Mohon tunggu...
Alun Riansa Pakaya
Alun Riansa Pakaya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa yang antusias menulis, mengeksplorasi ide-ide baru dan mengembangkan kreativitas melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Horor

Tersesat

22 Agustus 2024   15:44 Diperbarui: 22 Agustus 2024   15:46 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Haji Abdullah melangkah masuk ke dalam rumah, tak gentar sedikit pun. "Apa yang kalian lakukan adalah kesesatan yang nyata! Kalian sedang menyembah setan, bukan Allah! Apakah kalian ingin menukar keimanan kalian dengan kesenangan dunia yang fana ini?"

Kata-kata Haji Abdullah seperti petir yang menyambar kesadaran Ahmad. Hatinya bergetar, dan tiba-tiba ia merasakan penyesalan yang dalam. Ia melihat ke arah Pak Karim yang kini wajahnya tampak penuh kebencian dan keputusasaan. Ahmad tahu bahwa ia harus keluar dari tempat ini, dari kehidupan yang sesat ini.

Namun sebelum ia sempat bergerak, sesuatu yang mengerikan terjadi. Wajah Pak Karim berubah menjadi mengerikan, matanya memerah dan tubuhnya membesar, seakan-akan ia telah dirasuki oleh sesuatu yang jahat. "Kalian tidak akan pergi dari sini hidup-hidup!" teriaknya dengan suara yang bukan lagi milik manusia.

Haji Abdullah dengan tenang mengangkat tangannya dan membaca ayat-ayat Al-Qur'an dengan lantang. Suara itu seperti pisau yang menusuk makhluk jahat yang merasuki Pak Karim. Tubuh Pak Karim bergetar hebat, lalu jatuh tersungkur ke lantai. Para pengikutnya yang lain ketakutan dan mulai melarikan diri keluar dari rumah itu, meninggalkan Pak Karim yang kini tergeletak tak berdaya.

Ahmad yang masih berada di sudut ruangan terdiam, matanya basah oleh air mata penyesalan. Haji Abdullah mendekatinya, menepuk pundaknya dengan lembut. "Anak muda, sesungguhnya Allah Maha Pengampun bagi siapa pun yang bertaubat. Kembalilah ke jalan-Nya sebelum terlambat."

Ahmad mengangguk dengan penuh rasa syukur. Malam itu, ia memutuskan untuk meninggalkan segala bentuk kesesatan yang pernah ia jalani. Ia tahu bahwa hidupnya tidak akan mudah, namun ia bersumpah untuk kembali kepada Allah dan menjalani hidup sesuai dengan ajaran-Nya.

Ketika fajar menyingsing, Ahmad meninggalkan desa itu, menuju ke sebuah pesantren untuk memulai hidup baru. Sementara itu, rumah Pak Karim menjadi kosong dan ditinggalkan, sebuah simbol nyata dari kesesatan yang telah binasa.

Rumah itu kini dikenal sebagai tempat terkutuk, di mana tidak ada seorang pun yang berani mendekatinya. Dan di dalam hati setiap penduduk desa, terpatri sebuah pelajaran yang tak terlupakan: bahwa siapa pun yang tersesat dari jalan Allah akan berakhir dalam kegelapan yang tak berujung, kecuali mereka yang bertaubat dan kembali kepada-Nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun