Mohon tunggu...
S.DJumi
S.DJumi Mohon Tunggu... Lainnya - menulis apa adanya

Menulis apa adanya sebab hidup apa adanya Tidak mengada ada

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lima Menit di Bilik Lima Tahun Rasanya Kecewa

4 Februari 2024   11:21 Diperbarui: 4 Februari 2024   11:21 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kecewa  lima menit di bilik  lima tahun rasanya kecewa

Kopi itu masih dihirupnya pelan, angkringan yang ramai dari pembeli seakan sunyi di hadapannya. 

" ini tentang rasa mas" katanya sambil menghela nafas

"Nggih pak dewan" balas kang angkringan di depannya

Ramainya angkringan siang ini hanya sedikit menghibur hatinya, semua orang memanggil dengan hormat pak dewan sebab karirnya sebagai anggota dewan sudah hampir 20an tahun di negeri ini.

Arloji di tangannya di lihata sambil menghela nafas lagi gorengan dan bungkusan nasi kucing masih utuh tanpa di sentuhnya.

"Ini tentang cintaku kepada negeri ini mas" katanya melanjutnya bincangnya di angkringan itu, semua orang sudah tahu betapa berwibawanya pak dewan kala itu.

Banyak orang yang sowan di bantunya tak terkecuali yang datang itu hanya minta jatah preman karena pernah mendukungnya.

"Ini bukan cerita politik, prihatin mas aku" katanya menghela nafasnya dan asap rokoknya mengepul dari mulutnya.

"Tinggal sepuluh hari lagi coblosan pak dewan" jawab kang angkring kepadanya lagi

"Lha itu aku baru tahu rasanya setelah pensiun" jawabnya singkat

"Terasa bagai mana?" selidik kang angkring kepadanya

"Dulu ternyata banyak yang memanfaatkan kebodohanku"

"Bodoh, pak dewan itu pinter lho"

"Bodoh aku, ternyata yang dulu memilihku itu karena uangku"

Semua yang ada di angkringan tertawa dengan candaan pak dewan kali ini benar nyata

"Termasuk njenengan itu sekalian juga  ikut bodoh saya lupa kan?'

"Njih. ya pak dewan.."

"Semua bodoh karena hanya melihat baliho di jalan langsung memilih dan tanpa melihat program apa yang akan dijalankan bila jadi dewan" lanjut pak Dewan

" ning, maaf dewan maaf sudah banyak tabungannya to pensiun begini?' kata mas Aji di depannya

"Tabungan hari tua?" lanjut yang lainya bercanda kepadanya

"Kamu tahu to dulu aku kaya, maka aku jadi dewan untuk perjuangkan nasib kalian"

Semua diam dan membisu sebelum jadi anggota dewan beliau kaya seorang pengusaha dengan dua istri yang cantik dan inilah yang membuat orang datang memilihnya.

Namun semua itu berakhir tragis  kedua istrinya minta cerai karena sebagai anggota dewan kala itu menjadikan kekayaan semakin hilang dan akhirnya miskin.

"Tahu kan jalan di di depan angkringan inilah yang membuatku hancur dan lebur"

Semua terdiam mendengar wejangan pak dewan di angkringan  siang ini

"Aku harus kembali ke nol dan merangkat lagi hidupku semua amblas termasuk kedua istriku yang cantik-cantik itu" Semua diam karena pak dewan meracau bicara keadaan sebenarnya hari ini.

Pak dewan hidupnya terlunta-lunta sebab kejujurannya menjadi malapetaka baginya proyek jalan dusun yang di perjuangkan nya waktu jadi anggota dewan dua puluh  tahun lalu menjadikannya pesakitan di penjara karena korupsi!

Fitnah dan tuduhan yang tidak mendasar karena kejujurannya inilah yang membuat kariernya hancur dan semua orang tidak tahu apa yang bisa dijadikan andalan hidupnya sekarang sebab semua orang tidak peduli atas penderitaannya ini

"Cukup lima tahun dan harta benda disita negara, sebab aku terlalu jujur membela rakyat, jangan terkecoh muka manis waktu memilih ya" pesan yang membuat orang di angkringan melongo adanya.

Pak dewan mantan anggota dewan sekarang hidupnya menumpang di sembarang tempat hanay dari angkringan ke angkringan hidupnya semua melupakan bahwa hidup itu owah gingsir sekarang aku yang berjaya besok kamu yang jatuh, cakra manggilingan itu benar adanya. ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun