Mohon tunggu...
S.DJumi
S.DJumi Mohon Tunggu... Lainnya - menulis apa adanya

Menulis apa adanya sebab hidup apa adanya Tidak mengada ada

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Sayap-Sayap Patah Cendrawasih (08) Takdir yang Terlupakan

14 Mei 2023   10:24 Diperbarui: 14 Mei 2023   10:32 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sayap-sayap patah cendrawasih (08)Takdir yang terlupakan

Takdir yang terlupakan

Aku bukan seorang pengelana

Di antara lamunan mata dan hati

Aku berharap menemukan seorang bidadari yang mau lepas 

Bersama sayap-sayap patah cenderawasih yang yang patah

Mereka berkata tentang pembebasan sebuah negeri diatas awan

Yang tidurnya beralaskan sebuah tikar diantara gunung emas

Yang membuat mereka nina bobo sekejap

Bertanya

Kemana kekayaan negeri kami

Seberapa besar bisa kami nikmati

Diantara perang suku

Dan rebut pengaruh

Serta desain operasi pemberantasan ide-ide liar di tanah emas papua

Aku sedikit takut untuk memulai lagi

Mengatakan sebuah kebenaran abadi yang ada di bumi cendrawasih ini

Sebab aku bukan siapa-siapa 

Juga bukan penuntut penuntun dalam gelap konflik berkepanjangan mu

Perjumpaan di tanah Jogja yang dibenarkan oleh takdir dan alam, Jogja tempat bersemai berbagai alur pendidikan berbasiskan keluhuran Jawa dan juga nasional disini banyak perguruan tinggi dan juga tempat kuliah yang sudah tersohor namanya seantero Nusantara.

Bila ke Jogja mereka ingat akan beberapa universitas yang sudah terkenal  sebagai penggodog para insan muda untuk memolesnya dalam menimba ilmu di Jogja, yang memakmurkan Jogja kemudian hari untuk mengharumkan bumi pertiwi ini.

Tempat bersemai juga cinta-cinta yang ada di dada dan hati anak-anak bangsa inilah wujud yang nyata kegembiraan di sini ketika aku menemukan kerling mata Yan, gadis Papua yang berambut keriting yang hitam manis, sedikit kulitnya sawo matang khas kecantikan anak-anak Papua.

Yan bersama kedua kayaknya belajar juga menyambung hidup di kota pelajar ini demi kehidupan yang kayak.

"Kami suka berlari dan  berjalan kaki kemana saja  kaka" terangmu kepadaku'

"Deket?" tanyaku

"Sampai berkilo-kilo untuk bisa sekolah,m sini dekat"

"Dekat dari kampus ke Malioboro jalan kaki" heranku kepadanya

"Kami tidak punya motor"

"Transa banyak to?"

"Mending naik sepeda atau jalan saja"

Aku diam sedemikian sederhananya kehidupan mereka di tanah kelahiran dan juga di Jogja ini.

"Sebagian ada persepsi negatif bagi kami"jawabnya sendu

"Sebab tentang apa Yan?'

"Kamu tahu banyak 'preman" dan orang suruhan dari  wilayah timur ini"

"Preman?'

"Kakak tidak pernah tahu atau masa bodoh itulah kehidupan keras kami"

"Jadi bodyguard atau kah?"

"Debt collector dan preman penjaga cafe dan diskotik besar di pulau jawa ini"

Aku diam sedemikian kah cap bagi mereka namun aku tahu orang dan tokoh dari timur banyak yang jadi orang walau dengan banyak jalan berliku, aku tahu banyak juga yang jadi preman dan terkenal tobat dan jadi orang yang disegani itu sebagian hitungan jari dan yang terkenal di medsos itu nyata.

"Termasuk para pembangkang dan tidak setuju dengan  aturan Jakarta?'jawaban yang membuat aku kiku karena aku orang asli Jawa seakan di buat mati kata dan rasa

"Pembangkang dari timur?"

"Kelompok militan bawah tanah dan penganut garis keras"

"Aku tahu namun bisa jadi itu tinggal kenangan setelah gerakan aceh merdeka  luruh dan memilih masuk NKRI "

"Salah satu contoh dari indonesia barat  bukan di Papua saja yang akan senjata, di Sulawesi, dan Papua barat kakak"

Aku diam benar kenyataan ini aku juga tidak maksud memungkiri realita ini ada banyak Teroris yang pernah ingin hancurkan negeri ini dan berpusat di Jawa, mengatasnamakan kelompok agama tertentu mereka berbuat teror di Bali, Jakarta dan surabaya medio tahun 1999 sampai medio tahun 2000an dan mengharu birukan kancah perpolitikan di negeri ini.

Sepertinya peribahasa menang jadi arang kalah jadi abu inilah yang dinamakan" perjuangan" para KKB yang menyandera sandera demi mendapat penghargaan dan pengakuan sebagai warga negara yang "bebas merdeka" walau mereka sendiri tidak menyadari bahwa pengaruh "kolonialisme " barulah yang membuat mereka ingin melepaskan diri dari ibu pertiwi."

"Sekarang kita bisa jadi teman kakak namun entah nanti bila kelak kita bisa bertemu dalam medan tempur sebenarnya dalam memperjuangkan keyakinan kami atas bumi cendrawasih yang benar-benar' merdeka" dalam menurut kami" kata Yan kepadaku tentang"perjuangan" para penduduk pribumi untuk "diwongke" dan dijadikan orang terhormat di tanah tumpah darah sendiri memang benar adanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun