Bos Lippo Group James Riady sumringah saat mengunjungi Sekolah Lentera Harapan (SLH) yang bernaung di bawah Yayasan Pendidikan Pelita Harapan (YPPH) di Kota Ambon. “Inilah sekolah kami di Ambon,” ungkap James kepada sejumlah insan pers, termasuk penulis pada pekan kedua Februari 2017 lalu.
“Jumlah siswa 600-an orang sesuai daya tampung sekolah saat ini dan nanti akan bertambah lagi seiring pembangunan ruangan belajar baru,” timpal James lagi.
Sekolah Lentera Harapan (SLH) yang dikunjungi James Riady dan manajemen Lippo Group ini terletak di salah satu jantung pusat Kota Ambon, Jalan Dr Siwabessy, Kelurahan Wainitu, Nusaniwe. Jumlah siswa SD di sekolah tersebut saat ini mencapai 337 orang. Sedangkan siswa SMP dan SMA, masing-masing, 209 dan 141.
“Para siswa berasal dari berbagai strata sosial. Ada siswa dari keluarga petani, buruh, pekerja, profesional, pedagang, pengusaha, dan pegawai negeri sipil,” jelasnya.
Di SLH Ambon terdapat 48 guru. Sebanyak 45 guru di antaranya adalah lulusan Universitas Pelita Harapan (UPH). Mereka dididik di Teachers College (TC) UPH, selama empat tahun, tinggal di asrama, dan semuanya dibiayai YPPH. Biaya pendidikan per mahasiswa ikatan dinas Rp 240 juta.
Lulusan siswa SLH Ambon, sudah ada yang melanjutkan kuliah ke Universitas Pelita Harapan (UPH) Karawaci, Tangerang. Menurut salah satu lulusan SLH Ambon bermarga Silooy, dia saat ini menempuh pendidikan di Fakultas Hukum UPH lewat program beasiswa.
“Ada teman-teman dari Ambon yang menerima beasiswa kuliah di UPH di berbagai program studi,” ujarnya.
Terkait program beasiswa tersebut, James Riady mengatakan, setiap tahun pihaknya menyediakan beasiswa kepada 3.000 siswa dan mahasiswa. “Kami sangat concern meningkatkan kualitas pendidikan anak-anak di berbagai daerah.”
James Riady sangat excited melihat kemajuan peserta didik SLH Ambon. Dia berjanji akan menambah lagi ruang belajar dan tenaga guru sehingga makin banyak siswa yang bisa melanjutkan pendidikan di sekolah tersebut.
Sejak awal, YPPH yang didirikan almarhum Yohanes Oentoro dan James T Riady bertekad untuk membangun 1.000 SLH dengan tujuan membantu masyarakat tidak mampu. Uang sekolah ditetapkan relatif rendah agar terjangkau masyarakat bawah. Mereka yang benar-benar tidak mampu diberikan beasiswa.
Mulai beroperasi tahun 1995 di Lampung, SLH kini sudah hadir di 16 kota di Indonesia, yakni di Nias, Medan, Lampung, Jakarta, Tangerang, Toraja, Palopo, Kupang, Papua, Tomohon, Mamit, Balige, Kurubaga, Sangihe, Labuan Bajo, dan Ambon.
Dana untuk mengembangkan SLH, antara lain, berasal dari dana corporate sosial responsiblity (CSR) perusahaan-perusahaan di Lippo Group.
Dialog Siswa dan Guru
Saat bertemu siswa kelas 9 SLH Ambon, James Riady sempat memberikan pencerahan kepada mereka. Menurut James, belajar ilmu dan teknologi merupakan sebuah keharusan.
Namun, dia mengingatkan maju-mundurnya dunia ini tidak hanya ditentukan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Faktor paling utama dalam kemajuan dunia justru iman. Karena itu pendidikan keimanan perlu mendapat perhatian serius.
Bos Lippo Group itu juga menanyakan cita-cita dari sejumlah siswa. Ada yang menjawab ingin menjadi dokter, pendeta dan guru. "Apa pun alasan, yang terpenting, kalian sudah punya cita-cita, punya mimpi," ujarnya.
Dia menjelaskan kehadiran Sekolah Lentera Harapan juga dimaksudkan untuk menemukan bakat-bakat menonjol dari para siswa. Nantinya, bakat yang menonjol itu harus ditemukan dan dikembangkan lewat pendidikan dan latihan.
Makanya bagi mereka yang siswa di SLH Ambon, akan diberikan kesempatan mengikuti pendidikan dan latihan saat liburan sekolah. “Yang ingin menjadi dokter, bisa diberi kesempatan untuk mengisi liburannya dengan mengikuti pendidikan dan latihan di RS Siloam terdekar," ujar James.
Saat berdialog dengan para guru, dia mengingatkan, guru yang baik tidak cukup hanya menguasai bidang ilmu yang menjadi mata pelajaran yang diajarkannya, melainkan juga berintegritas dan memiliki kualitas iman yang teruji.
James menegaskan prinsip dasar pendidikan dan pandangan yang tepat tentang anak. Pandangan yang salah tentang anak membuat pendidikan salah arah. ”Anak adalah milik Tuhan," tegas James.
Pandangan ini membawa konsekuensi luas. Pertama, karena anak adalah milik Tuhan, orangtua dan guru sebagai pendidik wajib menghormati hak asasi anak didik. Kedua, anak-anak wajib dididik sesuai kehendak Allah, yakni mengembangkan bakat mereka, membimbing mereka menjadi manusia beriman, berintegritas, kreatif, kritis, dan mandiri. Anak didik dibimbing dengan keteladanan agar kelak menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H