Mohon tunggu...
Altlya Elok Yearmil Shiona
Altlya Elok Yearmil Shiona Mohon Tunggu... Lainnya - aeys

great dream begins with a dreamer.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenal Lebih Jauh Kesenian Lokal Malang "Jaranan Dor"

30 Oktober 2022   21:10 Diperbarui: 30 Oktober 2022   21:19 1910
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi suguhan kepada leluhur/dokpri

Kembangan merupakan penampilan tari dari pemain kesenian dengan membawakan tarian jaranan kepang, Kembangan ini sebagai penampilan pembukaan acara kesenian jaranan dor. 

Penampilan jaran kepang terdiri dari enam pemain yang menyesuaikan Gerakan tarian dengan lantunan musik. Penampilan ini dipimpin oleh jaran kepang bewarna putih (Turonggo Seto), kemudian diikuti oleh jaran kepang merah (juring perantas) dan jaran kepang hitam. 

Warna dari jaran kepang ini memiliki makna masing-masing. Jaran kepang putih yang memiliki arti suci (kebaikan), jaran kepang merah yang memiliki arti berani dan jaran kepang hitam memiliki arti sopo nyono. 

Pada kegiatan akhir kembangan para penari jaran kepang tersebut akan berlari memutar dengan memutar-mutarkan badan mereka dan kegiatan ini diakhiri sebuah pecutan cambuk dari pawang kesenian yang mengakibatkan para penari jaran kepang hilang kesadaran atau disebut dengan kalapan.

  • Kalapan

Alat yang digunakan saat kegiatan kalapan/dokpri
Alat yang digunakan saat kegiatan kalapan/dokpri

Dokumentasi para pemain jaranan yang kalap/dokpri
Dokumentasi para pemain jaranan yang kalap/dokpri

Kalapan merupakan penampilan utama dalam kesenian jaranan dor. Pada penampilan kalapan pemain jaran kepang kehilangan kesadaran dan Gerakan tarian menjadi liar. 

Perbedaan kesenian jaranan dor dengan kesenian jaranan di berbagai daerah lainya yaitu pemain penampilan kalapan menggunakan alat caplokan dan kepala banteng. 

Caplokan merupakan alat ukiran dari kayu yang membentuk wajah buto yang bewarna merah yang gagah dan menyeramkan. Caplokan ini mempunyai berat sekitar 5-10 kg yang dimana akan diayuhkan oleh para pemain kesenian yang kalap dengan gerakan yang menyesuaikan instrumen musik. 

Uniknya dari penampilan ini pemain yang menggunakan caplokan dan kepala banteng akan kalap (tidak sadarkan diri) atau dipercaya dikendalikan oleh arwah leluhur. 

Para pemaian penampilan kalapan sensitif dengan suara suitan dari penonton karena dianggap mengganggu dan menghina leluhur yang sedang mengendalikan para pemain penampilan kalapan. Diyakini arwah leluhur yang mengendalikan pemain jaranan ini yaitu Kyai Mulid dan Nyai Mulud, Kyai Jaludro dan Nyai Jaludro, Mbah Srisinden.

  •  Proses Penyadaran

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun