Setelah melakukan perjalanan di kampung-kampung sang tukang kayu memerintahkan kepada para punggawanya untuk segera membereskan semua masalah penduduk negeri itu. Yang sakit segera diberi fasilitas pengobatan, yang kelaparan segera diberi bantuan pangan, yang rumahnya kesempitan dan kumuh segera direnovasi. Macam-macam yang dilakukan tukang kayu untuk penduduk negeri itu. Namun dari beberapa penduduk negeri itu, yang paling susah untuk dibantu adalah para kambing yang mengembek karena ketakutan pada musang berbulu kambing. Diberi bantuan mengembek jelek, tidak diberi bantuan mengembek lebih jelek lagi.
Pada akhirnya setelah semua kali-kali, ngarai-ngarai, danau-danau, kanal-kanal, kampung-kampung telah dibereskan sang tukang kayu mulai membereskan kawasan hutan yang rusak parah oleh aksi pembalakan liar dan membuat waduk yang sangat besar di daerah hulu untuk mengatur debit air sehingga bencana di dua musim tidak terjadi lagi. Saat pembangunannya, banyak penduduk negeri yang terdecak kagum atas keberanian sang tukang kayu karena di kawasan hulu terkenal angker, banyak demit, banyak setan, banyak tuyul dan gendruwonya.
Setelah hutan beres dan waduk sudah mulai nampak kemegahannya dalam mengatur debit air sehingga bencana di dua musim telah berkurang, sang kambing yang telah ditakut-takuti oleh musang berbulu kambing masih saja mengembek menjelek-jelekkan sang tukang kayu. dikatakanlah kepada setiap penduduk negeri yang ditemuinya bahwa si tukang kayu bukan penduduk asli-lah, si tukang kayu berkhianatlah dan berbohonglah, si tukang kayu bikin waduk dengan besi beton karatanlah sehingga waduknya ada bocor sedikit macam-macam kejelekan dilontarkan para kambing pengembek ini. Sehingga penduduk negeri yang melihat aksi kambing ini menjadi keheranan dan menganggap sang kambing sebagai penduduk yang tidak tahu terima kasih, sombong, belagu, sok pintar, sok kritis.
--------------------
Begitulah jiwa inferior, sensi dan melo yang terkadang dipenuhi ketakutan-ketakutan akan sesuatu hal yang sebenarnya tidak perlu untuk ditakutkan. Ketakutan yang dihembus-hembuskan oleh orang yang sebenarnya tidak menginginkan kita meraih apa yang menjadi cita-cita kebaikan dan kebajikan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H