Mereka tidak mengerti apa yang dirasakannya, setiap orang tidak pernah mengerti apabila dirinya tidak pernah merasakan. Pena terjeda, terjetik memasukan jarumnya kembali kedalam. Putri ini menghela nafasnya, menyenderkan punggungnya ke sandaran kursi.
Ia melihat sebuah jendela kecil, tertampak sebuah tempat yang tak pernah ia ketahui. Jendela itu sangat unik. ia dapat melihat benda bercahaya yang membuat area disekitarnya menjadi terlihat dan membuat dirinya dapat melihat banyak hal. Pepohonan, bunga-bunga, rerumputan hijau, dan pesawat yang sering kali mondar-mandir di langit.
Namun, pada suatu waktu cahaya itu menghilang entah kemana. Gadis ini tak dapat melihat apapun. Hanyalah cahaya dari lampu di depan, gelap yang dingin, hingga beberapa mata yang bercahaya dari balik-balik pepohonan.
Ibu mengatakan bahwa itu adalah malam, namun putri kecil ini tak pernah merasakan sepenuhnya malam hari. Ia hanya pernah berkenalan saat dirinya tak sengaja terjebak hujan di sekolah.
Putri itu tak pernah keluar. bila saja bukan karena sekolah, bisa saja putri ini adalah salah satu orang yang tak pernah merasakan adanya dunia luar.
Orang tuanya selalu mengatakan bahwa dunia luar itu buruk, penuh dengan banyaknya orang-orang aneh dan monster yang menakutkan. Ayahnya pernah berkata bahwa dunia saat ini tidaklah aman untuk anak kecil seperti ku, aku benci perkataannya yang menganggap diriku masih kecil.
Pernah diriku berusaha untuk keluar, namun kesalahan-kesalahan kecilku membuat usahaku menghadapi malam menjadi gagal sepenuhnya.
Hingga suatu hari, aku mendengarkan temanku bercerita, sebuah tempat wisata yang disebut dunia fantasi membuatnya sangat bersemangat dan sangat bahagia. Ia bercerita dengan penuh percaya diri hingga air liurnya keluar dari mulutnya.
Aku merebahkan diriku di ranjang. Mencoba membaca sebuah buku yang menarik mengenai sebuah negri dongeng penuh dengan petualangan. Aku benar-benar ingin merasakan seperti yang dirasakan oleh peri itu..
Jarum panjang menunjukan jam sepuluh malam, seharusnya orang tuaku mengecek diriku, namun kenapa sekarang tidak?
Sepertinya aku benar-benar penasaran dengan apa yang terjadi, namun aku tak berani untuk memeriksanya.
Sebuah perasaan dan suara-suara bergantian menyerang diriku, aku tak dapat menahannya. Ada yang menyuruhku untuk keluar dari rumah ini, namun ada juga yang mengatakan untuk tetap di rumah dan tidur saja.
Orang yang mengatakan untuk keluar memang sangat masuk akal bagiku. Jika aku tidak keluar saat ini juga, mungkin aku tak akan tahu seperti apakah dunia luar yang selama ini tersembunyi bagiku.
Aku perlahan membuka pintu kamar, perlahan-lahan melewati setiap ruangan dan beberapa bagian-bagian rumah yang terlihat cukup sepi.
Pintu keluar sebentar lagi ku dapati, aku mendengarkan sebuah suara-suara yang kecil terdengar oleh telingaku, itu tampak seperti suara seorang wanita dan pria sedang menyatakan perasaannya. Aku tak tahu akan hal itu, aku tak peduli, aku hanya ingin fokus dengan apa yang ku tuju.
Aku keluar dari rumah ini, berjalan menuju pagar dan memanjatnya. Arrgghh… pahaku terkena ujung tajam dari pagar ini, aku benar-benar kesakitan.
Tahan-tahan.. aku tak boleh berteriak, hanya air mataku lah yang tumpah keluar dari tempatnya. Tubuhku beranjak maju ke depan, berusaha menembus gelapnya malam dengan mengikuti cahaya-cahaya dari lampu yang membimbingku ke suatu tempat.
Hingga pada sebuah tempat, gubug kecil dengan pintu kayu penuh tulisan-tulisan aneh dan tak dapat ku baca. Seseorang pria muda menghampiri diriku.
Di bawah lampu yang terang ini aku tak takut dengannya, aku percaya cahaya akan melindungiku dari hal-hal yang buruk.
“adek dari mana? Kok malam-malam sendirian aja?”
Aku hanya diam, aku tak tahu harus mengatakan apa, aku tak tahu harus menjawab apa pertanyaan yang diberikannya.
“rumah kamu dimana? Mau abang anterin?”
Orang tersebut mengulurkan tangannya, terlihat senyum yang tak biasa ku lihat. Kembali memandang tangannya yang mengulurkan sebuah bantuan kepadaku, aku tertarik untuk meletakkan tanganku kepadanya.
Kami berdua akhirnya berjalan, berjalan bersama ke tempat yang katanya disebut dengan rumah..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H