"Kamu tersenyum. Mataharinya gagah ya," terdengar suaranya.
"Jangan terkejut begitu," ujarnya tertawa. Ya, aku memang terkejut karena sejenak aku tenggelam dalam lamunan tentang senjaku. Aku diam saja.
"Tadi pikir apa?" tanyanya ringan.
"Yang pasti bukan pikir kamu," kataku kesal.
"Terus pikir apa," tanyanya tanpa ada nada selidik.
"Bisa diam," kataku dengan nada sangat sopan.
"Bisa, tapi jawab dulu tadi kamu pikirkan apa," tanyanya sambil menyiram pasir ke kakiku.
Aku diam saja. Apa yang ada dalam pikiranku bukan untuk diumbar apalagi kepada dia yang entah siapa.
Bulatan merah matahari itu sudah tepat di tepi horison. Aku menahan nafas.
"Gagah ya," kembali terdengar suaranya
Aku kesal dan menendang kakinya. "Aw," dia berteriak kecil tapi tidak marah. Ya, itu balasan untuk siraman pasirnya ke kakiku tadi.