Mohon tunggu...
S.DJumi
S.DJumi Mohon Tunggu... Lainnya - menulis apa adanya

Menulis apa adanya sebab hidup apa adanya Tidak mengada ada

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebungkus Daging Korban

28 Juni 2023   18:48 Diperbarui: 28 Juni 2023   18:53 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gema takbir itu masih berkumandang

jelas sekali 

aku yang terkantuk habis takbir semalaman rasanya ingin tidur kembali

"nak bangun tidakkah kamu menuju lapangan sholat idul adha hari ini?'

aku terbangun dan mandi rasa terimaksihku kepada ibu

penyelamat pagi ini

bergegas menuju tanah lapang dekat desa

bukan daging kurban yang kita raih tetapi pahalaNya

yang sampai kelak..

.....

"kita hari ini bertugas untuk memotong dagi  kurban bro" kata mas Di membikan ketelingaku waktu kami duduk bersama di alapangan tempat sholat pagi ini.

" aku tidak pernah memotong  mas" jawabku singkat

"wah biasa saja ya nanti ikuti instruksi pak ustadz" kata mas di menyemangatiku pagi itu

"aku ingin perkenalkan kepadamu dik Yon" kata mas Di kepadaku lagi

"ini tentang apa mas?'

"tentang wanita cantik yang nanti membuatmu melongo ..bisa jadi jatuh cinta lhoz" seru mas Hardi   disebalahku mengagetkanku

Benar siapa yang sangka di bulan besar idul adha ini dari tiga sekawan akulah yang jomlo , dan aku ajadi malu di garap oleh temanku yang sudah mempunyai istri-istri cantik dirumahnya.

"makanya menikah biar bisa bangun lebih pagi mas bro' kata mas Di dan mas Hardi kepadaku

Kejadian di tanah lapang itu aku sedikit lupakan dirumah ibu sudah membuatkan sarapan pagi dengan mie telur kesukaanku

"sebelum kemasjid kamu harus makan ini ya" pinta ibu yang ternyata tahu aku terlambat pulang karena berbincang dengan mas Di dan Hardi tadi.

"ibu kok tahu?'

"mendiang bapakmu dulu terkenal Jagal waktu hari raya begini"

'ibu kok tidak bilang?'

"selain sebagi guru bapakmu senang kalau ikut menyembelih hewan kurban"

"ibu jadi malu, aku kan takut kalau lihat darah"

"belajar to..kuliahmu di cepatkan"

"nggih bu" deg rasanya kuliahku agak keteteran karena tugas organisasi kampus dan juga diam-diam aku nyambi kerja freelance menjualkan  buku cetakan tanpa sepengatuhan ibu di rumah.

***

Sesampai di Masjid aku agak canggung karena aku hanya membawa pisau daging kecil sementar mas Hardi dan mas di membawa pisau bear yang tajam.

"ayo mas Bro di asah dulu pisau kecilmu itu" ledek mas Hardi  sekejab ras maluiotu hilang ternyata di serambi masjid juga banyak bapak-bapak dan ibu-ibu muda serta remaja putri yang memberikan tawa riuhnya kepadaku

"mas guru ayo lekas bantu kami" kata pak ustadz kepadaku

" nggih" aku agak canggung karena semua sudah bekerja padhi ini menyayat dan memotong daging korban yang di tempatkan di daun pisang dan daun jati serta besek untuk di bagi-bagi kelak

"Mas bro jadi tidak?' tanya mas Hardi kepadaku

"benar apa?" tanyaku

"lupa ya" celetuk mas di kepadaku

"mumpung ada bapaknya juga, pulangnya hanya waktu idul fitri dan idul adha" bisik maas Hardi kepadaku

"lha kok?"tanyaku lagi

"jangan masa bodo lah mas bro" jawab mas Di kepadaku

'itu anak pak ustad mas" beber mas Di kepadaku

Mas Hardi dan mas Di membuatku salah tingkah itu kan Wulan teman waktu aku Sekolah dasar dulu dan sekarang ya Allah cantik bener dan benarkah dia sudah lupa kepadaku

"lah.. jadi bagaimana mas bro?" tanya mas di kepadaku

"aku tahu itu Wulan teman Sekolah dasarku dulu mas" jawabku diplomatis

"wah jan ngono to?" kaaget mas di dekatku ketika aku tahu siapa perempuan cantik itu.

***

Idul kurban yang abaerkesan aku berjumpa lagi dengan Wulan semas kecilku dan aku bersyukur karena sejak lepas sekolah dasar modnok di pesantren dan kuliah di Jogja dan ternyata ingin jadi guru juga seperti aku .Kami dipertemukan lagi dan inilah nikmatnya hari raya idul adha ini.

"benar juga ingin jadi guru?'

"ya mas'

"aku baru tahu kamu secantik ini"

"malu"

Kami diam dan diam di bulan ini penuh kenangan akan masa lalu dan penuh kejutan adalah kehendakkNya ketika aku tidak sengaja  setelah kami membagi-bagi dagingkorban ini aku ada sedikit mendengar celoteh anak kecil kepada ibunya yang membuat kami para pembagi daging korban tersenyum  kecil

"wah kita bisa nyate mak?'

"ya dik"

"buat steak"
'ya'

"hari ini kita buat rendang saja ya dik?"

"besok kan ada hari raya idul adha lagi mak?"

"kamu .."

"besok kita dapat lagi to?'

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun