Pada hari itu aku melaluinya dengan penuh bahagia. Beneran, aku tidak dapat menceritakannya dengan sangat jelas, tapi aku bisa katakan bahwa hari itu aku lalui dengan sangat senang. Pada pagi harinya aku bisa berkumpul dengan teman-temanku di kelas, bisa ngobrol-ngobrol bareng dan bermain jabot. Aku bisa mengalahkan temanku itu dalam beberapa putaran.
Saat jam pelajaran matematika aku dan temanku yang ada tepat di sebelahku mengumpulkan beberapa contekan untuk ujian, sekaligus mencoba untuk usil melempari butiran penghapus ke kepala teman yang ada di sisi lain kelas. Sangat lucu ketika salah satu butiran penghapus itu benar-benar mengenai kepala salah satu orang yang ada di dekat pintu kelas, ia sampai kebingungan mencari siapa pelaku pelemparan itu.
Hingga pada sore harinya, aku bermain dengan teman-temanku di sebuah lapangan desa, bermain bola tentunya. Pada saat itu aku dengan teman-temanku berusaha mati-matian melindungi gawang kami dari tembakan bola lawan, sayang pada akhir pertandingan kami kalah dengan selisih gol dua.
Kami di hukum untuk membelikan jajan mereka yang menang, dari situ uang saku ku langsung habis hanya untuk jajan mereka. Lihat saja, suatu hari nanti akan ku balas.
Pada malam harinya, aku makan bersama dengan orangtua ku. makanan yang enak untuk malam itu, bapak sepertinya sedang sangat senang karena akhirnya bapak mendapatkan promosi kenaikan pangkat di perusahaannya.
Entah apa pentingnya pangkat itu, tapi sepertinya bapak sangat senang dengan beritanya.
Hingga pada malam harinya…
“iya, lanjutkan”
“saya sebenarnya gak tau bisa ceritain ini atau kagak bu..”
“ayo, kamu bisa ceritain kok, masih ingat kan?”
Pada malam itu, aku melakukan suatu hal yang sangat jarang aku lakukan, aku menggeledah lemari baju ku yang ada di kamar. Mengecek laci demi laci dan tiba-tiba aku menemukan sebuah buku dengan desain cover depan yang cukup aneh bagiku.
Aku mengambilnya dan mencoba membacanya, bertuliskan cerita sang pengembara.
Melihat halaman demi halaman aku mendapati diriku berada di bab 1, sederhanakan sebuah lipatan pada ujung kertas menunjukan bab 3, menunjukan bahwa pembaca sebelumnya tidak membacanya sampai habis.
Ceritanya… cukup singkat.
Pada suatu hari, seorang pria muda sedang mengemasi pakaiannya, ia mendapatkan sebuah panggilan untuk pergi ke suatu kota. Kota yang tidak pernah ia dengar apalagi ia kunjungi, namun sebuah perasaan dari hati mengatakan untuk pergi ke tempat itu.
Pria muda itu berjalan melewati hutan, pepohonan-pepohonan tinggi menjulang ke langit, sungai yang mengalir, hingga akhirnya berhenti di sebuah desa.
Desa yang menjadi tempatnya untuk beristirahat pada hari itu. ia menemui beberapa orang di sebuah warung, memesan wedang jahe karena cuaca saat itu sedang sangat dingin. Mengambil beberapa sate dan mengobrol dengan orang-orang disekitarnya.
Malam itu menjadi hangat, hangat yang dibawa oleh pria muda yang penuh dengan semangat dan juga harapan. Orang-orang senang dengan kehadirannya, orang-orang penasaran dengan siapa dirinya.
Hingga pagi muncul, matahari mulai beranjak dari tidurnya, pria muda itu bertemu dengan seorang gadis kecil. gadis kecil itu hanya menatap dirinya.
Seorang ibu-ibu menghampirinya dan bertanya kepada pria muda itu. “mau kemana mas? Udah bawa tas gede segala”
Pria muda itu memberitahukan tujuan sebenarnya. Tapi ibu-ibu itu justru kebingungan dengan apa yang dikatakan oleh pria muda itu.
Salah seorang ibu-ibu juga datang, ia justru memperingati pria muda itu untuk berhat-hati karena kadang makhluk halus sering banget menyuruh kita untuk mendatangi suatu tempat padahal seharusnya tidak.
Tapi pria muda itu memutuskan untuk tetap berjalan, tetap pergi ke tempat yang ingin ia tuju. Sepanjang perjalanan kini berubah menjadi teka-teki, suara-suara aneh mulai mengganggunya.
Pada suatu titik hutan, ia menyadari bahwa pikirannya benar-benar kacau, seperti banyak sekali hal-hal yang datang dan mencoba untuk menghilangkan fokusnya. Pria muda itu memejamkan mata, mendengarkan suara deruh sungai yang deras dan mengatur nafasnya. Pria muda itu masuk ke bagian tenangnya, bagian dimana ia benar-benar merasa tenang dan tidak ada apapun yang menganggunya. Bila ada, pria muda itu akan kembali fokus dengan sungai.
Pria muda itu membuka matanya, ia melihat arah langit. Beranjak dari batu itu dan kembali melanjutkan perjalanan.
Buku itu.. diakhiri dengan sebuah gambar seorang pria yang keceil di tengah-tengah hutan yang sangat besar dan pohon—pohon menjulang tinggi.
“cerita yang bagus kan Bud?”
“hmm.. tapi.. apa maksud dari buku itu ya bu?”
*ibu guru tersenyum
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H