Berbeda dengan Jokowi dan JK, Mega dan Prabowo secara kasat mata dan jelas terlibat langsung dalam memberi dukungan pada Ahok dan Anies. Hal ini bisa dimaklumi karena Mega lewat PDI Perjuangan menjadi salah satu partai dominan yang mendukung Ahok. Begitu juga Prabowo yang jelas-jelas mengusung Anies-Sandi lewat Partai Gerindra.
Perseteruan Mega dan Prabowo ini memang terbilang unik karena jika ditarik ke belakang, delapan tahun lalu, kedua tokoh ini adalah konco lawas. Setidaknya pada pilpres 2009, Mega dan Prabowo menjadi pasangan capres dan cawapres yang diusung PDI Perjuangan dan Partai Gerindra. Sayangnya, perjuangan mereka berdua kandas oleh kedigdayaan SBY yang merupakan presiden incumbent saat itu.
Mega, Probowo dan SBY punya kisah unik juga. Â Ceritanya, saat Mega berkuasa, lahirlah SBY. Panggung Menko Polhukam yang dipercaya Mega kepada SBY, membuat dirinya dikenal luas oleh publik.
Setelah bermanuver, mundur dari jabatan Menko Polhukam, tak lama kemudian, SBY tampil menjadi rival Mega di ajang pemilihan presiden (pilpres) pada 2004. Hasilnya, menyakitkan bagi Mega. Dia kalah dari mantan anak buahnya SBY yang belakangan melahirkan Partai Demokrat sebagai tumpuan perjuangan politiknya.
Sejak itu, Mega dan SBY ibarat kutub mata angin. Jika SBY berada di timur, bisa dipastikan Mega berada di barat. Keduanya tak pernah bisa disatukan, baik sebagai pribadi maupun sebagai tokoh.
Perbedaan itu kian nyata dalam sikap politik yang dipilih PDI Perjuangan selama 10 tahun masa pemerintahan SBY yakni menjadi partai oposisi.
Di sela-sela ketidakharmonisan Mega-SBY, lahirlah Prabowo, mantan jenderal Kopassus yang belakangan terjun sebagai politikus. Era reformasi memuluskan langkah Prabowo membidani lahirnya Partai Gerindra. Lewat Gerindra, Prabowo berhasil masuk dalam pusaran elit yang ikut menentukan perpolitikan nasional.
Prabowo sendiri memiliki hubungan yang relatif baik dengan SBY. Keduanya telah bersahabat sejak menempuh pendidikan di Akabri (Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia). Namun, dalam hal sikap politik, Prabowo cenderung dekat ke Mega. Partai milik Prabowo Gerindra juga memilih sikap oposisi selama pemerintahan SBY.
Sikap itu menjadi konkrit pada pemilihan presiden 2009, dimana Prabowo dan Mega bersekutu melawan SBY. Mega menjadi calon presiden, Prabowo calon wakil presiden. Sayangnya, kolaborasi Mega-Prabowo dipatahkan SBY sebagai incumbent. SBY kemudian melanjutkan jabatan Presiden RI untuk periode kedua. Mega dan Prabowo tetap memilih berada di luar kekuasaan.
Pada pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2012, Mega dan Prabowo bersekutu lagi. Kali ini mereka berdua melahirkan pasangan Jokowi - Ahok sebagai calon gubernur dan wakil gubernur. Jokowi "disorong" Mega, sedangkan Ahok di "disorong" Prabowo.
Sebaliknya rival abadi mereka, SBY, mengusung Fauzi Bowo (yang dulu dipromosikan Mega sebagai gubernur) sebagai calon gubernur dan Nachrowi Ramli sebagai wakil gubernur. Pertarungan Pilkada DKI saat itu dimenangkan Jokowi-Ahok, yang notabene representasi Mega-Prabowo. Jagoan SBY pun gagal menguasai DKI.