Mohon tunggu...
S.DJumi
S.DJumi Mohon Tunggu... Lainnya - menulis apa adanya

Menulis apa adanya sebab hidup apa adanya Tidak mengada ada

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Jogja 1965 (11)

30 September 2023   10:03 Diperbarui: 30 September 2023   10:10 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melupakan  rasa  yang penuh asa

Aku hanya berharap mas Bagus pulang dengan dada tegap

Melupakan apa yang dinamakan ego individu

Dan melupakan apa yang di impikan

Baca juga: Jogja 1965

Tentang cita-cita republik yang bebas dari belenggu kolonialisme


Membusungkan dada

Baca juga: Jogja 1965 (10)

Untuk terbuka 

Berdikari demi kemajuan negeri

Titip rindu kepada Tuhan sebagai pemilik alam semesta ini

***

Bait puisi yang ditulis Safitri membekas bukan hanya di kertas buku kuliahnya namun terasa puisi ini ada rasa cemas yang ingin diutarakan kepada sang kekasih mas Bagus Srengenge.

"Ini bukan masalah politik tetapi aku berupaya nguri-uri budaya  kita diajeng " jawab mas Bagus memberi pengertian kepadanya.

"Ini sudah masuk dalam politik, orang-orang kiri demo untuk entah mengapa ada alasan saja yang mereka inginkan " jawab safitri kepada argumen mas Bagus kala itu

"Itulah pejuang para kaum proletar dik" jawab mas Bagus lagi

"Mas bahasamu seperti orang-orang kiri itu " kaget Safitri dibuatnya

"Kita orang-orang bawah kan dik?" jawab mas Bagus santai seakan tidak terpengaruh dengan wajah safitri yang kaget dengan istilah itu

"Aku tahu, tidak kerja ya tidak bisa makan dan sekolah apalagi kuliah" jawab safiri yakin

"Nah itu yang ingin di perjuangkan lewat Lekra ini dik" jawab mas bagus yang sungguh membuat safitri gelagapan

Lekra organisasi di bawah PKI dan mas Bagus enteng saja berjuang lewat lembaga ini.

"Jangan bengong dik aku tidak ikut an politik yang aku inginkan hidup lewat seni ini seperti kamu menjadi guru seni " jawaban diplomatis Bagus membuat safitri diam kala itu.

"Bila sebuah prinsip itu untuk diperjuangkan maka lanjutkan namun kita boleh memilih yang terbaik buat kita untuk masa depan kita"

Tulisan besar di buku yang sengaja ditulis safitri di tepat di halaman tengah buku harian dan kumpulan tulisan tangannya sengaja karena untuk meyakinkan mas Bagus tidak mudah ternyata dan disadarinya.

Bulan-bulan yang penuh dengan tanda tanya dan banyaknya berita di koran dan radio semakin yakin kata bapaknya kan terjadi apa yang dinamakan teman menjadi lawan dan kawan menjadi kawan

"Apakah kamu ingin aku tercerabut dari akar seni  aku ini dik atau aku sudah tidak kamu inginkan untuk tetap berjuang mengawal panglima besar revolusi  ini?" tulisan safitri yang sengaja menulis ucapan mas Bagus ini sungguh tidak bisa di balasnya sekedar menjawab dan berargumen dengan sang kekasihnya saat itu

Kaum revolusioner semakin mengobarkan apa yang dinamakananti barat dan itu terasa sekali ketika puncak-puncaknya menjadi nyata dalam bentuk dukungan dan bara api sentimen barat samapi kepada ujungnya yang entah mengapa dikobarkan oleh golongan kiri yang sedikit nayak menarik simpatisan para kaum bawah disini semakin nyata.

Aku sebenarnya tidak peduli akan politik namun di tengah carut marutnya ada rakyat yang tertinggal dan bahkan nasibnya bikin miris kala menemukan disekitar rumah bapak dan inilah mengapa suburnya pengaruh golongan kiri dengan janji-janji surga sungguh nyata adanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun