Haji Abdullah melangkah masuk ke dalam rumah, tak gentar sedikit pun. "Apa yang kalian lakukan adalah kesesatan yang nyata! Kalian sedang menyembah setan, bukan Allah! Apakah kalian ingin menukar keimanan kalian dengan kesenangan dunia yang fana ini?"
Kata-kata Haji Abdullah seperti petir yang menyambar kesadaran Ahmad. Hatinya bergetar, dan tiba-tiba ia merasakan penyesalan yang dalam. Ia melihat ke arah Pak Karim yang kini wajahnya tampak penuh kebencian dan keputusasaan. Ahmad tahu bahwa ia harus keluar dari tempat ini, dari kehidupan yang sesat ini.
Namun sebelum ia sempat bergerak, sesuatu yang mengerikan terjadi. Wajah Pak Karim berubah menjadi mengerikan, matanya memerah dan tubuhnya membesar, seakan-akan ia telah dirasuki oleh sesuatu yang jahat. "Kalian tidak akan pergi dari sini hidup-hidup!" teriaknya dengan suara yang bukan lagi milik manusia.
Haji Abdullah dengan tenang mengangkat tangannya dan membaca ayat-ayat Al-Qur'an dengan lantang. Suara itu seperti pisau yang menusuk makhluk jahat yang merasuki Pak Karim. Tubuh Pak Karim bergetar hebat, lalu jatuh tersungkur ke lantai. Para pengikutnya yang lain ketakutan dan mulai melarikan diri keluar dari rumah itu, meninggalkan Pak Karim yang kini tergeletak tak berdaya.
Ahmad yang masih berada di sudut ruangan terdiam, matanya basah oleh air mata penyesalan. Haji Abdullah mendekatinya, menepuk pundaknya dengan lembut. "Anak muda, sesungguhnya Allah Maha Pengampun bagi siapa pun yang bertaubat. Kembalilah ke jalan-Nya sebelum terlambat."
Ahmad mengangguk dengan penuh rasa syukur. Malam itu, ia memutuskan untuk meninggalkan segala bentuk kesesatan yang pernah ia jalani. Ia tahu bahwa hidupnya tidak akan mudah, namun ia bersumpah untuk kembali kepada Allah dan menjalani hidup sesuai dengan ajaran-Nya.
Ketika fajar menyingsing, Ahmad meninggalkan desa itu, menuju ke sebuah pesantren untuk memulai hidup baru. Sementara itu, rumah Pak Karim menjadi kosong dan ditinggalkan, sebuah simbol nyata dari kesesatan yang telah binasa.
Rumah itu kini dikenal sebagai tempat terkutuk, di mana tidak ada seorang pun yang berani mendekatinya. Dan di dalam hati setiap penduduk desa, terpatri sebuah pelajaran yang tak terlupakan: bahwa siapa pun yang tersesat dari jalan Allah akan berakhir dalam kegelapan yang tak berujung, kecuali mereka yang bertaubat dan kembali kepada-Nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H