Mohon tunggu...
Alto RefaChandra
Alto RefaChandra Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis

Saat ini saya masih menjadi mahasiswa Universitas Brawijaya, selain kuliah saya memiliki kesibukan lain yaitu mendaki gunung dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Tidak Ada Fenomena Kalap Belanja Makanan pada Ramadan Tahun Ini

2 Mei 2020   19:23 Diperbarui: 2 Mei 2020   19:23 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: kumparan.com, 2020

Teman-teman semua, bagaimana keadaannya ? pastinya baik-baik saja bukan. Tidak terasa ya sudah bulan ramadan saja, bulan ramadan memang bulan yang memberikan kebaikan kepada semua yang menjalankannya. Berbicara tentang bulan ramadan, bulan ramadan dilaksanakan satu tahun sekali selama sekitar satu bulan. Bulan ramadan selalu memberikan kenangan untuk kita semua teman-teman. Apalagi jika kita harus mengingat bulan ramadan tahun-tahun sebelumnya.

Oke teman-teman semua, ketika kita berbicara tentang bulan ramadan. Apasih yang paling kalian ingat pada bulan ramadan ? apa yang membuat kalian rindu pada bulan ramadan ?. Kalau saya pribadi banyak sekali teman-teman yang membuat saya rindu pada bulan ramadan, contohnya seperti ngabuburit bersama, berkumpul dengan keluarga, adanya acara buka bersama, dan masih banyak yang lainnya.

Oh iya teman-teman, momen ramadan yang paling saya rindukan juga ketika waktunya belanja makanan. Kadang saya diminta ibu untuk berbelanja makanan pada sore hari, saya diminta belanja makanan pastinya karena pada hari tersebut ibu tidak memasak. Momen seperti itu menurut saya pribadi sangat menyenangkan teman-teman. Kadang saya berbelanja di pasar yang dekat dengan rumah saya.

Disana banyak sekali penjual dan pembeli, makanan yang dijual juga benar-benar beragam teman-teman. Saya selalu berangkat kesana sekitar jam empat sore, saya memutuskan belanja sekitar jam empat sore karena kalau diatas jam tersebut biasannya banyak makanan yang habis. Kadang karena banyak pilihan makanan membuat saya jadi bingung untuk membeli yang mana. Teman-teman semua, ketika saya di minta belanja dengan orang tua, saya diberikan kebebasan untuk berbelanja. Orang tua saya seakan-akan sudah percaya kepada saya, mungkin juga percaya dengan kemampuan belanja saya.

Sebenarnya saya laki-laki, tapi entah kenapa yang namanya belanja menjadi hobi tersendiri bagi saya. Saya sangat senang dengan namanya belanja, sampai-sampai saya bertanya-tanya "apakah belanja merupakan bakat tersendiri dari saya". Kadang karena banyaknya pilihan makanan ketika berbelanja, membuat diri saya mengalami yang namanya kalap dalam berbelanja makanan.

"Sebenarnya kalap belanja itu apasih kak ? saya kok tidak tahu ya kak ?", mungkin teman-teman yang tidak mengetahui arti kalap belanja menjadi bertanya-tanya seperti ini. Buat teman-teman yang tidak tahu, tenang saja karena saya akan memberitahu kalian semua teman-teman. Kalap belanja adalah keadaan dimana kita tidak terkontrol dalam membeli makanan. Kita merasa kurang dan tidak pernah puas dalam membeli makanan sehingga membuat kita semua akhirnya berbelanja makanan sebanyak-banyaknya.

Nah, itu pengertian kalap belanja menurut saya teman-teman, kalau saya salah mohon maaf ya teman-teman. Realitannya banyak orang yang mengalami yang namanya kalap belanja, bukan saya saja yang mengalaminya. Pada akhirnya orang-orang yang mengalami kalap belanja akan menyesal karena makanan yang terbeli akan ada yang terbuang sia-sia. Sumpah teman-teman semua, saya sering menyesal ketika mengalami yang namanya kalap belanja. Penyesalan saya adalah kenapa saya harus belanja makanan sebanyak itu, padahal saya tahu kalau makanan tersebut nantinya akan terbuang sia-sia.

Namun sungguh sayang teman-teman, saya merasa bahwa fenomena kalap belanja tidak akan ada teman-teman pada ramadan tahun ini. Banyak faktor yang menyebabkan fenomena kalap belanja tidak akan ada pada tahun ini, namun kalau dicari penyebab utamanya sudah pasti jawabannya adalah karena pandemi corona. Corona memang telah merubah 180 derajat kehidupan manusia saat ini.

Pertama corona membuat orang-orang takut untuk keluar rumah, memang seharusnya orang-orang berada di rumah saja sih. Pemerintah memang sering menghimbau masyarakat untuk tidak pergi ke luar rumah, masyarakat banyak yang melaksanakan himbauan tersebut. Masyarakat yang melaksanakan himbauan dari pemerintah akan merasa ragu untuk belanja makanan di luar seperti tahun-tahun sebelumnya.

Meskipun ada yang masih berani untuk belanja makanan, namun jumlahnya tidak seperti dahulu, bahkan bisa dikatakan sangat sedikit. Kita bisa lihat sendiri pada ramadan tahun ini, para penjual makanan banyak yang sepi. Padahal tahun-tahun sebelumnya, bulan ramadan selalu memberikan banyak rezeki kepada para penjual makanan.

Penyebab yang kedua orang-orang saat ini lebih tertarik untuk memasak makanan sendiri dari pada harus membeli makanan dari luar. Memang itu disebabkan oleh adannya virus corona, orang-orang benar-benar takut akan penyebaran dari virus corona. Karena takut akan terkena virus corona, orang-orang memutuskan untuk memasak makanan sendiri di rumah.

Memang ketika memasak sendiri lebih terbukti higienisnya dibandingkan dengan membeli makanan dari luar. Ketika kita membeli makanan di luar, kita tidak tahu apakah makanan tersebut sudah higienis atau belum, kita tidak tahu apakah penjual sudah memperhatikan standard kebersihan yang berlaku, kita juga tidak tahu tempat untuk berjualan makanan tersebut sudah bersih atau belum, dan yang paling penting adalah kita tidak tahu apakah makanan, penjual, dan tempat tersebut sudah terbebas dari virus atau belum. Kalau ternyata terdapat virus, bisa membahayakan diri kita sendiri bukan.

Pertimbangan yang ketiga adalah adannya himbauan untuk social distancing atau sering disebut dengan pembatasan jarak. Orang-orang banyak yang memiliki persepsi tidak adannya social distancing ketika membeli makanan di luar, hal tersebut lah yang membuat mereka merasa ragu juga ketika ingin membeli makanan di luar. Memang saat ini ada penjual yang menerapkan social distancing saat berjualan, namun banyak juga penjual makanan yang saat ini tidak memperhatikan social distancing.

Bahayanya ketika kita membeli makanan di penjual yang tidak memperhatikan social distancing. Ketika tidak adannya social distancing dari penjual, akan membahayakan diri pembeli itu sendiri. Rantai penularan virus corona memiliki peluang lebih besar menyebar ketika tidak diterapkannya social distancing. Karena hal tersebut, orang-orang memutuskan untuk mencari aman dengan tidak membeli makan diluar dan memutuskan untuk makan masakan sendiri.

Faktor yang keempat saat ini ekonomi masyarakat Indonesia benar-benar terganggu karena adannya virus corona. Banyak orang yang harus di PHK dari pekerjaannya, banyak orang yang harus rela dipotong gajinya, banyak orang yang harus rela berkurang penghasilannya. Memang corona mengakibatkan bencana bukan hanya pada sektor kesehatan saja, namun sektor ekonomi juga benar-benar terguncang karena adannya pandemi corona.

Terganggunya ekonomi dari masyarakat membuat mereka berfikir ulang untuk belanja makanan. Mereka sudah tidak memikirkan untuk membeli makanan di luar, mereka hari ini bisa makan saja sudah sangat beruntung rasannya. Memang itulah realitannya teman-teman, ekonomi seluruh dunia terganggu termasuk di Negara Indonesia.

Itulah teman-teman alasan yang mendasari saya mengatakan bahwa pada bulan ramadan tahun ini tidak ada yang namanya fenomena kalap belanja makanan. Namun kalau kita cermati dengan seksama, memang tahun ini tidak ada yang namannya kalap belanja makanan dari masyarakat. Contoh nyata di daerah saya, ketika saya pergi berbelanja kebutuhan rumah. Saya amati para penjual makanan untuk berbuka puasa, saat ini benar-benar sepi, sangat sedikit yang membeli.

Hal tersebut berbanding terbalik dengan tahun lalu, padahal tahun lalu penjual makanan untuk buka puasa sangat laku di daerah saya. Penjual makanan tahun lalu benar-benar di serbu oleh yang namannya pembeli, pembeli pun ketika membeli juga tidak tanggung-tanggung. Pasti orang-orang kalau sudah memutuskan membeli makanan di luar, berarti mereka akan membeli dengan jumlah besar. Namun sayang itu tahun lalu teman-teman, tahun ini ceritannya sangat berbeda dengan tahun sebelumnya.

Hal yang paling parah dirasakan oleh penjual makanan berbuka puasa tahun ini adalah dari segi pendapatan. Pendapatan mereka benar-benar menurun karena adannya corona, bahkan banyak yang harus merugi karena adannya pandemi corona ini. Saya benar-benar prihatin dengan keadaan ramadan tahun ini. Keadaan semua orang yang harus merasakan derita, keadaan penjual yang harus bersusah payah mencari rezeki, dan juga keadaan dimana tidak adannya fenomena kalap belanja di daerahku.

Teman-teman semua, itulah cerita saya terkait tidak adannya fenomena kalap belanja makanan pada ramadan tahun ini. Teman-teman semua, saya ingin tahu, bagaimana sih keadaan di daerah kalian ? apakah masih ada yang namanya fenomena kalap belanja di daerah kalian atau keadaannya sama dengan daerah saya ?. Teman-teman semua yang memiliki cerita tentang fenomena kalap belanja makanan bisa berkomentar disini, nanti kita diskusikan bersama fenomena yang satu ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun