Mohon tunggu...
S.DJumi
S.DJumi Mohon Tunggu... Lainnya - menulis apa adanya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis apa adanya sebab hidup apa adanya Tidak mengada ada

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Jogja 1965 (07)

13 September 2023   21:41 Diperbarui: 13 September 2023   22:32 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Beberapa teman wanita dan lelaki datang di pendopo sambil melihat orang berlatih gamelan dan bapak serta simbok bertanya, kok banyak cowoknya yang gondrong rambutnya panjang-panjang dibiarkan terurai, aku hanya bisa tersenyum ketika bapak dan simbok bertanya kepadaku tentang  rambut para lelaki di biarkan panjang, itulah orang seni bapak jawabku singkat kala itu"

Bagaimanapun bapak adalah juga perangkat desa yang disegani di desa kami banyak orang yang senang latihan gamelan dan beberapa ingin jadi pengrawit yang ahli dalam menjalankan  tugas memukul gamelan sesuai irama yang ada yang kadang aku tidak mengerti arti gending-gending karangan Ki Narti sabdo dan pangkur jengleng Basiyo yang di dengar bapak lewat radio serta dalang kondang  kegemaran bapak dari toyan Wates yang aku lupa namanya membuat aku tetap berpegangan pada simpul jawa yang kental "

berambung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun