Sekarang aku tahu, jadi inilah alasan kenapa sebagian sawah tanamannya berbeda. Hatiku menjadi sangat miris, mengingat ketika di masa kecil ibu pernah bilang jika sawah tersebut adalah warisan tidak ternilai harganya. Demi aku Ibu rela untuk melepaskan sebagian kepemilikannya. Meski ada pertentangan dari Bapak, tapi keras kepala dan tekad Ibu untuk menyekolahkanku jauh lebih besar.
***
Memori tersebut muncul secara tiba-tiba setelah waktu berjalan selama 25 tahun, semoga kelak aku bisa membahagiakan Ibu dan Bapak, meski mereka hanya bisa melihat dari tempat jauh nan di sana. Doakan anakmu ini mempunyai sifat yang rendah hati dan selalu berbakti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H