"aku tahu mas tidak loyal" seru istriku
"aku tetap loyal kepadamu sayangku" istriku menatap aku tidak percaya dan senyumnya akhirnya mengembang
Juli ini benar adanya musim kemarau yang semakin menjadi  panas itu sebagian wilayah kami wilayah suku yang sungguh membuat kami prihatin adalah menipisnya stock makanan bagi kami. Musim kemarau ini kami hanya tetap mengandalkan sayur dan juga lumbung padi dan lumbung ketela di rumah-rumah kami.
"aku berharap satu mas " pernyataan yang  membuatku kembali bertanya lagi kepadanya
"aku tidak mau semu di korbankan, Februari sudah semakin dekat tinggal tujuh dari delapan bulan sayangku" jawabku singkat
"wah..lupa mas kamu fokusnya kok pergantian kepala suku kita sich?" tanya istriku lagi
'maaf semu sudah dekat dik, kita harus siapkan diri untuk berjuang dan selalu melangkah dengan optimis "
"optimis mas?"
"bagaiamanapun ini sebuah tanda zaman, kepala suku sudah sepuluh tahun berkuasa "
"dan semua ini haruskah korbankan aperut-perut kami disini?"
"aku rasa mereka yang jadi pemimpin di suku ini tidak akan korbankan perut rakyat"