Peristiwa nikah siri dan kawin kontrak itu, menjadi indikator setback (kemunduran) ke sebelum ada UU No.1/1974 tentang Perkawinan, bahkan ke masa jahiliah (pra-Islam). Di sini, saya memberi apresiasi kepada para pelajar kita yang memperingati Hari AIDS Sedunia kini dengan jalan mundur.
Yang introjektif, justru berkelindan dengan perihidup sehari-hari kita dan dikhawatirkan manifes (mewujud, bukan laten atau potensial lagi) di Indonesia, adalah perilaku bercinta dengan robot. Lho?  Silakan googling (selisik) fenomena ini di negara-negara maju; juga soal disahkannya pernikahan sesama jenis!
Saya sekadar ingin kita saling mengingatkan bahwa fenomena atau realitas tersebut adalah pengulangan sejarah. Karena bermakna negatif, maka untuk zaman now, tidak salah jika peristiwa-peristiwa gaya bercinta itu dinilai sebagai 'tanda kiamat'.
Sedikit soal kiamat (doomsday), ada 'keterangan' bahwa Nabi Muhammad SAW (shallallaahu 'alaihii wasallam) bertanya kepada malaikat Jibril: "Kapan kiamat?" Jibril malah menjawab diplomatis: "Yang bertanya justru lebih tahu!" Padahal jelas, makanya Nabi bertanya karena tidak tahu; dengan kata lain: kelas Nabi pun tidak tahu kapan kiamat bakal terjadi. Yang 'hebat', muncul artikel hoax bahwa kiamat bakal terjadi 61 tahun lagi (dhitung dari sekarang 1439 H, Hijriah, alias 1500 tahun pasca hijrah Nabi dari Makkah ke Madinah). Heuheu!
Sebagai 'tanda kiamat', mari saling ingatkan: apakah gaya bercinta kita sudah benar = halal = sehat = sakiinah = tenang = gak di-grebeg Hansip atau bakal kena OTT, ...?
Cari Aman atau Cari Penyakit?
Dari mana munculnya tren bercinta dengan robot itu? Mungkin telah dimafhumi bersama, khususnya telah diidentifikasi para cendekia kita, bahwa misalnya disebutkan oleh Nurcholish Madjid sebagai fenomena alienasi (keterasingan), yakni perilaku hidup manusia yang terasing oleh ciptaannya sendiri (seperti oleh produk IT atau iptek, lihat QS 25: 43).
Menurut Jalaluddin Rakhmat, 'alienasi' adalah makna yang diberikan kepada kejatuhan manusia ke bumi. Ketika mereka dicampakkan (dan mencampakkan) Tuhan, mereka bukan hanya terasing dari Tuhan. Mereka terasing dari alam, dari dunia, dan dari diri mereka sendiri. Mereka terlempar ke dunia, tanpa mengetahui ke mana mereka harus pergi. Mereka kehilangan arah. Mereka mengalami keterpisahan dari alam, dari Tuhan, dari sesama manusia, dan dari dirinya sendiri.
Dari mana kita merunut gaya hidup (lifestyle) alienasi hingga menjelma gaya bercinta dengan robot? Karena keterbatasan intelektualitas saya, saya hanya akan menyajikan secara 'zigzag'Â (bahkan bersifat 'labirin' ... mohon maaf). Misalnya, kita mulai dari sejak 'ditemukannya' kertas di Cina, kemudian mesin cetak di Jerman, diciptakannya mesin uap yang mendorong revolusi di Inggris dan Perancis dst (dan seterusnya); artinya: kerjaan manusia dipermudah oleh mesin (produk teknologi).
Di zaman now disebut produk IT, digital, dan 'artifisial' dengan jargon: "Kerja cerdas tanpa perlu kerja keras!" karena segala apa tinggal one touch easy, bahkan pakai 'wireless' (nirkabel, hanya sensor gerak-suara-cahaya atau nunggu 'perintah' otak), sehingga segala apa, segala kehendak kita tinggal tepuk tangan, jentik jari, siul, bahkan tinggal 'niat' saja.
Efeknya, kita berpenyakit hipokinetik beserta derivasinya dan a-sosial alias tidak bersilaturahmi, padahal silaturahmi itu luaskan rezeki dan panjangkan umur (HR Bukhari). Seperti peristiwa nikah (di UU kita: 'kawin') justru menambah pintu-pintu rezeki kita karena otomatis menambah relasi dan peluang bisnis kita, misalnya kita bisa berbisnis karena atau dengan mertua dan relasinya, dengan kakak/adik ipar dan relasinya dst.