Bait puisi yang ditulis Safitri membekas bukan hanya di kertas buku kuliahnya namun terasa puisi ini ada rasa cemas yang ingin diutarakan kepada sang kekasih mas Bagus Srengenge.
"Ini bukan masalah politik tetapi aku berupaya nguri-uri budaya  kita diajeng " jawab mas Bagus memberi pengertian kepadanya.
"Ini sudah masuk dalam politik, orang-orang kiri demo untuk entah mengapa ada alasan saja yang mereka inginkan " jawab safitri kepada argumen mas Bagus kala itu
"Itulah pejuang para kaum proletar dik" jawab mas Bagus lagi
"Mas bahasamu seperti orang-orang kiri itu " kaget Safitri dibuatnya
"Kita orang-orang bawah kan dik?" jawab mas Bagus santai seakan tidak terpengaruh dengan wajah safitri yang kaget dengan istilah itu
"Aku tahu, tidak kerja ya tidak bisa makan dan sekolah apalagi kuliah" jawab safiri yakin
"Nah itu yang ingin di perjuangkan lewat Lekra ini dik" jawab mas bagus yang sungguh membuat safitri gelagapan
Lekra organisasi di bawah PKI dan mas Bagus enteng saja berjuang lewat lembaga ini.
"Jangan bengong dik aku tidak ikut an politik yang aku inginkan hidup lewat seni ini seperti kamu menjadi guru seni " jawaban diplomatis Bagus membuat safitri diam kala itu.
"Bila sebuah prinsip itu untuk diperjuangkan maka lanjutkan namun kita boleh memilih yang terbaik buat kita untuk masa depan kita"