Gesekan antar kubu
Membuat semua yang ada menjadi diam dua kubu yang sama-sama ingin membuat maju negeri ini dengan upaya menebar pengaruh satu sama lainnya dan dampaknya di beberapa kota  terjadi gesekan dan menimbulkan korban dari kontra partai dan parlementer di ibu kota, beberapa korban jadi pihak sipil dan juga dari pihak tentaraÂ
"Hari-hari kedepan semakin nyata tentang perjuangan tegakkan kekuasaan sipil" kata Mas bagus
"Dengan segala gejolak yang membuat  gesekan di wilayah Jawa tengah sedikit mempengaruhi juga di Jogja " kata Safitri sedikit membenarkan beberapa kejadian yang membuat semua orang terperangah dengan beberapa kejadian yang telah terjadi.
Imbas persaingan politik ini membuat beberapa lini semakin  tidak bisa dielakkan lagi konflik layaknya api dalam sekam, dan menjalar di segala lini yang telah ada. Beberapa kubu saling mencari pembenarnya masing-masing membuat gejolak semakin intens adanya.
Malioboro menjadi ajang pemasangan pamflet poster dan juga lukisan yang saling menghujat satu sama lainnya, semua harus menjadi maklumnya karena media poster dan juga sketsa menjadi ujung tombak perjuangan mereka.
Berkejaran dengan waktu  dan menjadi penanda ajaran bung karno yang menjadi panutan diterjemahkan lain oleh orang-orang yang ambisius untuk menguasai negeri ini.
"Perjuangan kaum bawah melawan para borjuis, dan orang-orang dengan haluan barat adalah perjuangan kaum kiri yang penuh harap-harap cemas untuk menghadapinya  seperti arahan pemimpin besar revolusi untuk mengganyang negeri boneka Malaysia"Â
--
Berharap air hujan membasahi bumi
Menghapus keringat di dahi
Seakan tidak bisa hilang di badan
Aku masih merindukan apa yang tidak bisa aku bayangkan
Tentang bayanganmu
Yang selalu seakan menyertaikuÂ
Kemanapun aku pergi
Jalani
Apapun
Yang bisa kita jalankan
Esok atau kini apa adanya
----
Suasana panas nampak di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi di Jogja, beberapa bahkan sampai menimbulkan kontak fisik dari ejekan dan poster saling sikut mereka masuk dalam sekolah-sekolah militan di Jogja.
***
Rumah biru menghadap keselatan ini masih asri, banyak  kenangan di rumah ini tempat nenek kecil dan menghabiskan masa remajanya disini dan juga masa tuanya bersama suami tercintanya.
"Nenek cukup aktif dalam kegiatan di kampusnya banyak foto hitam putih yang masih di simpan di tas peninggalan nenek" kataku kepada Kartika
"Cantik dan juga bisa membuat  terpesona kaum adam, apalagi jurusan tari membuat mata para lelaki hijau " sahut  Kartika sambil tertawa kecil
"Sayang, kamu" kataku kepada Kartika
"Sayang apa mas?' tanya Kartika kepadaku
"Sayang kamu tidak bisa menari seperti nenekku cantik" jawabku setengah mengejek kartika
"Biarin" lugas jawabnya kulihat pipinya merona malu dan sungguh cantik, bila melihatnya tanpa bedak dan lipstik sesiang ini.
Rumah ini menjadi saksi tiga generasi yang pernah berdiam di sini dan suasananya semakin asri  pinggir halaman yang dilalui sungai menambah segar gemericik airnya. Pohon-pohonnya masih banyak asri hijau depan kanan dan kiri rumah semakin terasa ketika bulan ini menuju kemarau di bulan Agustus 2023 ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI