Mohon tunggu...
RISKI RAMADANI
RISKI RAMADANI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Voly ball

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Alquran sebagai sumber hukum islam yang tak tergantikan

13 Desember 2024   23:50 Diperbarui: 13 Desember 2024   23:44 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

ALQURAN SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM 

YANG TAK TERGANTIKAN

OLEH : RISKI AMADANI _NIM G100240012

A

Qur'an sebagai Sumber Dasar Hukum Islam yang Tak Tergantikan

Al-Qur'an adalah kitab suci umat Islam yang menjadi pondasi utama dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Lebih dari sekadar pedoman spiritual, Al-Qur'an juga memegang peran krusial sebagai sumber dasar hukum Islam. Bagi umat Islam, Al-Qur'an bukan sekadar kitab petunjuk, melainkan kitab yang menetapkan aturan dan batasan dalam berbagai aspek, mulai dari moral, sosial, hingga hukum. Artikel ini akan mengeksplorasi bagaimana Al-Qur'an menjadi sumber utama hukum Islam, keunikan hukumnya, serta relevansi dan tantangannya dalam konteks modern.

 

1. Kedudukan Al-Qur'an sebagai Sumber Hukum Tertinggi

  Dalam Islam, hukum ditetapkan berdasarkan empat sumber utama: Al-Qur'an, Hadis, Ijma' (kesepakatan para ulama), dan Qiyas (analogi). Di antara keempatnya, Al-Qur'an menempati posisi tertinggi sebagai sumber hukum pertama. Ini karena Al-Qur'an diyakini sebagai wahyu langsung dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW, yang disampaikan tanpa perubahan atau campur tangan manusia. Ayat-ayat Al-Qur'an menjadi landasan mutlak bagi hukum-hukum yang berlaku dalam Islam, dan hukum yang diambil dari sumber-sumber lainnya hanya sah jika tidak bertentangan dengan isi Al-Qur'an.

Misalnya, dalam hukum ibadah seperti shalat dan puasa, Al-Qur'an memberikan instruksi yang jelas dan spesifik. Demikian pula, dalam urusan muamalah (hubungan antar-manusia), Al-Qur'an mengajarkan prinsip keadilan, kebenaran, dan amanah, yang menjadi landasan dasar bagi hukum-hukum Islam lainnya.

2. Karakteristik Hukum dalam Al-Qur'an

Hukum Qat'i: Ini mencakup ayat-ayat dengan hukum pasti yang tidak membutuhkan interpretasi lebih lanjut karena maknanya sudah jelas, seperti larangan membunuh, mencuri, atau berzina. Larangan-larangan ini berfungsi sebagai aturan pokok yang mutlak ditaati, menunjukkan kedalaman Al-Qur'an sebagai panduan universal yang mengatur kehidupan manusia secara mendasar.

Hukum Zanni: Terdapat pula ayat-ayat yang sifatnya interpretatif, di mana ulama berperan dalam menafsirkan maknanya sesuai konteks. Sebagai contoh, Al-Qur'an menganjurkan keadilan dalam perdagangan, tetapi tidak mengatur secara detail mengenai sistem perdagangan tertentu. Hal ini memungkinkan hukum Islam berkembang sejalan dengan perubahan zaman dan kondisi masyarakat, namun tetap berpijak pada prinsip dasar Al-Qur'an.

3. Prinsip-prinsip Hukum yang Universal dalam Al-Qur'an

Al-Qur'an tidak hanya memberikan aturan, tetapi juga prinsip-prinsip hukum yang universal dan humanis. Prinsip-prinsip ini mencakup keadilan (al-'adl), persamaan (al-musawah), kebebasan (al-hurriyah), dan tanggung jawab (al-mas'uliyah).

Keadilan (Al-'Adl): Keadilan menjadi prinsip utama dalam semua aspek hukum yang terdapat dalam Al-Qur'an. Misalnya, dalam hukum pidana, Al-Qur'an mendorong hukuman yang setimpal dan memberikan peluang bagi pelaku kejahatan untuk bertobat dan memperbaiki diri.

Persamaan (Al-Musawah): Al-Qur'an mengajarkan bahwa semua manusia setara di hadapan Allah SWT, terlepas dari jenis kelamin, ras, atau status sosial. Prinsip ini terlihat dalam ayat-ayat yang menekankan perlakuan yang sama dan adil, seperti dalam hukum waris yang mengatur distribusi kekayaan secara proporsional.

Kebebasan (Al-Hurriyah) dan Tanggung Jawab (Al-Mas'uliyah): Al-Qur'an mengajarkan bahwa setiap individu memiliki kebebasan dalam memilih tindakan, namun kebebasan tersebut harus dijalankan dengan tanggung jawab. Ini menjadi dasar dari kebebasan berpendapat dan berkeyakinan dalam Islam, dengan syarat tetap menghormati hak dan kewajiban terhadap sesama.

4. Integrasi dengan Hadis dan Sumber Hukum Lainnya

Meski Al-Qur'an merupakan sumber hukum utama, terdapat berbagai aspek kehidupan yang tidak dijelaskan secara rinci dalam Al-Qur'an. Di sinilah Hadis berperan, melengkapi Al-Qur'an dengan penjelasan yang lebih spesifik melalui sabda, tindakan, dan persetujuan Nabi Muhammad SAW. Ijma' dan Qiyas juga digunakan untuk memperkuat dan memperluas penerapan hukum dalam kasus-kasus yang tidak dijelaskan secara eksplisit dalam Al-Qur'an dan Hadis. Namun, kesesuaian dengan Al-Qur'an selalu menjadi syarat utama dalam penggunaan sumber-sumber hukum ini, menegaskan supremasi Al-Qur'an dalam hukum Islam.

5. Tantangan dan Relevansi Al-Qur'an dalam Hukum Kontemporer

Dalam dunia modern yang penuh dengan dinamika dan perubahan sosial, ekonomi, dan teknologi, Al-Qur'an tetap relevan sebagai sumber hukum. Nilai-nilai dasar yang diajarkan dalam Al-Qur'an seperti keadilan, kasih sayang, dan kebebasan masih tetap relevan sebagai landasan etis yang melampaui perbedaan waktu. Namun, tantangan muncul ketika hukum Islam diterapkan dalam masyarakat yang lebih pluralistik, di mana nilai dan hukum sekuler sering kali berbenturan dengan hukum agama.

Meskipun demikian, banyak negara dengan mayoritas Muslim berusaha mengintegrasikan prinsip-prinsip Al-Qur'an dalam konstitusi mereka, dengan tetap menghormati hak asasi manusia dan hukum internasional. Upaya ini menunjukkan fleksibilitas hukum Islam yang memungkinkan Al-Qur'an untuk tetap relevan dan dapat diterapkan di era modern

KESIMPULAN

Al-Qur'an merupakan sumber hukum utama yang tidak hanya mengatur ibadah ritual, tetapi juga memberikan pedoman moral, sosial, dan hukum yang relevan sepanjang masa. Meskipun menghadapi tantangan dalam konteks modern, Al-Qur'an tetap menjadi dasar dalam penerapan hukum Islam yang universal. Sebagai umat Islam, pemahaman dan penghormatan terhadap hukum Al-Qur'an adalah suatu keharusan, dan interpretasi yang bijaksana dari ayat-ayatnya akan terus membantu kita menavigasi kehidupan yang kompleks ini, sekian dan terima kasih

 

Al-Bukhari, Muhammad Ibn Ismail. Sahih Al-Bukhari. Jilid 1-9. Riyadh: Darussalam, 1997.

Muslim Ibn al-Hajjaj. Sahih Muslim. Riyadh: Darussalam, 2007.

Syafi'i, Muhammad ibn Idris. Ar-Risalah. Terjemahan oleh Abdul Wahid. Jakarta: Pustaka Azzam, 2012.

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati, 2000.

Ibnu Katsir, Ismail. Tafsir Al-Qur'an al-'Azhim (Tafsir Ibnu Katsir). Jilid 1-10. Riyadh: Darussalam, 2000.

Kamali, Muhammad Hashim. Principles of Islamic Jurisprudence. Cambridge: Islamic Texts Society, 1991.

An-Naim, Abdullah Ahmed. "Islam and the Secular State: Negotiating the Future of Shari`a." Journal of Islamic Studies, Vol. 23, No. 3 (2012): 297--310.

Alwani, Taha Jabir. The Ethics of Disagreement in Islam. Virginia: The International Institute of Islamic Thought, 1993.

Kamali, Mohammad Hashim. Shari'ah Law: An Introduction. Oxford: Oneworld Publications, 2008.

 

,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun