Jogja buatku menjadi saksi betapa waktulah yang menentukan segalanya, menentukan masa sekarang dan masa depan, bila kita bisa arif mengendarainya dan juga mampu menggunakannya.
Setiap detiknya adalah nafas untuk memulai walau pahit rasanya dan tidak ada yang mau membersamai kecuali cinta dn ketulusan hati itu ada benarnya walau sering orang menganggap aku halu atas semua ini.
" tidak bisa kata merubah dunia  karena harus ditulis walau aku sadar menulis tentang Jejak papua adalah sebuah pengalaman seperti menemukan hatinya para penyair di kolom sudut tulisan koran pagi ini.
Semua harus bisa dikendalikan termasuk mata ini sebab  semua karena memulai yang tidak biasa dan itulah yang entah mengapa aku akan menulis tentangmu di sana  tempat kam  Yan dilahirkan di tanah papua sedetail mungkin karena perjumpaan kita itulah yang membekas di hati ini
"Jogja menjadi tujuan kami untuk belajar" Â itulah kata-katamu ketika kita bertemu waktu masa-masa pengenalan kampus kala itu
"Jogja adalah rumah kedua kami " jawabmu lagi
Aku jadi tahu kadar keintelektualan kamu dan kegigihanmu untuk belajar jauh dari tanah kelahiran dan juga dari orang tua.
Jogja seperti lampu yang selalu dipenuhi oleh laron dan itulah daya tariknya sampai kini dan aku sebagian dari laron itu bersama yang haus ilmu mencari ilmu di tanah kelahiran sendiri.
"Semua mempunyai cita-cita dan ingin semuanya tercapai "katamu di depan teman-teman ketika kakak senior menanyakan motivasi kamu belajar di Jogja walau dengan kerja keras dan itulah nampak dari anak-anak  timur ini, mereka mencari apa yang bisa  timba di semua lini.
"Cita-cita harus diperjuangkan " kata kakak senior membakar semangat kami sebagai mahasiswa baru kala itu.
" dengan niat tulus, dan perjuangan tanpa menyerah kaka" kata-kata tambahan yang membuat semura orang tertawa gembira saat itu.