Mohon tunggu...
S.DJumi
S.DJumi Mohon Tunggu... Lainnya - menulis apa adanya

Menulis apa adanya sebab hidup apa adanya Tidak mengada ada

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Sayap-sayap Patah Cendrawasih (01): Jogja Semakin Merindu

22 April 2023   13:00 Diperbarui: 22 April 2023   13:12 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Aku diam tersipu mendengar kata-kata polosnya dan aku tidak tahu mengapa Allah Swt membuat kita bersuku-suku dan berbeda warna kulit, bahasa, dan juga warna serta bentuk rambut itulah karuniaNya yang maha agung.

"Aku disini tetap buat ketupat" paparku kepadanya sambil share opor ayam pagi ini

"Enaknya,,,aku ingin di jogja selamanya "jawabmu ringan

"Semakin..lama gemes juga sama kamu"

"Silahkan kaka" 

Kata semua orang yang sudah belajar disini merasakan iklim yang ada di Jogja, tentang pembebasan diri dari rasa terkungkung dan rasa merdeka disini ada walaupun ada batas yang tidak boleh kita langgar.

"Apakah harus ekpresi kita harus dibungkam karena tidak sependapat dengan penguasa saat ini?" pertanyaan yang belum bisa aku jawab 

"Aku bukan seorang aparat yang bisa tertibkan semua ekspresi yang aneh dan nyebal dari berbagai tatanan yang ada saat ini"

"Ego, kaka egois.." jawab seu tidak percaya kala aku menjawab apa adanya

Ketika sebuah ekspresi dibubarkan oleh aparat pemerintah itu adalah karena kita melanggar norma yang ada"

"Ingat" katamu kala itu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun