Mohon tunggu...
Alvan Lazuardie Alkhaf
Alvan Lazuardie Alkhaf Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Menulis berbagai cerita

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Bahasa Gaul, Bahasa yang Tak Pupus Dimakan Waktu

13 Januari 2023   14:21 Diperbarui: 13 Januari 2023   14:31 714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

"Mawar makasar apipa?" (Mau makan apa?)

"Selomita ultramen!" (Selamat ulang tahun!)

"Ogut enggak berani bokis sama bokap nyokap ogut." (Aku enggak berani bohong sama papa mama aku)

"Sokap sih yang ngadu domba ogut sama dia?" (Siapa sih yang ngadu domba aku sama dia)

"TBL sama lirikannya!" (Takut Banget Loh sama lirikannya!)

"Jangan ngaret datangnya ygy." (Jangan telat datangnya ya ges ya)

SEJUMLAH perkataan di atas yang menggambarkan betapa beragamnya bahasa gaul yang dijumpai dalam percakapan sehari-hari kita, khususnya anak muda dengan generasi berbeda. Bahasa selalu berkembang secara dinamis mengikuti perkembangan zaman. 

Hal ini menunjukan bahwa bahasa dapat sejalan dengan berbagai perubahan yang terjadi dalam perkembangan zaman, yakni ideologi, budaya dan teknologi, yang nantinya akan memiliki pengaruh pada bahasa yang digunakan oleh kelompok masyarakat. Bahasa juga dapat dikembangkan sesuai dengan perubahan lingkungan yang terjadi di masyarakat.

Namun, seiring berjalannya waktu pun, bahasa jadi sarana untuk ajang mengembangkan budaya populer yang sedang tren sehingga kurang menjunjung tinggi bahasa Indonesia yang baik dan benar. 

Padahal, tak soal jika mengikuti budaya yang populer di masyarakat sehingga bakal jadi sarana adaptasi anak-anak muda untuk mengembangkan pergaulan sehari-hari, namun harus diperhatikan apakah bahasa yang dituturkan sudah baik atau malah sebaliknya.

Semisal kita jumpai bahasa gaul yang dinamai "Bahasa Jaksel". Maksud dari Jaksel adalah Jakarta Selatan yang mencampur bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris, seperti "Sometimes aku perlu banget quality time dengan my family", atau "You want to know banget sama my personal life". Bahasa seperti itu, yang beberapa waktu belakangan, sempat populer di kalangan anak muda kawasan itu yang rata-rata pada melek terhadap bahasa internasional, khususnya bahasa Inggris. Alhasil, bahasa yang diutarakan atau dilontarkan menjadi 'campur aduk' dan bagi yang tidak terbiasa akan kurang sedap didengar dan membingungkan.

Penulis pernah mendengar percakapan seorang penyiar radio Prambors yang sering menggunakan "Bahasa Jaksel" untuk membawa pendengar lebih akrab dan komunikatif. Setelah mengamati dan menilai sendiri, ternyata sang penyiar ini memang tinggal di Jakarta Selatan yang sudah umum dan lumrah dengan bahasa yang 'campur-campur' itu sehingga dalam pengucapannya tidak canggung apalagi gugup. Bagi pendengar di luar Jakarta tentu akan berusaha mencerna---atau paling tidak---memahami percampuran bahasa itu.

Sebelum fenomena bahasa Jaksel muncul, muncul bahasa gaul yang sering diucap selebritas Debby Sahertian pada pertengahan 90-an. Pengaruh yang diberikan cukup besar sehingga bahasa gaul Debby tetap eksis hingga kini. Berawal dari sebuah percakapan "balon" (atau bisa disebut banci-banci salon) di sebuah salon kecantikan di Medan, Debby pun mencoba untuk memahami dan menerjemahkannya sehingga lahir dengan sebutan "bahasa gaul ala Debby Sahertian". 

Bukunya saja sudah ada tiga edisi sehingga sering dipakai oleh anak muda yang tentu terkesima dengan bahasa yang sebetulnya berbeda dengan bahasa gaul pada era sebelumnya. Buku itu diterbitkan pada 1999 oleh penerbit Sinar Harapan Jakarta dan dilengkapi dengan gambar percakapan sebagai contoh dalam memeragakan bahasa gaul ala Debby ini.

"Sebetulnya saya hanya ingin menerbitkan kosa kata bahasa gaul yang berdasarkan percakapan para "balon" ini, namun dari penerbit bilang 'kalau hanya kosa katanya saja yang dibukukan terlalu tipis, kami sarankan pakai gambar percakapan yang sekiranya menarik'. Jadinya, saya pakai gambar percakapan agar terlihat tebal," kata Debby ketika ditanya oleh model Patricia Gunawan soal buku bahasa gaulnya, Juli 2020 lalu.

Seperti misalnya pengucapan, Sehati slalom, jeng dan eskalator teknologi manila. Keduanya bisa diartikan sebagai "Sehat selalu, Mbak" dan "Es teh manis". Atau dese makarena apose?, yang bisa diartikan sebagai "Dia makan apa?". Dan pengucapan seperti ini, bagi yang tak terbiasa, akan kebingungan dan terpingkal-pingkal dengan bahasa itu. 

Penulis dapat menilainya sebagai "sesuatu yang tidak biasa dalam dunia bahasa antar generasi". Yang patut diperhatikan adalah sebagian di antara anak-anak muda menjadikan Debby sebagai "guru" dalam penuturan bahasa gaul di kalangan mereka untuk seru-seruan, atau memanggungkan status sosial.

Berikut ini dijabarkan sedikit perkataan bahasa gaul yang dipopulerkan Debby Sahertian dan dapat dikatakan sebagai bahasa gaul yang menghibur dan setiap kosa katanya bikin siapapun terpingkal-pingkal.

 "Selomita makasar shanghay semuaranya!" (Selamat makan siang semuanya!)

"Semandung ketumbaran samde dese dong!" (Senang ketemuan sama dia dong!)

"Yey-yey adin rancamaya apose libra indang? Tous de jours di kompor yayuk." (Kamu-kamu ada rencana apa liburan ini? Tulis di komentar, yuk)

"Ujian negara nih, yang laguna dijalinan kasih titi dj yayuk!" (Hujan nih, yang lagi di jalan hati-hati ya!)

Selain bahasa Jaksel dan bahasa Debby Sahertian, ada juga bahasa gaul yang sampai hari ini masih dipakai anak-anak muda, meski tidak terlalu banyak, adalah bahasa gaul era 70-an. Meski penulis hanya tahu sebagian dari bahasa itu, tapi memang fenomena tersebut, sampai hari ini masih sering terucap di kalangan anak muda. 

Yang unik adalah bahasa itu ada yang dibolak-balik dan istilah yang mungkin saja kurang dimengerti sama anak zaman sekarang. Seperti kata sokin yang berarti sini, ogut yang berarti saya/aku, dan kane yang berarti enak. Kosa kata tersebut sudah ada sejak zaman itu, dan mungkin saja generasi orang tua kita pernah bertutur bahasa ini ketika bercakap-cakap dengan teman.

Bahasa gaul tentu pasti akan datang seiring dengan fenomena yang terjadi di masyarakat. Dan kita tidak bisa menafikan hal tersebut, sehingga ada diantara kita berusaha mengalir dengan seliweran bahasa gaul yang ada. Dan bahkan ada bahasa gaul yang hanya berupa singkatan dari bahasa atau istilah bahasa asing yang kita tidak pahami sebelumnya, dan bisa dibilang adalah bahasa gaul untuk era milenial (sekitar 2020 atau baru-baru ini 2022).

Seperti MLYT yang punya arti "Meleyot", contohnya seperti, "Duh aku MLYT lihat Dahee Jung dan Chery Kang." Atau yang paling dijumpai adalah kata bestie. Apakah Anda tahu arti bestie? Bestie merupakan sebutan dari kata best friend atau teman sejati, contohnya seperti, "Hai, bestie. Gimana kabarnya bestie?" Juga ada lagi istilah komuk yang diartikan sebagai kondisi muka, dan jasuke diartikan "jangan suka kepo".

Tentu saja berbagai bahasa yang berkembang sesuai zamannya tetap tak pupus dimakan oleh waktu, karena penggunaannya akan tetap dituturkan bahkan dilenggangkan hingga masa-masa mendatang.

Tak dapat dinafikan juga apabila bahasa gaul dapat dijadikan sebagai sarana untuk menunjukkan bahwa kita sudah berada atau masuk dalam budaya populer yang akan terus ada hingga akhir waktu sekalipun, hanya saja dari kita yang harus bijak dan cermat dalam menggunakannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun