih calon pemimpin yang mereka inginkan.

Selain itu, perlu juga ada upaya untuk mempermudah akses masyarakat untuk berpartisipasi dalam pemilu. Misalnya, dengan memperpanjang waktu pemungutan suara atau menyediakan tempat pemungutan suara (TPS) yang mudah dijangkau.

Untuk mengawasi pelaksanaan pemilu agar bebas dari praktik KKN, diperlukan kerja sama antara masyarakat, penyelenggara pemilu, dan aparat penegak hukum. Masyarakat dapat berperan sebagai pengawas pemilu dengan melaporkan dugaan kecurangan atau praktik KKN kepada penyelenggara pemilu atau aparat penegak hukum.

Teori Ilmu Politik, Sosiologi, dan Ilmu Komunikasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun