Mohon tunggu...
Aluska Alus
Aluska Alus Mohon Tunggu... -

the deeper wisdom bringing in its own way the special request to pass

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jagal

27 Januari 2014   08:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:26 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku tiba tiba muntah. Muntah di ruang tamuku sendiri. Aku tidak peduli. Aku semuntah-muntahnya. Yang keluar lagi lagi hanya cairan lendir putih. Itu saja. Aku mengelap mulutku yang penuh liur. Mengelap mataku yang berair. Aku melonjorkan kakiku di sofa. Aku biarkan muntahku yang sedikit itu tetap di lantai. Nanti saja kubersihkan.

Tiba tiba aku ingin muntah lagi. Aku hampir yakin pernah bertemu dengan salah satu jagal itu. Wajahnya sungguh bukan wajah seorang jagal. Wajahnya biasa biasa saja.

Inikah saatnya? Sebagaimana yang pernah dijanjikannya padaku waktu itu? Dia tampak sangat sadar dan tidak peduli akan dampak kesaksiannya. Tanpa merasa bersalah, dia dan temannya bercerita tentang pembunuhan yang mereka lakukan. Walau dia mengatakan tidak menyesal karena menurutnya dilakukannya atas permintaan 'negara', aku yakin dia dan temannya menceritakan peristiwa yang terjadi hampir 50 tahun yang lalu sebagai pengobatan batin, membersihkan nurani di usia senja mereka. "Ini harus berani diungkap," kata dia. Demi keadilan sejarah?

Dia pembunuh.

Bukankah aku juga.

Aku muntah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun