Mohon tunggu...
Aluzar Azhar
Aluzar Azhar Mohon Tunggu... Freelancer - Penyuluh Agama Honorer

Berbuat baik kok malu, jadi weh ...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Akulah 'Umar

20 September 2017   15:16 Diperbarui: 21 September 2017   02:22 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku 'Umar

Kehadiranku dibenci

Ketiadaanku dirindukan

Akulah yang memikul karung gandum dari Baitul Maal

Karena rakyatku menanak batu

Akulah yang paling bertanggung jawab

Bukan tetangganya, bukan Ketua RT-nya, ...

Bukan saudara sedarahnya

Akulah yang meniup cempor

Jika anakku curhat di malam hari

Karena minyak milik umat, tuanku

Bajuku dua

Yang satu kotor, kucuci sendiri

Yang kedua kupakai

Memang, aku masih kalah oleh Tsa'labah

Yang gantian pakai dengan istrinya

Akulah yang mengirim tulang ke bawahanku

Kugores lurus dengan pedangku

Gubernurku adil, minoritas sukarela

Yang bilang: "Kekasih Allah wafat"

Kan berkenalan dengan pedangku!

Tapi seniorku, orang jujur, bilang:

"Sembahlah Sang Abadi (al-Baaqii)!"

Kuluaskan silaturahmiku ke Afrika, ke Eropa

Meski panglimaku kupecat biar ada regenerasi

Kita fastabiqul khairaat

Dia berperang bukan karena 'Umar

Kita berperang karena ar-Rahmaan ar-Rahiim

Apakah aku atau adakah setelahku menjadi Penjajah?

Kucium si Batu Hitam

Meski kutahu setahu-tahunya

Meski kusadar sesadar-sadarnya

Dia tak beri manfaat sedebu pun

Tetapi kekasihku beri teladan

Aku sami'naa wa atha'naa

Konon, ada yang riwayatkan

Perilakuku paling lembut, tapi pukulanku paling keras

Aku berjalan, berpapasan, setan pun minggir

Konon, aku digelari "al-Faruq"

Duh, Gusti

Aku kubur hidup-hidup buah hati mar'ah-ku

Aku tampar adik kandung perempuanku

Aku sanggup hadapi puluhan bahkan ratusan laki-laki

Tapi Kau, Pemilik Nama-nama Baik, kirimkan Thaahaa

Berkat request  kekasih-Mu, kekasihku jua

Aku tertunduk, malu, hina

Hm,

Aku ditusuk belati dari belakang

Ketika aku memimpin shalat Subuh

Aku tersungkur ... dan aku bersyukur

Begitu merindu sua kekasih sejak belia

Menjadi pesaing terberat ketika muda

Begitu cemburu kepadanya

Karena hanya dia, kekasih-Mu

Aku 'Umar

Kehadiranku dibenci

Ketiadaanku dirindukan

Ujungberung, 20170920, 11.38

c.q. Draf epik seorang Sahabat r.a., harus di-review (diadakan riset ulang) ... dan kutitipkan semua yang kutinggalkan; kaujagalah semua yang mesti kaujaga ("Ikrar" Iwan Fals).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun