"ini tentang cinta kepada tanah tumpah darah  juga to Yan?'
"sepertinya kakak lupa, ibarat kita jalan-jalan di Malioboro maka banyak etalase toko yang pengin kita kunjungi dan itu menariknya , inilah Papua yang sekarang kami melihatg etalase itu untuk menuju daerah mandiri yang berdiri sendiri itulah keinginan bapa dan mam-ma kami di tanah paua ini kakak"
Aku diam ibarat etalase toko benar adanya tanah papua adalah nyata dan inilah yang mereka dambakan untuk mengelola sendiri tanpa campur tangan Londo dan orang asing disana. Ibarat petani sudah terlanjur mencangkul dan membuat bibit namun hujan tidak segera datang dan  rugilah para petani itu.
Papua memang tanah yang harus bisa mengurus diri dan juga bisa memakmurkan dirinya dengan kekayaan yang luar biasa emas, tembaga dan juga perak itulah kekayaan yang sesungguhnya harusnya kembali ke orang asli namun sampai sekaran belumlah dapat dan sampai ketujuan yang di idamkan itu.
Yan masih diam tidak melanjutkan apa yang ingin di ungkapkan kepadaku karena semua menjadi nyata di tanah "perjuangan " itu dan harapan yang mereka impikan selama ini dan itu nyata adanya.
..tidur diantara tumpukan emas yang menggunung
dalam lapar dan hati yang nelangsa
realitaÂ
karena gudangnya sudah di beli tuan para investor'
tinggal menunggu dalam dingin
mencari sesuap nasiÂ