Mohon tunggu...
Alun Riansa Pakaya
Alun Riansa Pakaya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa yang antusias menulis, mengeksplorasi ide-ide baru dan mengembangkan kreativitas melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Horor

Tersesat

22 Agustus 2024   15:44 Diperbarui: 22 Agustus 2024   15:46 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : Kling AI - Sebuah ritual gelap dengan judul "TERSESAT" berdarah yang menakutkan di ruangan tua nan menyeramkan. 

Malam itu, angin berembus dingin di desa terpencil yang jauh dari hiruk-pikuk kota. Langit pekat tanpa bintang, menambah kelam suasana yang sudah mencekam. Azan Isya baru saja berkumandang, namun di sebuah rumah tua di tepi desa, kegiatan yang sama sekali berbeda tengah berlangsung. Rumah itu milik Pak Karim, seorang pria paruh baya yang dikenal keras kepala dan misterius. Tidak banyak yang tahu bahwa di balik dinding-dinding usang rumahnya, berlangsung kegiatan yang tidak selaras dengan ajaran Islam.

Pak Karim, yang dahulu dikenal sebagai seorang yang taat, kini telah tersesat dalam keyakinan sesat yang dibungkus dengan ritual-ritual yang dipenuhi kemusyrikan. Ia bersama dengan beberapa pengikutnya memuja entitas-entitas gaib yang diyakini dapat memberikan kekayaan, kekuasaan, dan kehidupan abadi. Mereka melakukannya dengan cara yang sangat jauh dari ajaran Rasulullah, penuh dengan mantera-mantera yang bukan dari Al-Qur'an, serta berbagai praktik menyimpang lainnya.

Malam itu, Pak Karim mengumpulkan para pengikutnya. Di ruang utama rumahnya, mereka duduk melingkar di atas lantai beralaskan tikar lusuh. Di tengah-tengah mereka, sebuah meja kecil dipenuhi dengan sesajen: kemenyan yang membara, darah ayam yang masih segar, dan berbagai benda lainnya yang membuat bulu kuduk meremang.

"Saudara-saudaraku," ujar Pak Karim dengan suara serak. "Malam ini, kita akan melakukan pemanggilan yang paling kuat. Kita akan meminta kekuatan dari Sang Penguasa Malam untuk memberikan kita apa yang kita inginkan. Tapi ingat, apa yang kita minta harus kita bayar dengan harga yang setimpal."

Mata para pengikutnya berbinar, penuh harap dan keinginan duniawi. Mereka begitu larut dalam janji-janji kosong yang diberikan Pak Karim, tanpa menyadari bahwa mereka sedang menapaki jalan menuju kebinasaan. Di antara mereka, ada seorang pemuda bernama Ahmad. Ia baru bergabung dengan kelompok itu setelah terusir dari rumahnya karena sikapnya yang memberontak terhadap orang tuanya yang taat beragama. Ia merasa menemukan tempat di mana ia bisa bebas dari segala aturan yang menurutnya mengekang.

Namun, di dalam hati kecil Ahmad, ada kegelisahan yang terus menghantui. Ia teringat nasihat ibunya, seorang wanita shalihah yang tak pernah lelah mengingatkannya agar selalu berpegang teguh pada ajaran Islam dan menjauhi segala bentuk kesesatan. Namun Ahmad yang keras kepala menutup telinga hatinya, membiarkan dirinya tenggelam lebih dalam ke dalam jurang yang kelam.

Malam semakin larut, dan ritual dimulai. Pak Karim mengucapkan mantera-mantera dengan penuh keyakinan, diikuti oleh para pengikutnya yang kini berada dalam kondisi setengah trance. Ahmad yang berada di sudut ruangan merasa semakin gelisah. Ia melihat bayangan-bayangan aneh mulai muncul di sekelilingnya, seakan-akan ruangan itu dipenuhi oleh makhluk-makhluk gaib yang bersembunyi di balik kegelapan.

Tiba-tiba, pintu rumah Pak Karim terbuka dengan keras. Angin kencang masuk, menghempaskan kemenyan dan lilin-lilin yang menyala. Suasana menjadi kacau. Di ambang pintu, berdiri seorang lelaki tua dengan wajah yang dipenuhi cahaya, matanya tajam memandang ke dalam ruangan.

"Astaghfirullah! Apa yang kalian lakukan di sini?" suaranya lantang, menembus keheningan yang mencekam. Itu adalah Pak Haji Abdullah, seorang ulama yang dihormati di desa tersebut. Ia dikenal sebagai orang yang selalu berusaha menegakkan syariat Islam di mana pun ia berada.

Para pengikut Pak Karim terdiam, terkejut dan ketakutan. Namun Pak Karim, dengan wajah penuh amarah, berusaha melawan. "Haji Abdullah, jangan ikut campur! Ini bukan urusanmu!"

Haji Abdullah melangkah masuk ke dalam rumah, tak gentar sedikit pun. "Apa yang kalian lakukan adalah kesesatan yang nyata! Kalian sedang menyembah setan, bukan Allah! Apakah kalian ingin menukar keimanan kalian dengan kesenangan dunia yang fana ini?"

Kata-kata Haji Abdullah seperti petir yang menyambar kesadaran Ahmad. Hatinya bergetar, dan tiba-tiba ia merasakan penyesalan yang dalam. Ia melihat ke arah Pak Karim yang kini wajahnya tampak penuh kebencian dan keputusasaan. Ahmad tahu bahwa ia harus keluar dari tempat ini, dari kehidupan yang sesat ini.

Namun sebelum ia sempat bergerak, sesuatu yang mengerikan terjadi. Wajah Pak Karim berubah menjadi mengerikan, matanya memerah dan tubuhnya membesar, seakan-akan ia telah dirasuki oleh sesuatu yang jahat. "Kalian tidak akan pergi dari sini hidup-hidup!" teriaknya dengan suara yang bukan lagi milik manusia.

Haji Abdullah dengan tenang mengangkat tangannya dan membaca ayat-ayat Al-Qur'an dengan lantang. Suara itu seperti pisau yang menusuk makhluk jahat yang merasuki Pak Karim. Tubuh Pak Karim bergetar hebat, lalu jatuh tersungkur ke lantai. Para pengikutnya yang lain ketakutan dan mulai melarikan diri keluar dari rumah itu, meninggalkan Pak Karim yang kini tergeletak tak berdaya.

Ahmad yang masih berada di sudut ruangan terdiam, matanya basah oleh air mata penyesalan. Haji Abdullah mendekatinya, menepuk pundaknya dengan lembut. "Anak muda, sesungguhnya Allah Maha Pengampun bagi siapa pun yang bertaubat. Kembalilah ke jalan-Nya sebelum terlambat."

Ahmad mengangguk dengan penuh rasa syukur. Malam itu, ia memutuskan untuk meninggalkan segala bentuk kesesatan yang pernah ia jalani. Ia tahu bahwa hidupnya tidak akan mudah, namun ia bersumpah untuk kembali kepada Allah dan menjalani hidup sesuai dengan ajaran-Nya.

Ketika fajar menyingsing, Ahmad meninggalkan desa itu, menuju ke sebuah pesantren untuk memulai hidup baru. Sementara itu, rumah Pak Karim menjadi kosong dan ditinggalkan, sebuah simbol nyata dari kesesatan yang telah binasa.

Rumah itu kini dikenal sebagai tempat terkutuk, di mana tidak ada seorang pun yang berani mendekatinya. Dan di dalam hati setiap penduduk desa, terpatri sebuah pelajaran yang tak terlupakan: bahwa siapa pun yang tersesat dari jalan Allah akan berakhir dalam kegelapan yang tak berujung, kecuali mereka yang bertaubat dan kembali kepada-Nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun