Mohon tunggu...
Alun Riansa Pakaya
Alun Riansa Pakaya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa yang antusias menulis, mengeksplorasi ide-ide baru dan mengembangkan kreativitas melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pelukan Terakhir Ibu di Bawah Hujan

15 Agustus 2024   02:22 Diperbarui: 15 Agustus 2024   02:25 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : Kling AI (klingai.com/) - Pelukan Terakhir Ibu di Bawah Hujan

Raka bercerita tentang hidupnya di kota, tentang kesuksesan yang diraih dan juga kegagalan yang menyakitkan. Ia bercerita tentang kerinduan yang selama ini ia coba abaikan, namun akhirnya membawa dirinya kembali pulang. Sang ibu mendengarkan dengan penuh perhatian, tidak ada rasa marah, tidak ada kekecewaan. Hanya cinta dan pengertian yang terpancar dari sorot matanya.

Hujan di luar semakin deras, namun di dalam rumah kecil itu, kehangatan mulai menyelimuti. Raka merasa dirinya kembali menjadi anak kecil yang selalu dilindungi oleh ibunya. Ia tahu, selama apapun ia pergi, sejauh apapun ia melangkah, tempat ini, pelukan ini, akan selalu menjadi rumah baginya.

Saat malam semakin larut, Raka merasa sangat lelah, baik secara fisik maupun emosional. Sang ibu mengajaknya untuk beristirahat. Namun, sebelum menuju kamar, Raka sekali lagi memeluk ibunya, kali ini lebih erat, seolah ia tidak ingin melepaskannya.

"Terima kasih, Bu, sudah menunggu," ucap Raka lirih.

Sang ibu hanya tersenyum, air matanya kembali mengalir. "Ibu akan selalu menunggumu, Nak," jawabnya.

Malam itu, untuk pertama kalinya dalam bertahun-tahun, Raka tidur dengan damai di rumahnya sendiri, di bawah atap yang telah melindunginya sejak ia lahir. Dan sang ibu, duduk di sampingnya, mengusap lembut rambut anaknya, memastikan ia tidur dengan tenang.

Namun, pagi itu, ketika sinar matahari pagi mulai menembus jendela, Raka terbangun dan merasakan sesuatu yang aneh. Rumah terasa sangat sunyi, terlalu sunyi. Ia bangkit dari tempat tidurnya dan mencari ibunya. Ketika ia menemukannya, sang ibu masih duduk di tempat yang sama, di kursi dekat ranjang, namun matanya sudah terpejam untuk selamanya.

Raka jatuh berlutut, memeluk tubuh ibunya yang sudah dingin. Air matanya mengalir deras, namun tidak ada lagi kata-kata yang bisa terucap. Di tengah hujan yang mulai reda, pelukan terakhir ibunya semalam menjadi kenangan yang akan selalu terpatri di hatinya. Sebuah pelukan yang membawa kedamaian, namun juga perpisahan yang tak akan pernah bisa ia lupakan.

Raka tahu, ibunya telah pergi dengan tenang, mengetahui bahwa anaknya telah kembali ke pelukannya, walau hanya untuk sesaat. Dan di bawah hujan, di desa kecil itu, kisah tentang seorang ibu dan anaknya berakhir dengan keheningan yang penuh arti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun