Dengan kata lain mereka berpendapat bahwa dengan si A jadi presiden atau si B yang jadi presiden atau dengan memilih partai tertentu tidak terlalu memberikan pengaruh untuk keberlangsungan kehidupannya.
Anggapan-anggapan demikian mestinya bisa dihilangkan dari benak para pemilih, khususnya para pemilih pemula. Untuk menghilangkannya perlu usaha edukasi dan sosialisasi yang lebih mengena dan tepat untuk para pemilih pemula, upaya yang dilakukan ini bertujuan agar kemampuan logis para pemilih pemula bisa terasah dengan baik sehingga pilihannya lebih rasional dan tentunya akan berdampak baik untuk keberlangsungan demokrasi di Indonesia.
Terapkan kegiatan kognitif tingkat tinggi, yaitu membuat rencana, strategi, membuat keputusan-keputusan serta memecahkan masalah
Kegiatan kognitif tingkat tinggi merupakan modal penting bagi pemilih pemula agar pilihannya rasional, terutama keterampilan dalam membuat keputusan. Pemilih yang rasional tentunya menentukan pilihan tidak asal-asalan, semuanya didasarkan pada hal-hal yang bersifat objektif dan memperhatikan berbagai pertimbangan yang matang.
Jika kegiatan kognitif tingkat tinggi ini dapat diarahkan dan diasah dengan baik melalui edukasi yang tepat, maka diharapkan akan hadir pemilih pemula yang lebih objektif dan rasional sehingga pilihan mereka merupakan keputusan terbaik yang akan berdampak pada demokrasi di Indonesia yang lebih sehat.
Luaskan wawasan berpikirnya, meliputi agama, keadilan, moralitas dan identitas (jati diri)
Secara perkembangan psikologi remaja, pemilih pemula sebenarnya sudah mulai membuka wawasan tentang berbagai hal, termasuk dunia politik. Semakin luasnya wawasan berpikir para pemilih pemula perlu difasilitasi dengan berbagai kegiatan, media, sumber atau rujukan yang terpercaya. Jangan sampai para pemilih pemula disajukan dan terjebak dengan berbagai sumber wawasan yang mengandung hoaks.
Wawasan mengenai dunia politik yang semakin luas dengan sumber yang terpercaya akan membuat pemilih pemula semakin rasional, mereka akan mengetahui banyak informasi yang terpercaya mengenai calon-calon pemimpin dan partai peserta pemilu. Dengan demikian pilihan mereka pun tidak asal memilih, namun pilihan mereka merupakan yang rasional berdasarkan pada fakta-fakta di lapangan.
Gambaran perkembangan kognitif pada remaja tersebut menunjukkan bahwa para pemilih pemula merupakan kalangan yang perlu mendapat perhatian. Selain mengajak mereka untuk berpartisipasi dalam pesta demokrasi, merka juga perlu diarahkan menjadi pemilih pemula dengan berbagai cara, diantaranya edukasi, sosilisasi dan memberikan fasilitas yang mampu memberikan wawasan luas mengenai kandidat peserta pemilu.
Dengan usaha demikian diharapkan akan menambah jumlah pemilih rasional, sehingga bisa mengurangi pemilih yang asal memilih, pemilih yang terjebak dengan berita hoaks atau pemilih yang terlena dengan praktik transaksional. Semakin banyak jumlah pemilih rasional dalam pesta demokrasi akan menjadikan demokrasi lebih sehat dan membuahkan hasil kontestasi yang mencerminkan harapan semua masyarakat.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H