Mohon tunggu...
Alto RefaChandra
Alto RefaChandra Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis

Saat ini saya masih menjadi mahasiswa Universitas Brawijaya, selain kuliah saya memiliki kesibukan lain yaitu mendaki gunung dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Tidak Ada Fenomena Kalap Belanja Makanan pada Ramadan Tahun Ini

2 Mei 2020   19:23 Diperbarui: 2 Mei 2020   19:23 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: kumparan.com, 2020

Memang ketika memasak sendiri lebih terbukti higienisnya dibandingkan dengan membeli makanan dari luar. Ketika kita membeli makanan di luar, kita tidak tahu apakah makanan tersebut sudah higienis atau belum, kita tidak tahu apakah penjual sudah memperhatikan standard kebersihan yang berlaku, kita juga tidak tahu tempat untuk berjualan makanan tersebut sudah bersih atau belum, dan yang paling penting adalah kita tidak tahu apakah makanan, penjual, dan tempat tersebut sudah terbebas dari virus atau belum. Kalau ternyata terdapat virus, bisa membahayakan diri kita sendiri bukan.

Pertimbangan yang ketiga adalah adannya himbauan untuk social distancing atau sering disebut dengan pembatasan jarak. Orang-orang banyak yang memiliki persepsi tidak adannya social distancing ketika membeli makanan di luar, hal tersebut lah yang membuat mereka merasa ragu juga ketika ingin membeli makanan di luar. Memang saat ini ada penjual yang menerapkan social distancing saat berjualan, namun banyak juga penjual makanan yang saat ini tidak memperhatikan social distancing.

Bahayanya ketika kita membeli makanan di penjual yang tidak memperhatikan social distancing. Ketika tidak adannya social distancing dari penjual, akan membahayakan diri pembeli itu sendiri. Rantai penularan virus corona memiliki peluang lebih besar menyebar ketika tidak diterapkannya social distancing. Karena hal tersebut, orang-orang memutuskan untuk mencari aman dengan tidak membeli makan diluar dan memutuskan untuk makan masakan sendiri.

Faktor yang keempat saat ini ekonomi masyarakat Indonesia benar-benar terganggu karena adannya virus corona. Banyak orang yang harus di PHK dari pekerjaannya, banyak orang yang harus rela dipotong gajinya, banyak orang yang harus rela berkurang penghasilannya. Memang corona mengakibatkan bencana bukan hanya pada sektor kesehatan saja, namun sektor ekonomi juga benar-benar terguncang karena adannya pandemi corona.

Terganggunya ekonomi dari masyarakat membuat mereka berfikir ulang untuk belanja makanan. Mereka sudah tidak memikirkan untuk membeli makanan di luar, mereka hari ini bisa makan saja sudah sangat beruntung rasannya. Memang itulah realitannya teman-teman, ekonomi seluruh dunia terganggu termasuk di Negara Indonesia.

Itulah teman-teman alasan yang mendasari saya mengatakan bahwa pada bulan ramadan tahun ini tidak ada yang namanya fenomena kalap belanja makanan. Namun kalau kita cermati dengan seksama, memang tahun ini tidak ada yang namannya kalap belanja makanan dari masyarakat. Contoh nyata di daerah saya, ketika saya pergi berbelanja kebutuhan rumah. Saya amati para penjual makanan untuk berbuka puasa, saat ini benar-benar sepi, sangat sedikit yang membeli.

Hal tersebut berbanding terbalik dengan tahun lalu, padahal tahun lalu penjual makanan untuk buka puasa sangat laku di daerah saya. Penjual makanan tahun lalu benar-benar di serbu oleh yang namannya pembeli, pembeli pun ketika membeli juga tidak tanggung-tanggung. Pasti orang-orang kalau sudah memutuskan membeli makanan di luar, berarti mereka akan membeli dengan jumlah besar. Namun sayang itu tahun lalu teman-teman, tahun ini ceritannya sangat berbeda dengan tahun sebelumnya.

Hal yang paling parah dirasakan oleh penjual makanan berbuka puasa tahun ini adalah dari segi pendapatan. Pendapatan mereka benar-benar menurun karena adannya corona, bahkan banyak yang harus merugi karena adannya pandemi corona ini. Saya benar-benar prihatin dengan keadaan ramadan tahun ini. Keadaan semua orang yang harus merasakan derita, keadaan penjual yang harus bersusah payah mencari rezeki, dan juga keadaan dimana tidak adannya fenomena kalap belanja di daerahku.

Teman-teman semua, itulah cerita saya terkait tidak adannya fenomena kalap belanja makanan pada ramadan tahun ini. Teman-teman semua, saya ingin tahu, bagaimana sih keadaan di daerah kalian ? apakah masih ada yang namanya fenomena kalap belanja di daerah kalian atau keadaannya sama dengan daerah saya ?. Teman-teman semua yang memiliki cerita tentang fenomena kalap belanja makanan bisa berkomentar disini, nanti kita diskusikan bersama fenomena yang satu ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun