Jogja semakin rindu
Menggebu dalam bingkainya
Kota kecil yang terasa besar adanya
Karena semua orang ada disini
Nusantara ada disini
Tanpa pandang perbedaan yang ada
Aku masih teringat lagu Yogyakarta katon bagaskara yang masih fenomenal itu
Seakan masih membiusku untuk selalu mencintai kota ini
Biasa...ala biasa
Menulis tentang mu adalah rasa yang paling dalam yang aku inginkan saat ini
Tentang suatu peristiwa yang masih tersangkut di hati penguasa saat ini
......
Jogja menjelang id yang indah rasa kehilangan itu seakan nyata, liburan cuti bersama ini seakan menjauhkan aku denganmu Yan,
" kaka kita akan selalu bersama lagi"
"Ya tentu aku tetap say hello denganmu"
"Kita akan belajar bersama"
"Belajar mencintai "
 Aku diam tersipu mendengar kata-kata polosnya dan aku tidak tahu mengapa Allah Swt membuat kita bersuku-suku dan berbeda warna kulit, bahasa, dan juga warna serta bentuk rambut itulah karuniaNya yang maha agung.
"Aku disini tetap buat ketupat" paparku kepadanya sambil share opor ayam pagi ini
"Enaknya,,,aku ingin di jogja selamanya "jawabmu ringan
"Semakin..lama gemes juga sama kamu"
"Silahkan kaka"Â
Kata semua orang yang sudah belajar disini merasakan iklim yang ada di Jogja, tentang pembebasan diri dari rasa terkungkung dan rasa merdeka disini ada walaupun ada batas yang tidak boleh kita langgar.
"Apakah harus ekpresi kita harus dibungkam karena tidak sependapat dengan penguasa saat ini?" pertanyaan yang belum bisa aku jawabÂ
"Aku bukan seorang aparat yang bisa tertibkan semua ekspresi yang aneh dan nyebal dari berbagai tatanan yang ada saat ini"
"Ego, kaka egois.." jawab seu tidak percaya kala aku menjawab apa adanya
Ketika sebuah ekspresi dibubarkan oleh aparat pemerintah itu adalah karena kita melanggar norma yang ada"
"Ingat" katamu kala itu
"Kami demo untuk sebuah realita yang ada di tanah papua kaka namun sikap aparat begitu represi kepada kami"
"Sebab ada yang provokasi aparat dengan berkibarnya bintang kejora ?'
"Kamu tahu kaka?'
Semua orang Jogja toleran, bahkan isu klitih pun mereka anggap sebuah kenakalan biasa yang jelas hukumnya penjara, namun mereka tidak destruktif dalam menangani sebuah perbedaan dan cara pandang yang ada di Jogja dan tidak menyiarkan, mengibarkan simbol larangan hukum dan pemerintahan syah-syah saja mereka menggelar orasi, demo  di perempatan kantor pos besar  Malioboro.
" jangan emosi Yan aku tahu asrama di Kusumanegara itu pernah dikepung aparat dan ormas bukan kasus politis besar karena ada oknum anak papua yang berbuat melanggar hukum"
"Kaka serba tahu.."
Semilir di antara lorong Malioboro seakan menjadi saksi kami kembali dari perpustakaan yang membuat mata kami jereng dan tidak sekomplit Google karena arsip offline sungguh membantu kami dalam menemukan sejarah dan kejadian lokal yang pernah terjadi di jejak tanah papua dan saya memandangnya tidak bisa sebelah mata karena aku anggap semua adalah saudara setanah air dalam pangkuan ibu pertiwi.
_______________
3. Aparat membubarkan demo karena pengibaran bintang kejora
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H