Mohon tunggu...
Aluska Alus
Aluska Alus Mohon Tunggu... -

the deeper wisdom bringing in its own way the special request to pass

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Segenggam Pasir Senja

21 Januari 2014   19:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:36 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kamu tersenyum. Mataharinya gagah ya," terdengar suaranya.

"Jangan terkejut begitu," ujarnya tertawa. Ya, aku memang terkejut karena sejenak aku tenggelam dalam lamunan tentang senjaku. Aku diam saja.

"Tadi pikir apa?" tanyanya ringan.

"Yang pasti bukan pikir kamu," kataku kesal.

"Terus pikir apa," tanyanya tanpa ada nada selidik.

"Bisa diam," kataku dengan nada sangat sopan.

"Bisa, tapi jawab dulu tadi kamu pikirkan apa," tanyanya sambil menyiram pasir ke kakiku.

Aku diam saja. Apa yang ada dalam pikiranku bukan untuk diumbar apalagi kepada dia yang entah siapa.

Bulatan merah matahari itu sudah tepat di tepi horison. Aku menahan nafas.

"Gagah ya," kembali terdengar suaranya

Aku kesal dan menendang kakinya. "Aw," dia berteriak kecil tapi tidak marah. Ya, itu balasan untuk siraman pasirnya ke kakiku tadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun