Gaza.
Malam ini masih seperti malam yang lalu, dingin, kelam tanpa cahaya listrik serta air juga makan makanan penganjal perut, pedih dan lara, semua menjadi satu dalam duka mempertahankan harga diri dan tanah air"perang belum usai nak" kata Ahmad kepada kedua anaknya yang masih kecil
"lapar pak" kata anak pertamanya Sayidah disusul tangisan anak keduanya Asyah ibunya masih menanak Gandum pemberian sukarelawan kemanusiaan siang tadi.
"umi lapar" disahut " ya anak, tahan belum masak ini" sahut sang umi.
Pemandangan umum di Gaza sebab Zionis tidak mau rakyat Gaza kenyang dan takut perlawanan mereka merepotkan negeri Zionis itu begitulah otak penjajah dan itu yang di harapkan kelaparan sampai mati!
Malam di gaza
ada lampu gemerlap di langit
bintang-bintang jadi saksi
ketika semua niat di musnahkan
rumah penduduk
sarana umum
sekolahan
dihancurkan berkeping
demi ambisi
mempertahankan penjajahan
atas nama tamu yang membunuh tuan rumahnya
aku tidak bisa melanjutkan lagi tulisan ini karena mereka kejam dan di luar kemanusiaan sebab otak Yahudi yang mereka pakai, mungkin Musa akan kecewa melihat bangsa yang telah diselamatkannya dari Firaun dulu.
Semua menjadi nyata adanya, semua menjadi jelas apakah yang akan di harapkan untuk semua ini, mereka akan menenggelamkan Gaza
dengan dalih apapun Allah swt tetap bersama mereka.
Semua akan nyata adanya, siapa yang akan tenggelam dan siapa yang akan di tenggelamkan
Pembunuhan Isamel Haniyah sebagaia asimbol nyata siapa yang akan tenggelam kelak Amerika atau Zionis  kita tunggu, aku tak sanggup lagi menulis kata-kata ini.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H