"hari ini adalah hari jumat
apakah kamu akan tahu
betapa hari ini
bisa jadi adalah hari terakhirmu
bisa berjamaah
dengan karib dan saudara kita di masjid
.....
Jumat hari ini aku menunggu seseorang yang tidak pernah orang lain perhatikan, aku menunggu untuk sekedar bercengkerama sesudah sholat jumat di masjid sudut kampung tempat aku tinggal, seseorang yang bagi orang lain tidak istimewa namun buatku sangat  istimewa bukan ustadz atau pejabat.
Aku menunggu karena ada rasa rindu yang selalu mendera hatiku, bila melihat sosok ini teringat selalu mendiang bapak yang dulu sangat rekoso membuat aku bisa jadi orang seperti ini.Â
"sebagai manusia lumrah bisa jadi kita akan  disegani orang lain"kata bapak kala itu
"namun pak aku takut mereka takut kepadaku" jawabku singkat
"benar itu nak' jawab bapak singkat
"jadi mending di takuti atau di segani?" tanyaku lagiÂ
Kulihat bapak mengambil nafas dalam sebelum menjawabnyaÂ
"bukan masalah itu pilihan sulit dalam hidupmu kelak nak" jawabnya penuh teka-teki dalam benakku yang dalam
"namun saya juga harus memilih" jawabku membuat kaget bapak yang sedang berpikir atas pertanyaan aku diatas
"boleh, namun kita harus sadar diri dan bijak dalam mengambil sebuah keputusan nak" jawabnya berwibawaÂ
Jumat ini sungguh seakan waktu terlalu lama untuk menemukan lagi sosok bapak dari sosok yang aku tunggu namun hari ini sepertinya bapak tidak jumat disini dan aku tidak tahu kenapa semua ini harus menjadi sebuah tanda tanya yang aku sendiri merasa bersalah bila mengharapkan semua ini berlalu dengan indah.
Aku terkesan bahwa hidup ini harus berbagi bapak itu selalu datang kesini dan menikmati takjil setiap jumat  dan bagiku itulah yang kau harapkan bisa berbincang lagi dengannya yang penuh kewibawaan dan juga penuh pertemanan bila kami berbicara sekedarnya di serambi masjid.
Ibadah Jumat siang ini selesai semua orang sudah pergi beberapa makanan sisa masih ada di box bekas mie itu aku lihat bapak itu benar-benar tidak datang
"mas masih belum pulang?" mas Noto takmir masjid ini
"saya menunggu tempat makanan ini habis isinya mas" jawabku sedikit berbohong
"menunggu siapa mas?'
"hm..bapak itu yang selalu datang kesini"
"maaf mas..aku duluan ya nanti tanya mas Agung yang masih didalam itu"Â
Aku diam dan diam menunggu satu persatu jamaah masjid pulang jum'atan siang ini
"mas Agung " teriaku kepadanya
"ada apa mas?" tanya sedikit kaget waktu aku teriak
'takjilnya jumat berkah mas" aku sodorkan makan dri rumah itu kepadanya
"mas masih menunggu saya?"
"saya menunggu bapak yang pemulung itu mas.."
"sudahlah mas"
"kok sudah?"
"saya mau pulang terimakasih"
Aku bertanya-tanya ketika semua  aku tanya semua tidak mau tahu menahu tentang banpak yang setahuku pemulung bajunya lusuh dan selalu kumal itu tidak ada dan tang lagi di masjid ini.
"itu kamu sendiri mas"
"kok bisa?'
"ragamu tidak  pernah membuat hatimu rapi"
"kok tahu?"
"aku tahu"
"sabar di mulutmu, beda hatimu"
"aku tidak bisa tidak ..tidak..jawabku  keras
"lupakan" jawab semua orang di sekitar aku
"Sinar itu semakin terang
diantara gelapnya sore ini
aku rasakan dingin menyergap anggota tubuhku
bukan dingin sembarang dingin
seperti jogja saat ini
dingin
kaku
membeku
semua...sepi"
.......2872023
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI