Mohon tunggu...
S.DJumi
S.DJumi Mohon Tunggu... Lainnya - menulis apa adanya

Menulis apa adanya sebab hidup apa adanya Tidak mengada ada

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Sayap-sayap Patah Cendrawasih (01): Jogja Semakin Merindu

22 April 2023   13:00 Diperbarui: 22 April 2023   13:12 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jogja semakin rindu


Menggebu dalam bingkainya

Kota kecil yang terasa besar adanya


Karena semua orang ada disini

Nusantara ada disini

Tanpa pandang perbedaan yang ada


Aku masih teringat lagu Yogyakarta katon bagaskara yang masih fenomenal itu

Seakan masih membiusku untuk selalu mencintai kota ini

Biasa...ala biasa


Menulis tentang mu adalah rasa yang paling dalam yang aku inginkan saat ini

Tentang suatu peristiwa yang masih tersangkut di hati penguasa saat ini

......

Jogja menjelang id yang indah rasa kehilangan itu seakan nyata, liburan cuti bersama ini seakan menjauhkan aku denganmu Yan,

" kaka kita akan selalu bersama lagi"

"Ya tentu aku tetap say hello denganmu"

"Kita akan belajar bersama"

"Belajar mencintai "

 Aku diam tersipu mendengar kata-kata polosnya dan aku tidak tahu mengapa Allah Swt membuat kita bersuku-suku dan berbeda warna kulit, bahasa, dan juga warna serta bentuk rambut itulah karuniaNya yang maha agung.

"Aku disini tetap buat ketupat" paparku kepadanya sambil share opor ayam pagi ini

"Enaknya,,,aku ingin di jogja selamanya "jawabmu ringan

"Semakin..lama gemes juga sama kamu"

"Silahkan kaka" 

Kata semua orang yang sudah belajar disini merasakan iklim yang ada di Jogja, tentang pembebasan diri dari rasa terkungkung dan rasa merdeka disini ada walaupun ada batas yang tidak boleh kita langgar.

"Apakah harus ekpresi kita harus dibungkam karena tidak sependapat dengan penguasa saat ini?" pertanyaan yang belum bisa aku jawab 

"Aku bukan seorang aparat yang bisa tertibkan semua ekspresi yang aneh dan nyebal dari berbagai tatanan yang ada saat ini"

"Ego, kaka egois.." jawab seu tidak percaya kala aku menjawab apa adanya

Ketika sebuah ekspresi dibubarkan oleh aparat pemerintah itu adalah karena kita melanggar norma yang ada"

"Ingat" katamu kala itu

"Kami demo untuk sebuah realita yang ada di tanah papua kaka namun sikap aparat begitu represi kepada kami"

"Sebab ada yang provokasi aparat dengan berkibarnya bintang kejora ?'

"Kamu tahu kaka?'

Semua orang Jogja toleran, bahkan isu klitih pun mereka anggap sebuah kenakalan biasa yang jelas hukumnya penjara, namun mereka tidak destruktif dalam menangani sebuah perbedaan dan cara pandang yang ada di Jogja dan tidak menyiarkan, mengibarkan simbol larangan hukum dan pemerintahan syah-syah saja mereka menggelar orasi, demo  di perempatan kantor pos besar  Malioboro.

" jangan emosi Yan aku tahu asrama di Kusumanegara itu pernah dikepung aparat dan ormas bukan kasus politis besar karena ada oknum anak papua yang berbuat melanggar hukum"

"Kaka serba tahu.."

Semilir di antara lorong Malioboro seakan menjadi saksi kami kembali dari perpustakaan yang membuat mata kami jereng dan tidak sekomplit Google karena arsip offline sungguh membantu kami dalam menemukan sejarah dan kejadian lokal yang pernah terjadi di jejak tanah papua dan saya memandangnya tidak bisa sebelah mata karena aku anggap semua adalah saudara setanah air dalam pangkuan ibu pertiwi.

_______________

3. Aparat membubarkan demo karena pengibaran bintang kejora

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun